Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Kunto Hirsilo
Abstrak :
Dalam konteks perekonomian, kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dapat dikatakan sebagai penyediaan barang dan jasa sosial (barang publik). Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan tersebut tidak mungkin disediakan melalui mekanisme pasar, karena sifat konsumsinya non-rivalry dan non excludable. Di Indonesia, kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah melalui Departemen Kehutanan khususnya Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS). Semua kegiatan Ditjen RLPS tersebut membutuhkan pembiayaan melalui suatu penganggaran, terlebih lagi Ditjen RLPS harus mengalokasikan anggaran dimaksud kepada Unit Pelaksana Teknis-nya (UPT) yaitu 31 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) yang tersebar di seluruh provinsi. Pengalokasian anggaran tersebut diharapkan berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektivitas. Dalam penentuan alokasi anggaran pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di tiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen RLPS oleh pusat, belum diketahui efisiensinya (balk efisiensi secara finansial maupun ekonomi). Dengan dilatarbelakangi hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui berapa tingkat anggaran yang efisien untuk tiap BPDAS berdasarkan multi output dan inputnya. 2) Untuk mengetahui kemajuan kinerja kegiatan penganggaran pada 31 Balai Pengelolaan DAS pada kurun waktu tahun 2002 - 2004. Apakah terjadi perbaikan efisiensi seteiah diterapkan sistem penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) mulai tahun 2003 atau tidak. Sedang hipotesis yang akan diuji : 1) Alokasi anggaran pada 31 Balai Pengelolaan DAS belum efisien 2) Efisiensi Alokasi anggaran kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Balai Pengelolaan DAS dalam kurun waktu dari tahun 2002 s/d 2004 terus meningkat Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, meliputi : 1. Analisis efisiensi alokasi anggaran berdasarkan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 2. Analisis statistika parametrik Uji Beda Rata - Rata efisiensi alokasi anggaran antara tahun 2002 - 2004. 3. Analisis finansial melalui kriteria NPV, B/C ratio dan IRR. Melalui perhitungan dengan metode pengalokasian anggaran dengan mempertimbangkan Multi-Input / Output menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), didapatkan alokasi anggaran yang efisien pada tiap BPDAS. Dengan menggunakan Model DEA-I (Satu Input : Anggaran dan Multi Output) didapatkan bahwa rata-rata alokasi anggaran untuk tiap BPDAS belum efisien, dimana rata-rata efisiensi adalah : tahun 2002 (58,85%), tahun 2003 (63,26%) dan tahun 2004 (66,39%). Sedang dengan menggunakan Model DEA-II (Dua Input : Anggaran dan Jumlah Pegawai, Multi Output) terlihat juga bahwa rata-rata alokasi anggaran untuk tiap BPDAS belum efisien, dimana rata-rata efisiensi (rasio alokasi anggaran yang diberikan dengan alokasi anggaran yang efisien) adalah : tahun 2002 (60,94%), tahun 2003 (65,01%) dan tahun 2004 (67,75%). Berdasarkan uji beda rata-rata baik pada model DEA-I maupun DEA-II, menunjukkan bahwa efisiensi alokasi anggaran untuk tiap BPDAS dari tahun 2002 ke 2003 tidak berbeda nyata (belum meningkat). Begitu juga jika dibandingkan antara tahun 2004 dengan 2002. Hal ini juga dapat dijadikan indikasi bahwa penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) pada tahun 2003 masih bersifat masa transisi (masa pembelajaran sistem barn) sehingga hasilnya belum terlihat merubah efisiensi. Namun demikian secara absolut terlihat bahwa nilai rata-rata efisiensi alokasi anggaran tetap meningkat dari tahun 2002 ke tahun 2003 dan tahun 2004. Untuk mengalokasikan anggaran lebih efisien kepada 31 Balai Pengelolaan DAS dengan metode DEA, seharusnya cukup dengan memperhitungan output-output atau kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan oleh seluruh Balai Pengelolaan DAS. Dengan adanya jenis output / kegiatan tambahan yang bisa jadi bukan prioritas program (usulan kegiatan yang hanya bersifat untuk mendapatkan anggaran sebesar-besarnya) menyebabkan efisiensi alokasi anggaran menjadi lebih kecil. Berdasarkan pengalokasian anggaran melalui Metode DEA dengan hanya mempertimbangkan output / kegiatan prioritas, ternyata adanya ketidakefisienan dalam anggaran yang diberikan selama ini. Sebenarnya dapat dihemat anggaran sebagai berikut : tahun 2002 sebesar Rp 15,314,261.35 (24,80 1), tahun 2003 sebesar Rp 8,710,401.81 (13,57 %) dan tahun 2004 sebesar Rp 9,089,498.00 (11,58 Io). Mengingat ukuran efisiensi alokasi anggaran yang didapatkan melalui metode DEA lebih bersifat relatif bukan absolut (hal ini yang menunjukkan dari kelemahan metode DEA), untuk itu perlu juga dinilai secara finansial bagaimana pemanfaatan input sumber daya (anggaran) yang dialokasikan. Ternyata suatu Balai Pengelolaan DAS dengan nilai efisiensi alokasi anggaran yang lebih tinggi, belum tentu pasti mempunyai efisiensi secara ekonomi juga lebih besar dibanding dengan Balai Pengelolaan DAS dengan nilai efisiensi alokasi anggaran yang lebih kecil.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T19406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage Publications, 2003
R 307.34 URB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Australia: Harwood Academic, 2000
616.804 7 DEG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Furuichi, Yasuro
Abstrak :
Skeletal muscle stem cells, known as satellite cells, participate in postnatal skeletal muscle growth, regeneration, and hypertrophy. They are quiescent in the resting state, but are activated after muscle injury, and subsequently replicate and fuse into existing myofibers. The behavior of satellite cells during muscle regeneration is regulated by extrinsic factors, such as the extracellular matrix, mechanical stimuli, and soluble factors. Myokines, muscle-derived secretory factors, are important regulators of satellite cell activation, proliferation, and differen¬tiation. It is well known that muscle injury induces the release of various growth factors from myofibers, and these growth factors affect satellite cells. It has recently been shown that myokines secreted from myofibers without cell damage also regulate satellite cell functions. Here, we summarize myokines with known roles in the regulation of satellite cells and the mechanism underlying this regulatory process.
Tokyo: The Japanese Society of Physical Fitness and Sports Medicine, 2017
610 JPFSM 6:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kazumi Ikezaki
Abstrak :
ABSTRACT
Although icing treatment has been well accepted as aftercare in sports fields, the detailed mechanisms of the treatment is not fully understood. In this study, we investigated the effect of icing treatment on the recovery process of rat plantaris muscles with artificially induced muscle damage. Sixty male Wistar rats (8-weeks-old) were randomly assigned to three groups; control (CTL), bupivacaine-injected (BPVC), and icing treatment after BPVC (ICE). Icing treatment was applied for 20 min immediately after BPVC, and the treatment was used once per day for 3 days. The plantaris muscles were removed at 3, 7, 15, and 28 days after the muscle damage, then immunohistochemical and real time RT-PCR analysis were performed. In histochemical analysis, although significant changes were found in the relative muscle weight, cross-sectional area of muscle fiber, percentage of muscle fiber with central nuclei, and expressed immature myosin heavy chain isoforms after muscle damage, as compared to the CTL group, no differences were found between BPVC and ICE groups. In mRNA expression analysis, the ICE group had a significantly lower value of MyoD than the BPVC group at 3 days after the damage. Expression of IL-6 mRNA, which relates to muscle inflammation, indicated significantly higher value in BPVC, but not in ICE, than CTL groups at 7days after the damage. Furthermore, BKB2 receptor, which relates to acute muscle soreness, indicated a significantly higher expression in BPVC than ICE groups at 3 days after the damage. These results suggest that icing treatment is effective to suppress muscle inflammation and soreness at an early stage of recovery from damage, but not effective for muscle regeneration at a later stage.
Jepang: The Japanese Society of Physical Fitness and Sports Medicine, 2017
617 JPFSM 66:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Lukita
Abstrak :
ABSTRAK
Biogas diproduksi dari limbah cair kelapa sawit dengan proses digesting anaerob memiliki kadar CH4 dan CO2 masing-masing sebesar ± 86,2% dan ± 13,8 %. Pengotor pada biogas yaitu CO2 perlu dihilangkan, karena dapat menurunkan nilai kalor pada biogas dan bersifat korosif. Metode simultan absorpsi dan adsorpsi dipilih pada penelitian ini. Absorpsi menggunakan larutan Ca(OH)2 0,0619 M dan adsorpsi menggunakan dua kolom unggun tetap dan zeolit klinoptilolit termodifikasi sebagai adsorben. Zeolit Klinoptilolit dimodifikasi struktur dan luas permukaannya dengan menggunakan HCl (2M), NaOH (2M), kalsinasi pada suhu 450 oC dan pelapisan kitosan 0,5% (b/v). Karakterisasi adsorben dilakukan dengan analisis XRD, FTIR, SEM-EDX dan analisis permukaan dan porositas dengan BET dan analisis biogas dengan GC dan GC-MS. Efektivitas penyerapan CO2 dengan metode simultan absorpsi-adsorpsi dua kolom didapatkan sebesar 82,5% dengan waktu jenuh pada menit ke-30. Adsorben diregenerasi didapatkan hasil efektivitas penyerapan CO2 sebesar 74,3% dengan menggunakan NaOH 1,5 M dan pemanasan pada suhu 200oC.
ABSTRACT
Biogas produced from palm oil mill effluent by digesting anaerobic contains of CH4 and CO2 each ± 86,2% and ± 13,8 %. Biogas purified necessary to remove impurity, that CO2 can reduce calorie value of biogas and corrosive. In this research biogas purified using simultaneous absorption-adsorption method because simply and applicative. Absorption using Ca(OH)2 0,0619 M and adsorption method using two fixed bed column and zeolite clinoptilolite as adsorbent. Structure and surface area of zeolite clinoptilolite can be modified using strong acid and strong base with concentration each 2 M, calcination at 450 oC and coated chitosan 0,5 %. Adsorbent characterization by XRD, FTIR, SEM-EDX, surface area and porosity analyse with BET and biogas analyse using GC and GC-MS.. Research result found 82,5% CO2 adsorption effectiveness of using simultaneous absorption-adsorption double column method with saturated time at 30 minute. Adsorbent can be regenerated founded CO2 adsorption effectiveness 74,3% with using NaOH 1,5 M and 200oC.
2016
T46328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Agustina
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis proses kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan oleh Karang Taruna di wilayah DKI Jakarta serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, kaji pustaka, dan penelusuran dokumen penelitian. Penelitian ini menjelaskan kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan oleh Karang Taruna tingkat Kelurahan, Forum Pengurus Karang Taruna tingkat Kecamatan, tingkat Kota, sampai tingkat Provinsi di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Analisis dilakukan menggunakan tahapan succession planning yang diutarakan oleh Matan (2010). Hasil penelitian menyarankan bahwa kaderisasi kepemimpinan di Karang Taruna harus terus dioptimalkan melalui konsolidasi yang baik di antara pengurus Karang Taruna. Terutama dengan lebih mengoptimalkan lagi proses rekrutmen, seleksi, serta pengembangan dan pelatihan kepemimpinan.
This study aims to analyze leadership regeneration process carried out by Karang Taruna in DKI Jakarta area as well as to determine its influence factors. The data in this study collected through interviews, literature review, and document research. This study describes the leadership regeneration carried out by Karang Taruna at Village level, Forum Pengurus Karang Taruna at District level, State level, to the Provincial level in the DKI Jakarta area. This study is a descriptive qualitative research design. Analyses were performed using succession planning steps expressed by Matan (2010). The result of this study suggests that the leadership regeneration carried out by Karang Taruna should be optimized through good consolidation among Karang Taruna members. Especially with further optimizing the recruitment process, the candidate selection, and also the development and training future leaders.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Setiawati
Abstrak :
Stres oksidatif telah diketahui menimbulkan efek yang merusak. Dalam fibrosis hati, stres oksidatif seolah-olah membentuk lingkaran setan yang menyebabkan perburukan fibrosis hati. Dalam hal ini, Nuclear Erythroid 2-Related Factor 2 (Nrf2) sebagai regulator antioksidan akan mengaktifkan sistem pertahanan antioksidan tubuh yang dapat memutus mata rantai fibrosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ekspresi Nrf2 pada jaringan hati, menganalisa kadar Malondialdehyde (MDA) sebagai oksidan bebas dan Glutathione (GSH) sebagai pemulung oksidan. Selain itu, juga menilai pengaruh pemberian Sel Punca Mesenkim asal Tali Pusat (SPM-TP) 1 juta dan 3 juta pada fibrosis hati. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan bahan biologis tersimpan berupa jaringan hati tikus Wistar 14 minggu. Terdapat empat kelompok perlakuan yaitu, kelompok sehat, kelompok 2AAF/CCl4, kelompok 2AAF/CCl4 yang diberikan SPM-TP 1 juta dan 3 juta dengan menggunakan tiga parameter yang diperiksa pada masing-masing kelompok yaitu, MDA, GSH, dan Nrf2. Pemeriksaan MDA dan GSH dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer, sedangkan pemeriksaan Nrf2 dinilai dengan menggunakan pulasan imunohistokimia dan kuantifikasi dengan ImageJ (IHC Profiller). Data terdistribusi normal yang diperoleh diuji dengan one way ANOVA  dan diuji post hoc Tukey sedangkan data tidak terdistribusi normal diuji dengan Kruskal Wallis dan post hoc Mann Whitney. Dari data-data tersebut didapatkan penurunan kadar MDA, peningkatan kadar GSH serta ekspresi Nrf2 pada kelompok yang diberikan SPM-TP 1 juta sedangkan pada kelompok yang diberikan SPM-TP 3 juta tidak menunjukkan hasil yang lebih baik. ......Oxidative stress has been known to have deleterious effects. In liver fibrosis, oxidative stress seems to form a vicious circle that causes liver fibrosis to worsen. In this case, Nuclear Erythroid 2-Related Factor 2 (Nrf2) as an antioxidant regulator will activate the body's antioxidant defense system which can break the chain of fibrosis. This study aims to analyze the expression of Nrf2 in liver tissue, also the levels of Malondialdehyde (MDA) as a free oxidant and Glutathione (GSH) as an oxidant scavenger. In addition, it also assessed the effect of giving  Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cells (UCMSCs) 1 million and 3 million on liver fibrosis. This study was an experimental study using stored biological material in the form of 14-week-old Wistar rat liver tissue. There were four treatment groups, namely the healthy group, the 2AAF/CCl4 group, the 2AAF/CCl4 group who were given UCMSCs 1 million and 3 million using three parameters examined in each group, namely MDA, GSH, and Nrf2. MDA and GSH examinations were carried out using a spectrophotometer, while the Nrf2 examination was assessed using immunohistochemical staining and quantification with ImageJ (IHC Profiler). Normally distributed data obtained was tested with one way ANOVA and Tukey's post hoc test while data that is not normally distributed was tested with Kruskal Wallis and post hoc Mann Whitney.  From these data it was found a decrease in MDA levels, an increase in GSH levels as well as Nrf2 expression in the group given UCMSCs 1 million while the group given UCMSCs 3 million showed no better results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Setiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu aspek yang penting dari pembangunan pertanian berkelanjutan adalah sumber daya manusianya. Oleh karena itu, regenerasi petani menjadi hal penting untuk dilakukan, terutama dalam menarik pemuda desa yang produktif untuk melanjutkan usaha di sektor pertanian. Akan tetapi, dalam kurun waktu belakangan ini, jumlah tenaga kerja petani yang berusia muda semakin menurun. Pemuda desa lebih memilih untuk migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Studi-studi sebelumnya menyebutkan bahwa para pemuda memiliki persepsi negatif terhadap sektor pertanian seperti pekerjaan kotor, pekerjaan orang tua, dan pendapatan rendah. Studi-studi lain juga menyebutkan bahwa status sosial ekonomi dan lingkungan turut mempengaruhi pilihan pemuda untuk meninggalkan sektor pertanian di desa. Penelitian ini mengambil studi di Desa Pulosaren Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang berfokus pada keluarga petani hortikultura dengan menggunakan metode kualitatif yang didukung pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Di Desa Pulosaren, struktur agraria mengalami perubahan yang ditandai dengan fenomena penyewaan lahan kepada perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini adalah proses regenerasi petani terjadi karena ketimpangan struktur agraria yang ada di Desa Pulosaren, di mana keluarga yang memiliki akses dan kepemilikan lahan yang lebih dari 2.000 meter persegi memiliki kesempatan untuk meregenerasi keluarganya, baik itu mengelola lahannsendiri atau sebagai petani penggarap di perusahaan.
ABSTRACT
One of the important aspects of sustainable farming development is its human resources. Therefore, the regeneration of farmers becomes an important thing to do, especially in attracting the productive village youth to continue their efforts in the agriculture sector. However, over the recent period, the number of young farmers workforce is declining. The village youth prefer to migrate to the city to find work. Previous studies have mentioned that young people have a negative perception of agriculture sectors such as dirty work, parental work, and low income. Other studies have also mentioned that socio-economic and environmental status have influenced young peoples choices to abandon the farming sector in the village. This study took a study in Pulosaren village in Wonosobo Central Java that focuses on the family of horticultural farmers using qualitative methods supported data collection in the form of in-depth interviews and observations. In Pulosaren Village, the agrarian structure has undergone changes marked by the land rental phenomenon to the company. Another result of this research is the process of regeneration of farmers occurs because of the inequality of agrarian structures existing in the village Pulosaren, where families who have access and land ownership of more than 2,000 square meters have the opportunity to Regenerate their families, whether they manage their own land or as a farmer in the company.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnia Salma Dwi Astuti
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis merupakan salah satu kondisi periodontal yang dapat menyebabkan poket periodontal. Terdapat berbagai metode perawatan poket periodontal, salah satunya adalah Guided Tissue Regeneration. Penelitian mengenai persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTRpada terapi regeneratif jaringan periodontal belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia mengenai penggunaan membran GTR. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang menggunakan kuesioner kepada dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia. Hasil: 93 responden melakukan bedah regeneratif GTR dengan mayoritas 1-3 bedah setiap bulan dengan indikasi 2-3 wall defect. GTR dilakukan menggunakan membran resorbable collagen karena memberikan hasil perawatan yang lebih baik dengan parameter keberhasilan pertumbuhan tulang secara radiografi dan persentase kesuksesan sebesar 75%. Alasan responden tidak melakukan GTR karena biaya cukup tinggi. Responden puas dan percaya diri dengan teknik GTR dan setuju penggunaan material dari hewan, manusia dan sintetis. Jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dipengaruhi oleh lama praktik dan tidak dipengaruhi oleh domisili daerah praktik. Kesimpulan: Terdapat perbedaan persepsi dan preferensi dokter gigi spesialis periodonsia di Indonesia dalam penggunaan teknik GTR pada terapi jaringan periodontal regeneratif dan terdapat perbedaan signifikan antara jumlah bedah regeneratif periodontal GTR oleh dokter gigi spesialis periodonsia dan lama praktik. ......Background: Periodontitis is one of the periodontal conditions that can cause periodontal pockets. There are various methods of treating periodontal pockets, one of which is Guided Tissue Regeneration. Research on the perceptions and preferences of Periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes in periodontal tissue regenerative therapy has never been conducted in Indonesia. Objective: Obtain the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of GTR membranes. Methods: Descriptive study with a cross-sectional approach using a questionnaire to periodontists in Indonesia. Results: 93 periodontists in Indonesia performed GTR with the majority of surgeries performed 1-3 times a month and indications of 2-3 wall defects. GTR is performed using a resorbable collagen membrane because it provides better treatment results with radiographic parameters of bone growth success and a treatment success rate of 75%. The reason respondents did not do the GTR was because the cost was quite high. Respondents were satisfied and confident with the GTR technique and agreed to use animal, human and synthetic materials. The number of GTR periodontal regenerative surgeries by periodontists in Indonesia is influenced by length of practice and not by domicile in the practice area. Conclusion: There are differences in the perceptions and preferences of periodontists in Indonesia regarding the use of the GTR technique in regenerative periodontal tissue therapy and there are significant differences between the number of GTR regenerative periodontal surgeries by periodontists and the length of practice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>