Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Aryani
Abstrak :
ABSTRAK
Penerapan integrasi sektor keuangan di kawasan ASEAN yang akan diterapkan melalui MEA pada tahun 2020 akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri perbankan syariah di Indonesia. Berkurangnya hambatan untuk memasuki pasar indonesia yang besar dan luas menyebabkan perbankan syariah akan menghadapi persaingan yang lebih ketat daripada kondisi saat ini. Penelitian ini mengukur tingkat kesiapan sektor perbankan syariah dalam menghadapi MEA. Metode pengukuran dilakukan dengan membuat komposit indeks yang diberi nama readiness index. Readiness index merepresentasikan tingkat kesiapan industri perbankan syariah dilihat dari empat faktor penentu, yaitu faktor industri, faktor kesesuaian dengan prinsip ? prinsip syariah, faktor kebijakan otoritas perbankan dan yang terakhir faktor researcher?s views. Hasil perhitungan readiness index diperoleh dari hasil survei dan pengisian kuesioner kepada empat pihak yaitu ulama, praktisi perbankan syariah, otoritas perbankan dan researchers. Nilai skor readiness index diperoleh sebesar 69,47 menunjukkan bahwa industri perbankan syariah telah siap dalam menghadapi penerapan MEA, dengan kontribusi terbesar berasal dari faktor kesesuaian dengan prinsip ? prinsip syariah. Faktor ini menjadi keunggulan industri perbankan syariah dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Agar industri perbankan dapat lebih meningkatkan lagi kesiapannya, maka sebaiknya bank syariah melakukan perluasan jaringan bisnis dan meningkatkan kualitas IT, serta berinovasi dalam pengembangan produk dan meningkatkan service excellent. Visi pengembangan bisnis perusahaan menjadi perusahaan berskala internasional harus diimplementasikan dalam bentuk strategi dan tata kelola yang baik.
ABSTRACT
Implementation of financial integration in ASEAN that will be applied through MEA in 2020 will lead to less entry barriers for ASEAN financial institutions to enter the Indonesian market. Thus, Islamic banks in Indonesia will be forced to face highly competitive industry. This study attempts to measure the level of readiness of the Islamic banking sector in facing the implementation of MEA. The measurement method used in this research is conducted by creating a composite index, namely readiness index. Readiness index in this study represents the degree of readiness of the Islamic banking industry, which is composed by four determinants namely industry, shari?a compliance, banking regulation and policy, and also the researcher views. Readiness index is obtained from the result of questionnaires filled out by four parties, Islamic scholars, the practitioners of Islamic banking, banking authorities and the researchers in islamic banking area. Readiness index scores at 69.47 indicate that the Islamic banking industry is ready and well prepared to overcome the competition within MEA. The largest contribution coming from shari?a compliance determinant. Shari?a compliance becomes the competitive advantage for Islamic banking industry in facing the ASEAN free market. In order to further enhance its readiness, then Islamic banks needs to expand their networks and improve their IT quality, innovate in product development and enhance service excellent. Islamic bank?s vision to become internationally known as the best in the asia should be implemented in the form of strategies and good governance.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romadoni Kevin Julian
Abstrak :
Pengiriman perangkat pada industri perangkat wearable diprediksikan meningkat hingga tahun 2026, terutama jam tangan pintar atau smartwatch. Dalam fenomena pandemi ini, jam tangan pintar menjadi lebih kritis karena dapat memantau aktivitas kebugaran dan istirahat secara detail. Selain itu, teknologi yang terdapat pada smartwatch juga harus diperhatikan. Teknologi canggih yang tersedia mungkin membuat beberapa pengguna merasa tidak nyaman dan tidak aman. Penelitian ini dibuat untuk mempertimbangkan Technology Readiness Index (TRI) seperti Optimism, Innovativeness, Insecurity, dan Discomfort dalam Technology Acceptance Model (TAM) terhadap penerimaan pengguna dalam menggunakan jam tangan pintar (smartwatch) mereka. 212 responden mengisi survei yang dilakukan secara daring, kemudian mengujinya dengan metode PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 12 hipotesis, terdapat tiga hipotesis yang tidak berpengaruh. Insecurity tidak memiliki pengaruh pada Perceived Ease of Use dan Perceived Usefulness. Optimism juga tidak tidak memiliki pengaruh pada Perceived Usefulness. ......Device shipments in the wearable device industry are predicted to increase until 2026, especially smartwatches or smartwatches. In this pandemic phenomenon, smartwatches are becoming more critical because they can monitor fitness and rest activities in detail. In addition, the technology contained in smartwatches must also be considered. The advanced technology available may make some users feel uncomfortable and insecure. This study assessed the Technology Readiness Index (TRI) such as Optimism, Innovativeness, Insecurity, and Discomfort in the Technology Acceptance Model (TAM) on user acceptance in using their smartwatch. 212 respondents completed an online survey, then tested it using the PLS-SEM method. The results showed that, of the 12 hypotheses, three hypotheses had no effect. Insecurity has no impact on Perceived Ease of Use and Perceived Usefulness, and optimism also does not affect Perceived Usefulness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joanna Maria Loretta
Abstrak :
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, organisasi seringkali memilih untuk berinvestasi pada teknologi. Salah satu teknologi yang dipilih perusahaan untuk diinvestasikan adalah Enterprise Resources Planning (ERP). ERP merupakan perangkat lunak sistem informasi yang bertujuan untuk menyatukan informasi menjadi sistem informasi terpusat yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan pengambilan keputusan. Namun, upaya organisasi untuk berinvestasi pada teknologi ERP seringkali mengalami kegagalan yang berakhir pada kerugian yang harus ditanggung organisasi. Keberhasilan pengimplementasian ERP sangat bergantung pada aspek penerimaan dari penggunanya. Maka, penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi untuk meningkatkan intensitas penggunaan ERP yang telah diinvestasikan oleh sebuah organisasi pada industri restoran dengan cara memperoleh Technology Readiness Index (TRI) dan keterkaitan variabel dari TRI terhadap kebermanfaatan dan kemudahan yang dirasakan pengguna dalam menggunakan NetSuite serta memperoleh keterkaitan kebermanfaatan dan kemudahan terhadap intensi penggunaan NetSuite dengan menggunakan model Technology Acceptance Modelling (TAM). Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan bahwa TRI PT. Animo Resto Primera tergolong dalam high technology readiness dan variabel pada TRI yang berpengaruh signifikan pada kemudahan penggunaan NetSuite adalah optimism, innovativeness, dan discomfort. Sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan pada kebermanfaatan adalah optimism. Kemudahan penggunaan NetSuite berpengaruh signifikan terhadap intensi penggunaan NetSuite. Dari hasil penelitian tersebut, maka dirancang strategi-strategi untuk meningkatkan intensi penggunaan NetSuite menggunakan metode Importance-Performance Analysis berdasarkan variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan dan critical success factor dari penggunaan ERP guna meningkatkan probabilitas keberhasilan pengimplementasian NetSuite pada PT. Animo Resto Primera. ......To increase the effectiveness and efficiency, company do the investment on technology. On of the most chosen technology is Enterprise Resources Planning (ERP). ERP is system information software which collect the information and make it a centralize data to increase the effectiveness and efficiency of work process and decision making process. Otherwise, the effort done by company often run into failure and causing several losses to the company. The successful ERP implementation depends on the user acceptance of the technology. So, this research purpose is to design strategies to increase the behavior intention of ERP usage that already invested by the company in food service industry by obtain the Technology Readiness Index (TRI) and the relation between TRI variable and perceived usefulness and perceived ease of use when the user using NetSuite along with the relation between perceived usefulness and perceived ease of use on behavior intention based on Technology Acceptance Modelling (TAM). According on the data that has been processed, the TRI of PT. Animo Resto Primera is high technology readiness and the TRI variable that effect significantly on perceived ease of use are optimism, innovativeness, and discomfort. While, the variable that effect significantly on perceived usefulness is optimism. Perceived ease of use effect significantly on behavior intension in using NetSuite. From the data obtained, the strategies are designed to improve the behavior intention on using NetSuite using Importance-Performance Analysis based on the variable that effect significantly and the critical success factor on ERP implementation in purpose to increase the probability of the successful ERP implementation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library