Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hafiidh Mu'izz
Abstrak :
Penggunaan metode pembayaran DRG diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat tahun 1984 yang bertujuan untuk mengendalikan biaya kesehatan, memudahkan administrasi, dan meningkatkan mutu pelayanan. Namun dalam penerapannya timbul dampak yang tidak diinginkan salah satunya adalah readmisi. Sebagai salah satu negara yang menerapkan metode pembayaran DRG, Indonesia memiliki risiko yang sama akan terjadinya readmisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian readmisi di berbagai negara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode literature review yang diperoleh dari 5 online database yaitu JSTOR, ProQuest, PubMed, ScienceDirect, dan Scopus. Terdapat 54 studi yang terpilih dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan terdapat tiga kriteria definisi readmisi di berbagai negara yaitu rentang waktu 30 hari setelah kepulangan, kode diagnosis primer untuk mendeteksi kasus readmisi, dan perawatan yang dilakukan di rumah sakit yang sama. Tingkat readmisi terendah ditemukan pada studi yang dilakukan di Taiwan dengan tingat readmisi sebesar 1,23%. Sedangkan tingkat readmisi tertinggi ditemukan pada studi yang dilakukan di Brazil dengan tingkat readmisi sebesar 42,6% Ditemukan 16 faktor yang berpotensi berhubungan dengan readmisi dan 6 diantaranya menunjukkan hubungan yang bermakna yaitu usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, komorbiditas, length of stay, dan jarak rumah sakit. Untuk mengurangi readmisi, upaya yang dilakukan di negara Taiwan dan Amerika Serikat adalah dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja rumah sakit dengan pengukuran tingkat readmisi dan pengenaan sanksi finansial bagi rumah sakit yang terbukti melakukan readmisi. ......The use of the DRG payment method was first introduced in the United States in 1984 which aims to control health costs, facilitate administration, and improve service quality. However, in its application, unwanted impacts arise, one of which is readmission. As one of the countries that implement the DRG payment method, Indonesia has the same risk of readmission. This study aims to determine the description of readmissions in various countries. The study was conducted using the literature review obtained from 5 online databases, namely JSTOR, ProQuest, PubMed, ScienceDirect, and Scopus. There are 54 studies selected in this study. The results showed that there were three criteria for the definition of readmission in various countries, namely the period of 30 days after discharge, the primary diagnosis code to detect readmission cases, and treatment carried out in the same hospital. The lowest readmission rate was found in a study conducted in Taiwan with a readmission rate of 1.23%. While the highest readmission rate was found in a study conducted in Brazil with a readmission rate of 42.6%. There were 16 factors potentially related to readmission and 6 of them showed a significant relationship, namely age, gender, socioeconomic status, comorbidities, length of stay, and hospital distance. To reduce readmissions, efforts made in Taiwan and the United States are to evaluate hospital performance by measuring readmission levels and imposing financial sanctions for hospitals that are proven to have readmissions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yoga
Abstrak :
ABSTRAK
Readmisi merupakan kriteria penting dalam sistem pelayanan kesehatan, yakni sebagai indikator kualitas layanan dan efisiensi biaya rumah sakit. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara variabel karakteristik pasien (usia dan jenis kelamin), variabel klinis (lama hari rawat dan tingkat keparahan penyakit) dan variabel rumah sakit (kepemilikan dan tipe kelas rumah sakit) yang berhubungan dengan tingkat potensi readmisi pasien JKN Rawat Inap dengan Kode CMG I di Rumah Sakit Wilayah DKI Jakarta tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian ini menggunakan dua data sekuder, yaitu klaim pasien JKN di Rumah Sakit tahun 2014 dan sebagai tambahan menggunakan data pasien JKN di Rumah Sakit tahun 2014. Lokasi penelitian dilakukan pada seluruh Rumah Sakit yang bekerjasama dengan program JKN di wilayah DKI Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 (enam) variabel yang diteliti hanya 4 (empat) variabel yang berhubungan signifikan yaitu variabel usia, tingkat perubahan keparahan penyakit, lama hari rawat, kepemilikan Rumah Sakit. Variabel jenis kelamin tidak berhubungan terhadap potensi readmisi. Pada variabel Usia menunjukkan koefisien negatif yang berarti bahwa semakin bertambahnya usia, potensi readmisi semakin rendah. Pada variabel lama hari rawat menunjukkan koefisien positif, berarti bahwa semakin kecil lama hari rawat, peluang potensi readmisi semakin tinggi. Pada variabel tipe kelas Rumah Sakit menunjukkan koefisien positif, berarti semakin rendah tipe kelas Rumah Sakit, peluang untuk risiko potensi readmisi semakin tinggi.

Secara uji multivariat, variabel terkuat yang berhubungan dengan tingkat potensi readmisi adalah kepemilikan Rumah Sakit, dimana Kepemilikan Rumah Sakit merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan potensi readmisi dengan OR = 2 dan hasil estimasi diperoleh nilai koefisien positif, artinya pasien yang berasal dari rumah sakit swasta berpeluang 2 kali berpotensi readmisi setelah dikontrol dengan variabel usia pasien, dan lama hari rawat inap.
ABSTRACT
Readmission is an important criterion in the healthcare system, which is an indicator of the quality of service and cost efficiency of the hospital. This study aims to analyze the relationship between the variables of patient characteristics (age and gender), clinical variables (length of stay and level of severity) and the variable hospitals (ownership and type of hospital class) related to the potentially readmission patients JKN Hospitalization with Code I CMG Regional Hospital in Jakarta in 2014. the design study is a cross-sectional study. This study uses data from two secondary data, which claims JKN patients in the hospital in 2014 and in addition to using Data Provider (Hospital) in 2014. The research location is on the whole hospital in cooperation with JKN program in Jakarta.

The results showed than six (6) variables examined only four (4) significant variables related to the variable age, the rate of change in disease severity, length of stay, hospital ownership. Gender variable is not related to the potentially readmission. At the age variable indicates negative coefficient means that as we grow older, the lower the potentially readmission. In the variable length of stay showed a positive coefficient, meaning that the smaller the length of stay, the higher the potentially readmission. In class type Hospital variable showed a positive coefficient, meaning the lower the class type Hospital, opportunities for higher readmission potentially risks.

In multivariate analysis, the variables strongest related to the level of potentially readmission is proprietary Hospital, where private Hospital is the most dominant variable related to potentially readmission with OR = 2 and the estimated values obtained positive coefficient, meaning that patients from private hospitals 2 times the chance of potentially readmission after controlling for the variables age of the patient, and long days of hospitalization.
2016
T48621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Hikmatuz Zahroh
Abstrak :
Pada tahun 2014, Indonesia memulai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menggunakan Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs) sebagai sistem pembayaran rumah sakit. Sistem pembayaran ini memberikan insentif kepada rumah sakit untuk meningkatkan pendapatan dengan cara meningkatkan kunjungan pasien baru, salah satunya dengan upaya readmisi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi readmisi pada pasien rawat inap kasus Hepatobilier di Rumah Sakit X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Data yang diambil merupakan data sekunder kasus hepatobilier rawat inap sebelum pelaksanaan JKN (tahun 2010- 2013) dan sesudah pelaksanaan JKN (tahun 2014-2017). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan JKN, pasien dengan readmisi ≥ 30 hari mengalami peningkatan median lama rawat inap, sedangkan pasien dengan readmisi < 30 hari mengalami penurunan lama rawat inap. Hasil uji multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berpengaruh dengan jenis readmisi adalah lama rawat inap dengan nilai marginal effect -0.041. Hasil estimasi diperoleh nilai koefisien negatif yang menunjukkan semakin pendek lama rawat inap, peluang readmisi < 30 hari semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan upaya memperpendek lama rawat inap dan upaya readmisi yang sengaja dilakukan oleh rumah sakit setelah pelaksanaan sistem pembayaran INA CBGs. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil analisis bivariat yang menunjukkan proporsi readmisi < 30 hari lebih tinggi pada payer dengan sistem pembayaran INA CBGs dan FFS negosiasi dibandingkan dengan payer dengan sistem pembayaran FFS. ......In 2014, Indonesia has started a National Health Insurance (JKN) program that used Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs) as hospital payment system. This payment system provides an incentive for hospitals to increase revenue by increasing new patient visits, one of which is by readmissions. The purpose of this study is to analyze the factors that affect the readmissions of Hepatobiliary inpatients in Hospital X. This study uses a quantitative research method with a cross sectional research design. The data taken is secondary data on hepatobiliary cases hospitalized before the implementation of JKN (2010-2013) and after the implementation of JKN (2014-2017). The results of the bivariate analysis show that after the implementation of JKN, patients with ≥ 30 days readmission experience an increase in median length of stay, while patients with <30 days readmission experience a decrease in length of stay. The multivariate test results show that the most dominant variable influencing the type of readmissions is the length of stay with a value of marginal effect -0.041. Estimation results obtain negative coefficient values which indicate the shorter the length of stay, the chances of <30 days readmission are higher. This shows that there is a possibility of efforts to shorten the length of stay and efforts to readmissions deliberately carried out by the hospital after the implementation of the INA CBGs payment system. The statement is supported by the results of bivariate analysis which shows the proportion of <30 days readmission higher for payers with INA CBGs and FFS negotiations payment system compared to payer with the FFS payment system.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Levi
Abstrak :
Latar Belakang Gangguan jiwa, terutama di Indonesia, memerlukan perhatian khusus karena tingginya angka pasien rawat inap dengan kondisi seperti skizofrenia, depresi, dan bipolar. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagai pusat rujukan, menghadapi tingkat readmisi yang signifikan, mendorong perlunya pemahaman mendalam mengenai profil risiko pasien untuk meningkatkan manajemen dan layanan kesehatan jiwa di Indonesia. Metode Penelitian menggunakan data rekam medis pasien dewasa dengan skizofrenia, bipolar, atau depresi mayor yang mengalami readmisi dalam 30 hari setelah pulang dari perawatan di RSCM pada tahun 2022. Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data sekunder tersebut menggunakan SPSS, dengan presentasi data dalam bentuk tabel dan naratif. Hasil Dari 258 pasien psikiatri, 19 (7,34%) mengalami readmisi dalam 30 hari pasca pulang. Profil risiko pasien meliputi rentang usia 19-40 tahun, mayoritas perempuan (63.2%), pendidikan tinggi (89.5%), tidak menikah (78.9%), tidak bekerja (78.9%), dan tinggal di perkotaan (100%). Mayoritas menderita skizofrenia (52.6%), tidak memiliki komorbid (73%), menggunakan BPJS (84.2%), tinggal bersama keluarga (89.5%), dan sebelumnya dirawat 1-5 kali (63.2%). Pasca pulang, sebagian tidak patuh dalam pengobatan (57.9%), memiliki upaya bunuh diri (84.2%), dan menggunakan rawat jalan psikiatri (94.7%). Kesimpulan Readmisi 30 hari pasca pulang di RSCM tahun 2022 masih tergolong tinggi jika dibandingkan data secara global, tetapi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan data RSCM tahun 2018. Profil risiko pasien dari aspek sosiodemografi, klinis, serta pasca pulang tetap harus diperhatikan untuk dapat mengurangi angka readmisi serta meningkatkan kualitas pelayanan psikiatri di RSCM. ......Introduction Mental disorders, particularly in Indonesia, demand special attention due to the high number of inpatients with conditions like schizophrenia, depression, and bipolar disorder. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM), as a referral center, faces significant readmission rates, underscoring the need for a deep understanding of patient risk profiles to enhance mental healthcare management and services in Indonesia. Method The study utilized secondary data from adult patients diagnosed with schizophrenia, bipolar disorder, or major depression who experienced readmission within 30 days after discharge from RSCM in 2022. Quantitative descriptive analysis through SPSS was employed to analyze the data, presented in tabular and narrative forms. Results Out of 258 psychiatric patients, 19 (7.34%) experienced readmission within 30 days post-discharge. Patient risk profiles included an age range of 19-40 years, mostly females (63.2%), higher education levels (89.5%), unmarried (78.9%), unemployed (78.9%), and residing in urban areas (100%). Majority were diagnosed with schizophrenia (52.6%), had no comorbidities (73%), utilized BPJS (84.2%), lived with family (89.5%), and had been previously hospitalized 1-5 times (63.2%). Post-discharge, some were non-adherent to treatment (57.9%), exhibited suicidal tendencies (84.2%), and utilized outpatient psychiatric care (94.7%). Conclusion Thirty-day readmission at RSCM in 2022 remains relatively high compared to global data, but has seen a decrease when compared to RSCM data in 2018. Patient risk profiles in terms of sociodemographic, clinical, and post-discharge aspects must continue to be considered to reduce readmission rates and enhance the quality of psychiatric care at RSCM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Adysti Marsha Octarina
Abstrak :
Perawatan pasien dengan gangguan jiwa melibatkan pemberian regimen psikofarmaka, terapi, dan perawatan di rumah sakit. Meskipun demikian, tingkat readmisi pasien psikiatri tinggi, dengan risiko yang bervariasi, termasuk perubahan regimen psikofarmaka. Studi ini mengeksplorasi hubungan antara perubahan regimen psikofarmaka dan tingkat readmisi pasien psikiatri di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dengan hasil proporsi readmisi sebesar 23,5%, pasien yang kembali didominasi oleh kelompok usia 18-29 tahun (78,8%), perempuan (66,7%), dan yang berdomisili di Jakarta (66,7%). Skizofrenia dan gangguan afektif adalah diagnosis multiaksial yang umum. Perubahan regimen psikofarmaka, termasuk dosis (61,1%), merk (55,5%), dan jenis obat (30,5%), menunjukkan olanzapin sebagai obat yang paling umum diberikan (13,3%). Analisis statistik menunjukkan hubungan signifikan antara perubahan regimen psikofarmaka dan readmisi, dengan nilai uji chi sebesar 0,003 dan OR 3,560. Temuan ini konsisten dengan proporsi readmisi pada studi sebelumnya. Kesimpulannya, perubahan regimen psikofarmaka dapat meningkatkan risiko readmisi tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa perubahan regimen tersebut. Penemuan ini memberikan wawasan penting untuk memperbaiki strategi perawatan psikiatri dan mengurangi tingkat readmisi. ......The treatment of patients with mental disorders involves a combination of psychopharmacological regimens, therapy, and hospital-based care. However, readmission rates for psychiatric patients remain elevated, with various factors contributing to this phenomenon, including changes in psychotropic medication regimens. This study explores the relationship between changes in psychopharmaceutical regimens and the readmission rate of psychiatric patients at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM). With the result, readmission proportion of 23.5%, returning patients were dominated by the 18-29 year age group (78.8%), women (66.7%), and those who lived in Jakarta (66.7%). Schizophrenia and affective disorders are common multiaxial diagnoses. Changes in psychopharmaceutical regimen, including dose (61.1%), brand (55.5%), and type of drug (30.5%), showed olanzapine as the most commonly prescribed drug (13.3%). Statistical analysis showed a significant relationship between changes in psychopharmaceutical regimen and readmission, with a chi test value of 0.003 and OR 3.560. These findings are consistent with the proportion of readmissions in previous studies. In conclusion, a change in psychopharmaceutical regimen can increase the risk of readmission three times higher compared to patients without a change in regimen. These findings provide important insights for improving psychiatric treatment strategies and reducing readmission rates.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azlan Sain
Abstrak :
Latar belakang: Pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi memiliki angka readmisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi ejeksi normal, dan angka readmisi paling tinggi pada 30-hari pertama pascakeluar admisi sebelumnya. Sekitar 30% pasien dengan gagal jantung juga mengalami Diabetes Melitus (DM) Tipe-2. Sejauh ini, belum ada prediktor kejadian readmisi dalam 30-hari pada pasien dengan populasi tersebut di RSJPDHK, khususnya prediktor dari sisi klinis dan metabolik. Tujuan: Mengetahui prediktor klinis dan metabolik terhadap kejadian readmisi dalam 30-hari pada pasien Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA) dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe-2. Metode: Studi dilakukan secara kohort retrospektif, data diambil dari rekam medis berdasarkan admisi pasien yang memenuhi kriteria inklusi antara Januari 2016-Januari 2021. Luaran klinis terbagi menjadi kelompok readmisi dan kelompok non-readmisi. Luaran klinis yang dinilai adalah kejadian readmisi akibat perburukan kondisi gagal jantung pada 30-hari pascaadmisi terakhir di RSJPDHK. Dilakukan analisis multivariat untuk menentukan prediktor yang bermakna menentukan readmisi dalam 30-hari Hasil: Dari total 747 subjek penelitian, 179 subjek termasuk ke dalam kelompok readmisi, dan 568 subjek termasuk ke dalam kelompok non-readmisi (angka readmisi 24%). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian readmisi dalam 30-hari adalah: irama fibrilasi atrium (OR 2.616; 95% IK: 1.604-4.267; p 0.000), serta denyut jantung saat pulang rawat (OR 1.022; 95% IK: 1.005-1.039; p 0.010). Kadar gula darah post-prandial < 140 mg/dL menjadi prediktor protektif untuk kejadian readmisi dalam 30-hari (OR 0.528; 95% IK: 0.348-0.802; p 0.003). Kesimpulan: Dua faktor klinis yaitu irama fibrilasi atrium dan denyut jantung saat akhir masa rawat menjadi prediktor readmisi yang bermakna terhadap kejadian readmisi dalam 30-hari akibat perburukan kondisi gagal jantung, sedangkan kadar gula darah post-prandial < 140 mg/dL menjadi faktor protektif untuk kejadian readmisi 30-hari pada populasi pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe-2. ......Background: Patients Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HFrEF) had higher readmission rates than normal ejection fractions, and readmission rates were highest in the first 30-days post-admission. About 30% of patients with heart failure also have Type-2 Diabetes Mellitus (DM). So far, there is no predictors for the incidence of 30-days readmission in patients with this kind of population in National Cardiovascular Centre Harapan Kita (NCCHK). Objective: To determine the clinical and metabolic predictors of 30-days readmission in patients with Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) with reduced ejection fraction and type-2 DM. Methods: The study was conducted in a retrospective-cohort, data were taken from medical records based on admissions of patients who met the inclusion criteria between January 2016-January 2021. The clinical outcomes were divided into readmission and non-readmission groups. The clinical outcome assessed was the incidence of readmission due to worsening of the condition of heart failure at 30-days after the last admission at NCCHK. Multivariate analysis was performed to determine significant predictors for 30-day readmission. Result: Of the total 747 research subjects, 179 subjects were included in the readmission group, and 568 subjects included in the non-readmission group (readmission rate 24%). Multivariate logistic regression analysis showed that the factors associated at 30-days readmission were: atrial fibrillation rhythm (OR 2.616; 95% CI: 1.604-4,267; p 0.000), heart rate at discharge (OR 1.022; 95% CI: 1.005-1.039; p 0.010). Post-prandial blood glucose level < 140 mg/dL was a protective predictor for 30-day readmission (OR 0.528; 95% CI: 0.348-0.802; p 0.003). Conclusions: Two clinical factors, namely atrial fibrillation and heart rate at the end of hospitalization, were significant predictors of readmission in 30 days due to worsening of heart failure, while postprandial blood sugar levels < 140 mg/dL were protective factors for 30-days readmission in population of heart failure with reduced ejection fraction and type-2 DM
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Artati
Abstrak :
Latar belakang: Penyakit katup jantung merupakan penyakit yang disebabkan ketidakmampuan katup dalam menjalankan fungsinya dengan penyebab penyakit katup jantung yang paling umum yaitu demam rematik. Walaupun telah dilakukan pembedahan, readmisi terjadi dengan angka kejadian yang terus meningkat pada pasien pasca operasi katup jantung.. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan readmisi pasien pasca operasi katup jantung. Desain yang digunakan yaitu crossectional dengan pendekatan retrospektif dengan sampel sebanyak 111 responden. Uji statistik menggunakan Chi Square alternatif exact fisher dengan signifikasi (α < 0,050) menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, dukungan keluarga, aktivitas fisik dan fleksibilitas, kepatuhan minum obat pengencer darah (warfarin) dengan  readmisi pasien pasca operasi katup jantung (p=0,047, p= 0,030, p= 0,030, p=0,029, p= 0,024). Direkomendasikan untuk pendidikan kesehatan pada pasien pasca operasi katup jantung dilakukan oleh perawat pendidik yang dapat memberikan edukasi kesehatan yang tepat sesuai dengan kondisi, dan mengembangkan metode untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya readmisi, serta meningkatkan  pengetahuan dan pemahaman pasien readmisi pascaoperasi katup jantung.
Background: Heart valve disease is a disease caused by the inability of the valve to carry out its function with the most common cause of heart valve disesase, rheumatic fever. Despite surgery, readmissions occur with an increasing incidence. This study aims to identify the factors associated with patient readmissions after heart valve surgery. This research design used a cross -sectional with a retrospective approach with a sample of 111 respondents. Statictical test using Chi Square alternative exact fisher with significant ( α < 0,050) showed a significant relationship between education level, family support, physical activity and flexibility, adherence to taking blood thinners (warfarin) with patient readmission after heart valve surgery (p=0,047, p= 0,030, p= 0,030, p=0,029, p= 0,024). It is recommended that health education for post-heart valve surgery patients be carried out by educating nurses who can provide proper health education according to the conditions, and develop methods to prevent or minimize readmissions, as well as increase the knowledge and understanding of patients with postoperative heart valve readmissions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arindya Rezeki
Abstrak :
Latar belakang: Gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) termasuk penyakit kardiovaskular dengan mortalitas serta tingkat readmisi yang tinggi. Resistensi insulin saat ini merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi prediktor terhadap prognosis pasien GJDA. Indeks trigliserida glukosa (ITG) telah dilaporkan sebagai salah satu prediktor risiko kardiovaskular dan petanda resistensi insulin yang sederhana. Namun, hubungan ITG terhadap kejadian readmisi 30-hari dan kematian dalam 6 bulan pascarawat pasien GJDA masih belum diteliti. Tujuan: Mengetahui hubungan ITG dengan kejadian readmisi 30-hari dan kematian dalam 6 bulan pascarawat pasien GJDA yang dirawat pertama kali. Metode: Studi dilakukan dengan desain kohort retrospektif. Data subjek diambil dari rekam medis berdasarkan admisi pasien yang memenuhi kriteria inklusi dari Januari 2018 – November 2021. Luaran klinis yang dinilai adalah readmisi 30 hari dan kematian dalam 6 bulan pascarawat. Data tersebut diolah dengan analisis multivariat dan laju kesintasan pada subjek. Hasil: Total subjek dalam penelitian ini adalah 467 orang, dengan 158 subjek mengalami luaran klinis readmisi 30-hari dan kematian dalam 6 bulan pascarawat. Proporsi readmisi sebesar 29% (135 subjek) dan kematian dalam 6 bulan pascarawat sebesar 5% (23 subjek). Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan luaran klinis readmisi 30- hari adalah hipertensi (p 0.05, HR 1.493, 95% IK 1.019 – 2.187), usia (p 0.013, HR 0.98, 95% IK 0.964 – 0.996), fraksi ejeksi <50% (p 0.016, HR 1.888, 95% IK 1.124 – 3.172), tekanan darah sistolik saat admisi (p 0.012, HR 1.010, 95% IK 1.001–1.017), denyut nadi sebelum pulang (p 0.017, HR 0.989, 95% IK 0.979 – 0.998), gula darah puasa (p 0.017, OR 0.992, 95% IK 0.986 – 0.999), dan nilai ITG ( p <0.001, OR 28.9, 95% IK 10.112 – 83.068). Sedangkan faktor independen terhadap luaran kematian dalam 6 bulan pascarawat adalah tanpa penggunaan diuretik (p 0.02, HR 6.89, 95% IK 2.022 – 23) dan gula darah puasa (p 0.017, OR 0.992, 95% IK 0.986 – 0.999). Kesimpulan: Nilai ITG dapat menjadi prediktor readmisi 30-hari, namun tidak berhubungan dengan luaran kematian dalam 6 bulan pasarawat pada pasien GJDA ......Background: Acute decompensated heart failure (ADHF) is a cardiovascular disease with high mortality and readmission rates. Currently, insulin resistance has been reported to predict prognosis of ADHF patients. Triglyceride glucose index (TyG) has now been proposed as an independent predictor of cardiovascular risk and a simple marker of insulin resistance. However, the association between TyG and 30-days readmission and 6 months mortality after hospitalization remains unclear. Objective: To investigate TyG as a predictor of 30-day readmission and 6 months mortality after hospitalization in ADHF patients. Methods: The study was conducted in a retrospective cohort. Data were taken from medical records based on the admission of patients who met the inclusion criteria from January 2018 – November 2021. The clinical outcomes were 30-days readmission and 6 months mortality. The data were analyzed by multivariate analysis and the survival rate of the subjects. Results: This study included 467 subjects, with 158 subjects have clinical outcomes. The readmission rate is 29% (135 subjects), and 6 month mortality after hospitalization is 5%. Multivariate analysis showed that the factors associated with 30-days readmission were hypertension (p 0.05, HR 1.493, CI 95% 1.019 – 2.187), age (p 0.013, HR 0.98, CI 95% 0.964 – 0.996), ejection fraction <50% (p 0.016, HR 1.888, CI 95% 1.124 – 3.172), systolic blood pressure on admission (p 0.012, HR 1.010, 95% CI 1.001 – 1.017), heart rate predischarge (p 0.017, HR 0.989, CI 95% 0.979 – 0.998), gfsting blood glucose (p 0.017, OR 0.992, CI 95% 0.986 – 0.999), dan TyG (p <0.001, OR 28.9, 95% IK 10.112 – 83.068). Independent factors for 6 months mortality were no diuretic medication (p 0.02, HR 6.89, 95% IK 2.022 – 23) and fasting blood glucose (p 0.017, OR 0.992, 95% IK 0.986 – 0.999). Conclusion: Triglyceride glucose index can predict 30-days readmission, but does not associated with 6-months mortality in ADHF patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Friska
Abstrak :
Latar belakang. Berdasarkan analisis dari database online Global Burden of Disease (GBD), tingkat insiden penyakit jantung bawaan (PJB) di seluruh dunia ialah 17,9/1000. Indonesia Heart Association menyatakan bahwa angka kejadian PJB hingga tahun 2019 sebesar 43.200 kasus dari 4,8 juta angka kelahiran dengan perkiraan sebesar 2,4% kasus sudah mendapatkan penanganan bedah. IDEAL discharge planning ditemukan dapat meningkatkan tanggung jawab akan perawatan yang kompleks, meningkatkan kepuasan pasien dan orangtua/pengasuh, dan mencegah pengeluaran biaya kesehatan dan readmisi yang tidak diinginkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh IDEAL discharge planning terhadap kesiapan orang tua merawat anak di rumah paska operasi jantung dan terhadap tingkat readmisi. Metode. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental post test only dengan besar sampel 81 orang. Hasil. Hasil yang didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok intervensi dan kontrol terhadap kesiapaan orang tua merawat anak (p-value: 0,19). Perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok ditemukan pada tiga dari empat domain kesiapan orang tua (p-value <0,05). Sementara itu, tidak ada perbedaan signifikan akan tingkat readmisi pada kedua kelompok (p-value: 0,42). Usia orang tua menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kesiapan orang tua. Lama perawatan di rumah sakit menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kejadian readmisi. Diskusi. Program terstruktur dengan adanya keterlibatan orang tua dalam perawatan (family involvement care) dalam setiap level perawatan dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan proses transisi orang tua. Aplikasi berbasis mobile dan penggunaan chat board perlu untuk dipertimbangkan dalam membantu staff rumah sakit dalam proses follow up kondisi pasien setelah berada di rumah. ......Background. Based on an analysis of the Global Burden of Disease (GBD) online database, the incidence rate of congenital heart disease (CHD) worldwide is 17,9/1000. In Indonesia, the incidence of PJB until 2019 was 43,200 cases from 4.8 million births, with an estimated 2.4% of cases having received surgical treatment. IDEAL discharge planning was found to increase responsibility for complex care, increase patient and parent/caregiver satisfaction, and prevent unwanted health expenses and readmissions. Aim. This study aims to see the effect of IDEAL discharge planning on the readiness of parents to care for children at home after heart surgery and the rate of admission. Method. The research method used was a quasi-experimental post-test with a sample size of 81 people. Result. The results showed that there was no significant difference between the two intervention groups and controls on whom parents cared for children (p-value: 0,19). Significant differences between the two groups were found in three of the four parental readiness domains (p-value <0.05). Meanwhile, the two groups had no significant difference in the readmission rate (p-value: 0.42). The age of the parents becomes a factor that is most influential on parental readiness. The length of hospital stay is the most influential factor in the incidence of readmission. Discussion. A structured program with family involvement at each level of care may be considered to help improve the parental transition process. Mobile-based applications and chat boards need to be considered in assisting hospital staff in following up on the patient's condition at home.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Halimi
Abstrak :
Latar belakang: Pasien gagal jantung sering mengalami readmisi dengan tingkat mortalitas yang tinggi sehingga diperlukan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat untuk memperbaiki prognosis. Resiko rawat inap akibat gagal jantung bahkan lebih meningkat pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2, yaitu 1.5x lebih tinggi. Menggunakan kecerdasan buatan, dapat dilakukan integrasi antara data klinis dengan pemeriksaan penunjang seperti EKG dan rontgen thorax. Selain itu, kecerdasan buatan juga dapat membantu diagnosis di bidang kardiovaskular tanpa adanya variabilitas antar pengamat, serta meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan kecerdasan buatan dengan statistik konvensional dalam memprediksi luaran klinis lama rawat, readmisi 30 hari, mortalitas 180 hari, dan luaran gabungan pada pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe 2. Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap pasien GJDA dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe 2 pada periode Januari 2018 – Maret 2023. Dilakukan analisis data menggunakan statistik konvensional dengan analisis bivariat dan multivariat, dimana hasilnya kemudian dibandingkan dengan analisis menggunakan algoritme kecerdasan buatan, yaitu Balanced Random Forest. Hasil: Melalui rekam medis, didapatkan 292 subjek penelitian dengan persentase lama rawat >5 hari, readmisi 30 hari, mortalitas 180 hari, dan luaran gabungan yang diobservasi adalah 39.7%, 14.0%, 10.6%, dan 21.2% berturut-turut. Kemampuan diskriminasi kecerdasan buatan lebih baik dibandingkan statistik konvensional untuk keempat luaran, dengan AUC lama rawat >5 hari adalah 0.800 vs 0.775, readmisi 0.790 vs 0.732, mortalitas 0.794 vs 0.785, dan luaran gabungan 0.628 vs 0.596. Kesimpulan: Kecerdasan buatan lebih baik dibandingkan statistik konvensional untuk memprediksi luaran klinis berupa lama rawat, readmisi 30 hari, mortalitas 180 hari, dan luaran gabungan pada pasien GJDA dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe 2. ......Background: Heart failure patients often experience readmissions with a high mortality rate, therefore early detection and appropriate management are required to improve the prognosis. The risk of hospitalization due to heart failure is increased 1.5x in type 2 diabetes mellitus (DM) patients. Using artificial intelligence, clinical data can be integrated with supporting examinations such as ECG and chest X-ray. Artificial intelligence can also help diagnoses in the cardiovascular field without inter-observer variability, as well as increasing time and cost efficiency. Objective: This study aims to compare the ability of conventional statistics with artificial intelligence in predicting clinical outcomes, namely length of stay, 30-day readmission, 180- day mortality, and composite outcome in acute decompensated heart failure (ADHF) patients with reduced ejection fraction and type 2 DM. Methods: A retrospective cohort study was conducted on 292 ADHF patients with reduced ejection fraction and type 2 DM in the period January 2018 – March 2023. Data analysis was carried out using conventional statistics with bivariate and multivariate analysis, where the results were then compared with analysis using artificial intelligence algorithm, namely Balanced Random Forest. Results: The percentages of outcomes observed for length of stay >5 days, 30 day readmission, 180 day mortality, and composite outcome were 39.7%, 14.0%, 10.6%, and 21.2% respectively. The discrimination ability of artificial intelligence was better than conventional statistics for all four outcomes, with the AUC of length of stay >5 days were 0.800 vs 0.775, readmission 0.790 vs 0.732, mortality 0.794 vs 0.785, and combined outcome 0.628 vs 0.596. Conclusion: Artificial intelligence is better than conventional statistics in predicting clinical outcomes in the form of length of stay, 30-day readmission, 180-day mortality, and composite outcome in ADHF patients with reduced ejection fraction and type 2 DM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library