Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liza Marielly Djaprie
Abstrak :
Selama bertahun-tahun, gangguan jiwa schizophrenia diasumsikan sebagai suatu misteri yang tak terpecahkan, tak terdefinisikan dan membingungkan seluruh lapisan masyarakat. Kurang lebih 1% dari populasi chmia menderita gangguan jiwa schizophrenia. Dimana baik laki-laki serta wanita memiliki prosentase yang Sama besar untuk menderita gangguan jiwa schizophrenia. Penyebab gangguan jiwa schizophrenia juga sebaiknya dilihat tidak hanya dari perspektif medis namun juga dari perspektif psikologis sehingga dapat saling menunjang untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai onset dan perkembangan gangguan jiwa ini. Prognosa untuk gangguan jiwa schizophrenia dapat dikatakan tidak membawa pengharapan yang cukup, baik bagi penderita maupun keluarga. Gangguan jiwa schizophrenia dikatakan memiliki prognosa negatif dimana sekali gangguan jiwa ini menyerang maka sulit bagi penderita untuk dapat 'sembuh’ karena seringkali penderita memiliki kesulitan untuk berkomunikasi, berinteraksi, melakukan kegiatan sehari-hari maupun memecahkan permasalahan yang datang. Hal ini sendiri kemudian dikatakan terkait erat dengan kemunculan relapse. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya relapse, diantaranya adalah penurunan kemampuan sosial yang telah disebutkan diatas sefta sikap complzance terhadap pengobatan yang telah dianjurkan oleh para ahli medis berwenang. Pengamatan yang kemudian dilakukan pada kedua subyek yang digunakan dalam penelitian ini, memperlihatkan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang terkait dengan kemungkinan kemunculan relapse. Sama seperti halnya penyebab kemunculan gangguan jiwa schizophrenia, pada subyek-subyek penelitian ini faktor-faktor pendukung kemunculan relapse dapat terdiri atas berbagai macam faktor yang saling terkait dan mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah dukungan keluarga serta kesadaran penderita akan gangguan jiwa yang dideritanya Temuan lain yang juga menarik adalah bahwa ternyata ditemukan adanya hubun gan yang sangat erat antara relapse, compliance, dan social skills penderita. Ketiganya menjadi hal-hal yang saling mendukung dan membentuk lingkaran yang berkelanjutan. Peneliti melihat bahwa dalam proses pencegahan relapse dibutuhkan tingkat compliance dan social skills yang baik. Dengan bersikap compliance penderita akan mampu untuk mencegah relapse, sementara itu dengan social skills yang baik maka penderita akan mampu untuk berinteraksi secara adekuat dimana interaksi yang adekuat tersebut tentu saja sangat berperan dalam proses perawatan. Namun di sisi lain, pada kedua subyek penelitian terlihat pula bahwa setelah prosentase maupun jarak waktu antar relapse mereka jauh berkurang maka keinginan mereka untuk meningkatkan compliance dan social skills pun turut semakin membaik. Selain hal-hal tersebut, ditemukan pula pada subyek-subyek penelitian ini peranan besar stabilitas sosial dalam proses pencegahan relapse. Stabilitas sosial tersebut mencakup pekerjaan, perningkahan Serta tempat tinggal. Dengan adanya stabilitas sosial ternyata kedua subyek penelitian semakin terpacu untuk mencegah relapse pada gangguan jiwa yang mereka derita. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan subyek yang lebih banyak dengan rentang waktu penelitian yang lebih panjang sehingga dapat terungkap variasi-variasi yang mungkin tercakup tidak hanya dalam proses kemunculan relapse namun juga dalam proses pencegahannya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Santy Atmaja
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Efektifitas Program Aftercare Dalam Upaya Mengurangi Eks Residen Yang Relapse: Studi Kasus Di Rumah Dampingan Jakarta pada Direktorat Pasca Rehabilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi BNN serta mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi residen yang relapse pada Rumah Dampingan Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengandalkan analisis data deskriptif yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan para informan, pengamatan, studi kepustakaan dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektifitas Program Aftercare Dalam Upaya Mengurangi Eks Residen Yang Relapse sudah cukup efektif terbukti dengan adanya komunikasi dan hubungan kerja Rumah Damping terhadap masyarakat dan lembaga pemerintah/ masyarakat sudah terlaksana dengan baik dan efektif juga SDM yang dimiliki sudah cukup untuk memenuhi dan memfasilitasi residen dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pasca rehabilitasi selama mereka berada di Rumah Damping. Namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kendala/hambatan diantaranya capaian atas sasaran/ tujuan yang ingin dicapai belum sesuai yang diharapkan oleh karenanya dibutuhkan koordinasi yang baik antara pihak-pihak pelaksana, baik dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota juga terhadap orang tua klien (eks residen) demi keberlangsungan pelaksanaan kegiatan yang efektif. Peningkatan kualitas Rumah Damping agar lebih ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan serta terhadap pelatihan vokasional agar lebih variatif untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan minat bakat residen dan sebagai upaya pemulihan yang berkelanjutan.
This study aimed to analyze the Effectiveness of Aftercare Program Efforts to Reduce Ex-Resident in the Relapse : Case Study at Rumah Dampingan Jakarta on Direktorat Pasca Rehabilitasi Deputy of Rehabilitation BNN as well as identify efforts that have been made in overcoming relapse resident in Rumah Dampingan Jakarta. This study used a qualitative method that relies on the analysis of descriptive data obtained through in-depth interviews with informants, observation, literature study and review documents. The results showed that the Effectiveness of Aftercare Program Efforts to Reduce Ex-Resident in the Relapse proved effective with an communication and working relationships of Rumah Dampingan Jakarta to the community and government agencies/ community already implemented properly and effectively also has sufficient human resources to fulfill and facilitate resident in a whole series of aftercare activities during their stay in Rumah Dampingan Jakarta. However, in practice there are still some obstacles and barriers including achievement of targets/ objectives have not been as expected therefore required good coordination between the implementing parties, both from the national level, provincial, district/ city as well as to the client`s parent (ex-resident) for the continuation of the implementation of effective activity. Half Way House quality improvement is enhanced in accordance with the needs and to be more varied vocational training to improve the skills according to their interests and talents resident as a sustainable recovery.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immawati
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan gangguan ginjal terbanyak yang dijumpai pada anak. Anak dengan SN sebagian besar mengalami kekambuhan yang akan mempengaruhi kualitas hidup anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan anak SN. Desain penelitian adalah potong lintang pada 86 sampel dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi Square dan analisis multivariat dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan penyakit ISPA merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian kekambuhan (p value = 0,016, α 5 %). Pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada keluarga secara adekuat untuk mencegah kekambuhan pada anak
ABSTRACT
Nephrotic syndrom (SN) is the most common kidney disorder that find in children. Children with SN largely relapse which will affect the quality of life of children. The purpose of this study was to identify the factors related to the incidence of relapse in children with nephrotic syndrome. The study design was cross sectional in 86 sample with consecutive sampling technique. Gathering data using questionnaire. Analysis using univariate, bivariate with Chi Square tests and multivariate analysis with logistic regression analysis. Results showed that the respiratory disease (ISPA) is the most variabel associated with incidence of relapse (p value 0,016, α 5 %). Adequate health education important to be given to the parent to prevent relapse.
2015
T45742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Retno Daru Dewi
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada kemampuan mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Kajian Strategik Penanganan Narkoba UI 2008 dalam studi kasus menelaah faktor ? faktor penyebab relapse dan perubahannya pada korban penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif, menggali informasi dari 3 informan yang pernah mengalami relapse berulang. Lokasi Penelitian dilakukan pada UPT T&R BNN LIDO. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang residen yang mengalami relapse berulang, berada di UPT T&R BNN Lido, pernah mendapatkan relapse prevention. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Tambahan data didapatkan dari 5 SDM UPT T&R BNN Lido terdiri dari Dokter,Psikolog, Konselor,Petugas Religi (Muslim dan Kristen) dan 2 keluarga residen yaitu ibu dari residen RD dan VT. Analisis dilakukan dengan merujuk pada kerangka teori dan analis hasil lapangan. Dari analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa 1) faktor-faktor Penyebab relapse dan perubahannya baik tingkah laku (behavior), sikap (attitude), pola pikir (tought) dan perasaan (feeling). yang dialami oleh seorang penyalahgunaan narkoba bersifat personal. 2) faktor external dari penyebab relapse ternyata lebih kuat pengaruhnya dari pada faktor internal 3) dukungan baik dari internal, khususnya SDM UPT T&R BNN Lido maupun external mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap resiko terjadinya relapse.
This study focuses on the ability of students Postgraduate Studies Study National Resilience Strategic Review Handling of Drug UI in 2008 in the case studies examine the factors - the causes of relapse and updates on the victims of drug abuse. This research, including research with a qualitative descriptive design, dig information from 3 informants who had experienced a relapse repeatedly. Research conducted at the location UPT T&R BNN LIDO. Informants in this study consisted of 3 persons resident who experienced relapse repeatedly, in UPT T & R BNN Lido, ever get a relapse prevention. Collection of data is done with a depth interviews. Additional data obtained from 5 HR UPT T & R BNN Lido consists of the doctor, psychologist, Councelor, officers Religion (Muslim and Christian) and 2 family resident is the mother of the resident RD and VT. Analize of data is done with to refer to teori and analize result in oprasional. From the analysis of the results of the interviews, concluded that 1) the factors that causes relapse and changes experienced in behavior (Behavior), attitude (attitude), paradigm (tought) and feeling (feeling) by a former trespasser area. 2) external factors of the causes of relapse was stronger influence on the internal factors, 3) support both from internal, particularly human resources UPT T & R BNN Lido and external influences have a high risk of relapse.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25491
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmiati Husin
Abstrak :
Bagi pengguna narkoba, status pecandu, bebas narkoba, lapse, dan relapse merupakan siklus yang sering kali tiada ujung. Perubahan status satu ke status lainnya memerlukan perjuangan panjang dan melelahkan walaupun tampaknya begitu tipis. Hanya mereka yang benar-benar bermotivasi tinggi mampu bertahan untuk tegak di status bebas narkoba. Kembalinya pecandu untuk relapse dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari diri pecandu itu sendiri maupun dari luar diri pecandu. Semakin kuat faktor relapse mempengaruhi mantan pecandu maka akan menyebabkan mantan pecandu mudah untuk relaps. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang yang mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)? dan faktor apa yang paling dominan mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)?. Banyak faktor yang mempengaruhi mantan pecandu narkoba untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps) itu berasal dari dalam diri pecandu sendiri dan dari luar dirinya. Dari dalam diri pecandu sendiri antara lain adalah : keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan. Sedangkan dari luar diri pecandu adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido-Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2008. sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mantan pecandu yang kembali relaps yang sedang dalam perawatan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido - Jawa Barat yang pada saat penelitian berjumlah 30 orang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan dan dukungan sosial mempengaruhi terjadinya relaps. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor emotional states dan social support dari keluarga dominan mempengaruhi terjadinya relaps.
For drugs user, free of drugs, lapse, and relapse represent cycle which frequently no back part. Change of status one to other status need long struggle and tire although seems so attenuate. Only those who really highly motivated able to hold out to straighten in free status of drugs. The return of drugs user for relapse influenced by a lot of good factor from intrapersonal and interpersonal drugs user. Gain strength factor of relapse influence ex-drugs user hence will cause the former drugs user easy for relaps. The problem in this research which factors influencing to lower self resistances of ex-drugs user to relapse? and what the dominant factor influence the user drugs to relapse?. A lot of factor influencing to relaps of ex-drugs user come from inside (intrapersonal) and outside (interpersonal) of drugs user self. From within intrapersonal is : self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support. This research is done in Pusat Rehabilitasi BNN Lido-West Java. Research executed in November ? December 2008. Sample in this research are ex-drugs user on relapse which in treatment at Pusat Rehabilitasi BNN Lido - West Java which at the time of research amount to 30 people. From this research known that the self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support are influence the happening of relapse. From result of research known that the emotional state and social support family factors are dominant to influence the happening of relapse.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25628
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meidiana Bangun
Abstrak :
Relapse pada anak dengan leukemia adalah suatu keadaan munculnya kembali sel leukemia setelah mencapai priode remisi atau bebas penyakit. Keadaan relapse dapat berdampak negativ baik bagi anak, orang tua maupun support sistem yang ada. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian relapse pada anak dengan leukemia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional, dengan jumlah sample 126 melalui purposive sampling. Analisis yang digunakan dengan Mann-Whitney V Test, chi square dan regresi logistik. Hasil menunjukkan kejadian relapse sebesar 40% responden, selanjutnya terdapat hubungan signifikan antara keparahan penyakit dengan kejadian relapse (p Value=0,000). kesimpulan bahwa tingkat keparahan penyakit dan tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor yang paling berpengaruh terjadinya relapse maka disarankan untuk mengadakan familly conference antar multidisipliner dan penjelasan dengan segera pada anak dan keluarga yang terdiagnosis leukemia. Serta meningkatkan pemberian edukasi sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga. ...... Relapse in children with Leukemia is a phase appearing the leukemia cells after complete remission, this situation can impact to the children itself, parents and olso the support system. This research is to identify factors which related with relapse in leukemia children. Methods used in this research is a cross sectional design, with 126 children with Leukemia using purposive sampling as sample. By using Mann-Whitney V Test ,Chi square and Regresi logistic the result showed 40% relapses, tells a significant relation between level of stadium diagnose with relapse incident. The conclusion that level of stadium diagnose and parent?s educational background is the determined factor, in relapse incident. Thus, family conference, proper education and information are expected to be given to the family as soon as the children was diagnosed with leukemia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destarina Sari Indarti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S7730
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zadam Marita
Abstrak :
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan masalah Kesehatan masyarakat baik secara nasional maupun global. Kepatuhan pengobatan dan perilaku pencegahan relapse TB merupakan salah satu factor yang berkontribusi untuk menurunkan angka kambuh TB sehingga dapat menekan penurunan angka relapse TB. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga dikembangkan inovasi Aksi MOIST dalam upaya pencegahan relapse tuberculosis di kelurahan jatijajar, kota Depok. Tujuan inovasi ini yaitu memberikan gambaran pengaruh intervensi keperawatan edukasi aksi MOIST dalam Upaya pencegahan relapse Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan melibatkan 10 keluarga dan 30 kelompok usia dewasa yang ada di Kelurahan Jatijajar menggunakan total sampling. Inovasi edukasi aksi MOIST merupakan integrasi dari terapi peer group atas 8 sesi selama 18 kali pertemuan untuk 2 kelompok. Data sebelum dan setelah intervensi diukur menggunakan instrument perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan dan pengukuran tingkat kemandirian keluarga. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan usia dewasa p Value < 0,05 serta peningkatan kemandirian keluarga. Simpulan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap upaya pencegahan relapse TB serta peningkatan kemandirian keluarga setelah implementasi Aksi Edukasi MOIST. Diharapkan hasil studi ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam penatalaksanaan pengendalian relapse tuberculosis di komunitas. ......Tuberculosis (TB) is a disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is a public health problem both nationally and globally. Adherence to treatment and prevention behavior of TB relapse is one of the factors that contribute to reducing TB relapse rates so as to suppress the decrease in TB relapse rates . This needs to be a concern, so that the MOIST Action innovation was developed in an effort to prevent tuberculosis relapse in Jatijajar sub-district, Depok city. The purpose of this innovation is to provide an overview of the influence of MOIST action education nursing interventions in efforts to prevent tuberculosis relapse. The method used is a case study with a family nursing care approach involving 10 families and 30 adult age groups in Jatijajar Village using total sampling. The educational innovation of MOIST action is an integration of peer group therapy for 8 sessions for 18 meetings for 2 groups. Data before and after the intervention were measured using behavioral instruments (knowledge, attitudes and skills and measurement of the level of family independence. The results showed an increase in knowledge, attitudes and skills of adulthood p Value < 0.05 and an increase in family independence. In conclusion, there was an increase in the level of knowledge, attitudes and skills towards TB relapse prevention efforts and an increase in family independence after the implementation of the MOIST Education Action. It is hoped that the results of this study can be applied by nurses in the management of tuberculosis relapse control in the community
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Muttaqin
Abstrak :
Latar Belakang: Tingginya angka kambuh (relapse) pada para pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) secaxa umum diasumsikan tidak akan berbeda jauh dengan angka relapse pada para pecandu jenis opiat. Masih saja angka relapse terbilang tinggi, bahkan dapat dikatakan penyalahgunaan ulang (relapse) opiat tersebut merupakan penyakit kronik yang berkali-kali muncul. Dari studi Pattison E.M (1980) yang dikutip Hawari (2000) menunjukkan bahwa angka relapse cukup tinggi yaitu 43,9%. Tujuan: Diketahuinya faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya relapse pada pasien ketergantungan opiat di RSKO Jakarta tahun 2003-2005, menggunakan data sekunder (data rekam medik pasien). Variabel-variabel yang diteliti yaitu faktor individu (jenis keiamin, tingkat pendidikan, golongan umur, status perkawinan, status pekerjaan, dan status infeksi hepatitis) serta faktor vat (pola punggunaan, lama pakai, cara pakai, iiekuensi pakai, dan kadar Zat). Rancangan Penelitian: Penelitian epidemiologi observasional analitik kasus kontrol. Metode Sampel yang didapatkan 72 kasus dan 84 kontrol, kcmudian dilakukan mndom menggunakan simple random sampling dengan dipilih 72 kasus dan 84 kontrol (1:1). Kasus adalah pasien ketcrgantungan opiat yang menurut catatan dari buku rekam medis; berkunjung berturut-tumt 6 bulan tanpa menggunakan opiat dan kembali berkunjung dcngan keluhan kembali menyalahgunakan opiat, kontrol adalah pasien kctcrganlungzm opiat yang menurut catatan dari buku rekam medik berktmjung berturut- turut 6 bulan tanpa mcnggunkaan opiat dan tetap betkunjung tanpa ada keluhan mcnyalahgunakan opiat. Data dianalisis mengunakan software komputer secara bivariat dan multivariat. Hasil: Variabel yang berhubungan dengan tcrjadinya relapse opiat antara lain tingkat pendidikan, status perkawinan, status hepatitis, lama pakai, dan cara pakai. Sedangkan variabel yang paling dominan adalah status hepatitis, aninya pasien yang menderita hepatitis lebih berisiko untuk relapse dibandingkan pasien yang tidak menderita hepatitis setelah dikontrol variabel lain. Saran: RSKO dapat memberikan pelayanan khusus bagi pasien perempuan serta di bagian rekam rnedik perlu membuat format kajian (pertanyaan) yang lebih lengkap terutama faktor lingkungan sekitar pasien serta penyimpanan data seharusnya sudah menggunakan komputerisasi. Pada pasien diharapkan dapat mengenali diri sendiri terhadap kondisi saat ini sehingga mampu mengatasi hal-hal yang menyebabkan terjadinya relapse. Program studi diharapkan menjadi inisiator penelitian yang lebih mendalam, serta pada peneliti lain diharapkan menyertakan faktor lingkungan dan dilakukan dengan desain kohort prospekryfdengan jumlah sample yang lebih memadai.
Background: It is assumed that the high rate on relapse among drugs addictive in general (addicted to narcotics, psychotropic, and other substances/NAPZA) will not be different with the rate of relapse on opiate addictive. However, relapse occurrence on opiate addictive is relatively high and can be said as chronically disease that always relapse and relapse again. Study by E. M. Pattison (1980) cited by Hawari (2000) showed that relapse rate of the opiate is as high as 43.9%. Objective: To Gnd out factors related to the occurrence of opiate relapse among opiate addictive patients at the drugs addiction hospital (RSKO) in .Takana 2003 - 2005. Study is using secondary data of patient's medical record. Variables of the study are consist of individual factors (sex, age, level of education, marriage status, occupational status, and hepatitis infection status); and substance factors (substance use practical pattems, duration of substance use, way of employ, frequency of using, and level of substance concentration). Study Design: The study is an analytic observational epidemiology research that using a case-control design. Method: Sample is achieved by a simple random sampling and it`s comprised of 72 cases and 84 controls (lzl). The case is deiine as an opiate addictive patient, who has record on being clean from opiate for six months, but retuming to RSKO because of opiate relapse. Meanwhile, the control is an opiate addictive patient, who has record on being clean from opiate and visiting RSKO regularly in six months, and still visiting RSKO without any medical problem of being opiate relapse. Data is analyzed by using statistical software on the computer in bivariate and multivariate analysis. Result: Variables related to thc occurrence of opiate relapse are: level of education, marriage status, hepatitis status, the duration of using substance, and the way of employing the substance use. And the most dominant variable is the hepatitis status, which is mean that patient suffer from hepatitis is more likely to be relapse compare to patient without hepatitis, after it controlled by other variables. Suggestion: RSKO can address special services towards female patient. For the medical record unit, there is c need on improving the assessment forms, especially the assessment of factors surrounding the patient?s environment. It is also suggested that patient's data storage is should be computerized. To the patients, it is suggested to be having more self contentment. Therefore, they have the ability to deal with any problems that trigger the occurrence of relapse. To the study program, it is expected that the program could be as an initiator for other intense and profound research, and other researcher should includes the environ factors and using design of prospective cohon with adequate sample size.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dipa Tri Adhitya
Abstrak :
Pemulihan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dikarenakan adanya faktor risiko yang lebih dominan dibandingkan faktor protektif dari pasien penyalahguna sehingga pasien penyalahguna memiliki kecenderungan menggunakan kembali, faktor risiko dan protektif tersebut dapat berasal dari dalam diri pasien, keluarga dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). Dan tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisa faktorfaktor risiko dan protektif kecenderungan penggunaan kembali pasien penyalahguna narkotika. Hasil Penelitian didapatkan faktor risiko dari external yang banyak dialami oleh informan adalah faktor lingkungan yaitu pengaruh teman yang menggunakan narkotika, ketersediaan narkotika di lingkungan informan, konflik dalam keluarga, pola komunikasi negatif, pengawasan orang tua lemah, ikatan sosial yang rendah. Sedangkan faktor risiko dari internal individu diantaranya: faktor dari fisiologis individu, koping individu yang buruk, kontrol impuls yang buruk dan pengaruh kepribadian. Faktor protektif internal diantaranya: Persepsi individu yang positif, motivasi/ keinginan pulih, dan religiusitas individu. Dan faktor eksternal individu didapatkan yaitu adanya dukungan keluarga, adanya ikatan antar anggota keluarga, dan komunitas di lingkungan yang positif. ......Recovery does not go as expected due to risk factors that are more dominant than protective factors from narcotics abusing patients so that have a tendency to reuse, These risk and protective factors can come from within the patient, family and environment. This study uses a qualitative design that uses in-depth interviews and focus group discussion (FGD). And the purpose of this study is to analyze the risk factors and protective factors of drug re-use. The results showed that the external risk factors found were environmental factors, namely the influence of friends who used narcotics, the availability of narcotics in the informant's environment, conflicts in the family, negative communication patterns, weak parental supervision, low social ties. While the internal risk factors of the individual include: individual physiological factors, poor individual coping, poor impulse control and personality influences. Internal protective factors include: Positive individual perceptions, motivation/desire to recover, and individual religiosity. And individual external factors were obtained, namely the existence of family support, the existence of bonds between family members, and the community in a positive environment.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>