Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pulung Arya Pranantya
Abstrak :
ABSTRAK
Tembok sisi luar waduk pada rancangan fase Darurat tanggul laut NCICD merupakan rencana pengamanan kawasan DKI Jakarta dari banjir ROB. Banjir yang terjadi merupakan rangkaian dari besarnya curah hujan di bagian hulu dan naiknnya muka air laut di bagian hilir. Diantara penyebab tersebut juga terdapat fenomena land subsidence yang memberi dampak terhadap banjir. Tanggul sisi luar tersebut masih memiliki beberapa alternatif jensi tanggul yang akan dibangun, diantaranya adalah tembok laut, sheet pile, spun pile bahkan timbunan tanah biasa. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kemungkinan tanggul timbunan untuk pengamanan banjir Ketersediaan data untuk perhitungan adalah tiga buah titik sondir di sekitar kawasan muara Kalibaru. Dari data tersebut, didapatkan parameter masing masing litologi sehingga analisis dapat dilanjutkan menjadi analisis rembesan dan stabilitas. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat juga diprediksi mengenai bahaya piping atau erosi buluh di dasar timbunan. Bahaya piping di dasar tanggul terjadi pada material pasir pada saat ketinggian muka air laut existing dan saat ketinggian muka air laut bertambah dua meter tanpa menggunakan sheet pile. Berdasarkan korelasi tiga titik lokasi data sondir di daerah penelitian terhadap Grafik Robertson 1990 didapatkan lima lapisan tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah: lempung lanauan, pasir lanauan, lanau pasiran, pasir lanauan, dan pasir.
Bandung : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ariodilah Virgantara
Abstrak :
ABSTRAK
Analisa rembesan pada sebuah bendungan digunakan untuk menghitung besarnya debit rembesan yang terjadi. Selain itu analisa rembesan juga dibutuhkan untuk mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan yang dapat membahayakan stabilitas bendungan. Oleh karenanya dibutuhkan pengendalian rembesan yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi besar dari rembesan. Dengan pengendalian yang baik diharapkan stabilitas bendungan dapat dijaga dan bendungan tersebut dapat berfungsi sesuaj dengan apa yang direncanakan.

Dalam memecahkan problem rembesan ada beberapa teknik untuk menghitung besarnya debit yang terjadi. Yang paling sering digunakan adalah metode grafis, yaitu metode jaringan aliran. Dalarn memecahkan problem rembesan dengan metode jaringan aliran, dibutuhkan suatu ketrampilan khusus untuk dapat menggambarkan garis-garis aliran dan garis-garis ekipotensial pada problem yang hendak diselesaikan. Selain itu sulit untuk menyelesaikan problem rembesan dimana koefisien permeabilitas kx tidak sama dengan kr. Metode alternatif dalam penyelesaian problem rembesan adalah metode numerik. Metode beda hingga merupakan salah satu metode numerik dimana dilakukan penyelesaian persamaan yang mewakili proses aliran pada aquifer. Ada beberapa alasan untuk memilih metode beda hingga dalam memecahkan problem-problem rembesan. Pertama adalah pendekatan matematis yang tidak terlalu sukar dan yang kedua adalah persamaan-persamaan simultan yang terjadi dapat langsung dipecahkan dengan bantuan komputer.

Tujuan utama dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memahami bagaimana prinsip dasar rembesan dan penyelesaian problem rembesan dengan metode beda hingga. Persamaan beda hingga akan diterapkan pada titik-titik nodal dan berdasarkan kondisi-kondisi batas yang terjadi akan dihasilkan persamaan-persamaan simultan, dimana penyelesaian persamaan tersebut akan dilakukan dengan bantuan komputer. Penyelesaian persamaan-persamaan simultan dilakukan dengan teknik literasi yang dikenal dengan metode SOR (successive over-relaxation). Salah satu tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk membandingkan program yang dibuat dengan menggunakan metode beda hingga dengan metode Iain seperti metode jaringan aliran. Selain ini dalam metode SOR (successive over-relaxation) dikenal adanya suatu faktor over relaksasi, or (over-relaxation factor), yang akan dianalisa pengaruhnya terhadap jumlah rembesan yang terjadi. Juga akan diselidiki beberapa contoh lain seperti pengaruh besar kecilnya ukuran kisi dan juga bebrapa variasi bentuk bendungan.
1996
S34582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliantini Eka Putri
Abstrak :
Operasi penambangan batu kapur PT. Semen Baturaja (Persero) di Pabrik Baturajamerupakan tambang terbuka. Dengan diterapkannya sistem tambang terbuka maka seluruhkegiatan penambangan dipengaruhi oleh kondisi iklim, salah satunya adalah curah hujan.Curah hujan yang tinggi pada musim penghujan sering menyebabkan genangan air danbanjir pada lantai bukaan tambang (pit bottom)Data-data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data kemudian dianalisis denganmembandingkan kondisi desain dengan kondisi aktual. Dengan demikian kita dapatmengetahui kondisi penyaliran air tambang batu kapur untuk produksi semen sekarang diPT. Semen Baturaja (Persero).Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulansebagai berikut :a. Debit air limpasan sebesar 4,38 m3/detik, debit air rembesan sebesar 0,03 m3/detiksehingga debit air total yang masuk ke tambang batu kapur sebesar 4,41 m3/detik.b. Dengan asumsi dalam sehari hujan turun dengan lebat selama 1 jam dan air rembesanmengalir setiap hari maka didapat volume air tambang per harinya yang masuk ke kolampenampung (sump) sebesar 19.790,18 m3/hari yang terdiri dari volume air hujan sebesar1.430,18 m3/hari, volume air limpasan sebesar 15.768 m3/hari dan volume air rembesansebesar 2592 m3/hari.c. Dengan jumlah air yang masuk ke tambang batu kapur sebesar 220.413 m3 makadiperlukan waktu ± 10 hari pengeringan dengan menggunakan dua buah pompaberkapasitas 500 m3/jam.d. Usulan untuk dimensi saluran terbuka dengan bentuk trapesium dan tanpa pengerasanadalah :1) Saluran DTH I- Kedalaman saluran (y) = 0,8 m- Lebar dasar saluran (B) = 1 m- Lebar muka air (T) = 1,9 m2) Saluran DTH II- Kedalaman saluran (y) = 1,4 m- Lebar dasar saluran (B) = 1,8 m- Lebar muka air (T) = 3,3 m.
Palembang: Fakultas teknik Universitas tridinanti palembang, 2014
600 JDTEK 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khasan Mustofa
Abstrak :
ABSTRAK GWPhreatic adalah program komputer dengan algoritma metode beda hingga untuk analisis aliran air tanah yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia untuk keperluan akademis. Program tersebut telah melalui validasi menggunakan model fisik yang dibuat oleh Purnaman 1998 , Zein 1998 , Triono 1999 , Andrias 2001 , dan Handoyo 2001 . Model fisik yang digunakan meliputi model fisik aliran air tanah dengan di antara dua badan air, aliran air tanah dengan batas kedap air di kanan dan kirinya, aliran air tanah dengan turap, dan aliran air tanah dengan imbuhan sumur dengan susunan akuifer yang beragam. Semua validasi tersebut menyatakan bahwa GWPhreatic valid untuk simulasi berbagai kasus yang digunakan. Selain validasi-validasi tersebut, ada pula pengembangan protokol fisik saja yang belum digunakan untuk validasi GWPhreatic, yaitu protokol aliran air tanah melalui akuifer berlapis oleh Kaeni 2015 dan protokol aliran air tanah melalui akuifer melayang oleh Saragih 2015 . Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan kedua model fisik tersebut untuk mengevaluasi tingkat akurasi GWPhreatic dan membandingkannya dengan tingkat akuirasi program komersial yang sudah terpercaya. Program komersial yang digunakan sebagai pembanding adalah GeoStudio 2016 yang menggunakan algoritma metode elemen hingga sebab GeoStudio 2016 menyediakan lisensi gratis untuk keperluan akademis, meskipun dengan beberapa keterbatasan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bias antara program GWPhreatic dan GeoStudio 2016 terhadap model fisik serta mengetahui seberapa akurat GWPhreatic dibandingkan GeoStudio 2016 dalam melakukan simulasi model fisik serupa. Tingkat akurasi keduanya dinilai berdasarkan bias keduanya terhadap model fisik. Hasilnya, bias GWPhreatic pada simulasi akuifer berlapis sebesar 0,0049 dan 0,0005 pada simulasi akuifer melayang. Sedangkan bias GeoStudio pada simulasi akuifer berlapis sebesar 0,0069 dan 0,0042 pada simulasi akuifer melayang. Nilai-nilai tersebut tergolong sangat kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa GWPhreatic dapat diandalkan dalam melakukan simulasi aliran air tanah melalui akuifer berlapis dan akuifer melayang sebagaimana halnya GeoStudio.
ABSTRACT GWPhreatic is a computer program with finite difference method algorithm for phreatic groundwater flow analysis that is developed by Department of Civil Engineering of Universitas Indonesia for academic purposes. This program has been going through several validations with physical models made by Purnaman 1998 , Zein 1998 , Triono 1999 , Andrias 2001 , and Handoyo 2001 . The physical models used are groundwater flow physical model in between two waterbodies, groundwater flow with impervious border on the right and left side, and groundwater flow with well input with various aquifer system. All validations resulted in GWPhreatic being a valid simulator for every cases. Aside from those validation endeavours, there is also a physical development protocol which have not been validated yet with GWPhreatic, which are groundwater flow through stratified aquifer protocol by Kaeni 2015 and perched aquifer by Saragih 2015 . This study will compare both physical models to evaluate GWphreatic accuration and compare it with a trusted commercial program. The commercial program used as comparsion is GeoStudio 2016 which uses finite element algorithm method, and it provides free lisence for academic purpose, although with some limitations. This study aims to assess how accurate the program GWPhreatic and GeoStudio 2016 compared with physical model and also to assess the accuracy of GWPhreatic compared with GeoStudio 2016. Both are assessed with their respective bias value with respect to physical model. GWPhreatic bias value on stratified aquifer is 0.0049 and 0.0005 on perched aquifer. GeoStudio bias value on both aquifer, stratified and perched, are 0.0069 and 0.0042 respectively. Those values are considered very small, so it then can be concluded that GWPhreatic is reliable enough to be used to simulate groundwater flow through stratified and perched aquifer, almost as reliable as GeoStudio.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachry Reyvaldo
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi sampel minyak mentah dan rembesan minyak dari sepuluh cekungan sedimen yang berada di wilayah Indonesia bagian timur, mencakup Cekungan Banggai, Buton, Timor, Vulcan, Seram, Bintuni, Salawati, Aru, Cendrawasih, dan Papuan. Dalam melakukan karakterisasi digunakan parameter bulk mencakup API Gravity, kandungan sulfur, persen fraksi saturate-aromatic-resin-asphaltene (SARA), dan parameter molecular mencakup parameter biomarker dan isotope profile. Dengan mengacu pada literatur terdahulu dan dari hasil plotting dan interpretasi setiap parameter yang tersedia, sampel minyak mentah dan rembesan minyak dari kesepuluh cekungan dapat dibedakan menjadi lima grup berbeda, yaitu: 1) Kondensat dengan kandungan sulfur rendah, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-shallow marine, mature, berasal dari litologi non-karbonatan. 2) Medium oil, kandungan sulfur rendah, mature, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-shallow marine, berasal dari litologi non-karbonatan. 3) Biodegraded oil, kandungan sulfur tinggi, API rendah, kandungan resin tinggi, berasal dari litologi non-karbonatan. 4) Medium-light normal crudes, berasal dari material organik darat pada litologi non-karbonat, terendapkan pada lingkungan suboxic-oxic di darat-deltaic, dan 5) Medium-light normal crudes, berasal dari material organik didominasi alga dan bakteri, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-anoxic open marine dengan litologi karbonatan, mature. ......Characteristics of crude oils and oil seeps from ten sedimentary basins were analyzed on this study, which include Banggai, Buton, Timor, Vulcan, Sera, Bintuni, Salawati, Aru, Cendrawasih, and Papuan Basin. To do the characterization, the bulk parameter such as API Gravity, sulfur content, SARA fraction percentage, and molecular parameters including biomarkers and isotope profile were used. By referring to previous study on each basin and the interpretation and plotting that have been made, the crudes and seeps were categorized into five different group: 1) Condensate with low sulfur content, deposited on suboxic paralic-shallow marine environment, comes from non-carbonate source rock. 2) Medium oil with low sulfur content, mature, deposited on suboxic paralic-shallow marine environment, having low hopane which indicates originated from non-carbonate source rock. 3) Biodegraded oil with high sulfur content, low API, high resin percentage, indicated to originate from non-carbonate source rock based on low hopane value on some samples that are available. 4) Medium-light crude oil, originated from organic materials coming from oxic terrigenous (land plant) to suboxic deltaic environment, originated from non-carbonate source rock, and 5) medium-light crudes originated from algae and bacteria organic materials, suboxic paralic-anoxic open marine, non-carbonate lithology, mature.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murni Gusti Dayanti
Abstrak :
Akibat hujan deras yang terus turun selama lebih dari 3 jam, lereng penyangga rel kereta di Cilebut, Bogor, mengalami kelongsoran. Kelongsoran menyebabkan rel kereta jalur Bogor menuju Jakarta menggantung dan tidak dapat dilalui, empat tiang listrik rubuh, serta puluhan rumah warga yang berada di bawahnya mengalami kerusakan. Sebagai upaya mengidentifikasi faktor penyebab kelongsoran tersebut, dilakukan analisis kestabilan pada lereng tersebut berdasarkan beberapa variasi pembebanan dengan melihat pengaruh rembesan atau seepage akibat keberadaan sungai yang letaknya tidak terlalu jauh dari lereng. Analisis seepage dilakukan dengan menggunakan metode steady-state, sementara analisis stabilitas lereng menggunakan metode limit equilibrium. Dari hasil analisis stabilitas lereng, kondisi sebenarnya ketika terjadi longsor yaitu saat terjadi hujan dan hanya ada beban kendaraan memang sudah menunjukkan kondisi yang cukup kritis dengan faktor keamanan mendekati 1.000, sementara kondisi yang paling kritis berdasarkan hasil analisis adalah ketika terdapat luapan air dari sungai akibat hujan dan terjadi gempa, serta ada kereta yang melintas di jalur arah Jakarta dengan faktor keamanan sebesar 0.965. Kondisi yang paling kritis dari hasil analisis tersebut kemudian menjadi acuan dalam merencanakan alternatif perkuatan lereng dengan menggunakan soil nail dan geotextile. Kenaikan muka air tanah akibat hujan, pembebanan di area lemah, serta adanya getaran akibat gempa merupakan beberapa hal yang menyebabkan kondisi lereng menjadi tidak aman.
After heavy rains fell for more than 3 hours, slope that supports railway tracks in Cilebut, Bogor, suffered a landslide. This landslide/slope failure made Bogor-to-Jakarta track to hang and cut, four electric poles collapsed, and dozens of houses were damaged underneath. As an effort to identify factors causing the landslide, slope stability analysis is applied to the slope with some loading variations and considering the effect of seepage from a river near the slope. Seepage analysis is done using steady-state method, while slope stability analysis is done using limit equilibrium method. From the results of slope stability analysis, the actual condition in the event of landslide occur when rain falls and there is only vehicle load already shows considerable critical condition with a safety factor close to 1,000, while the most critical conditions based on the results of the analysis is that when there is a surge of water from the river due to long-duration rain, a train passing Bogor-to-Jakarta track, and an earthquake, with a safety factor of 0.965. The most critical conditions of the analysis are then become a reference in planning alternatives for slope reinforcement using soil nail and geotextile. Rise in groundwater levels due to rain, loading in the weak area, and the vibrations caused by the earthquake are several things that cause slope condition becomes unsafe.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Andikha Soediro
Abstrak :
Beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di seluruh dunia, tapi walau demikian beton menggunakan sumber daya yang bisa habis, dan suatu saat bisa habis di masa mendatang. Di sisi lain, banyak sekali limbah beton yang tidak digunakan di seluruh penjuru dunia. Penelitian ini ditujukan untuk mendalami limbah beton tersebut agar dapat dipakai kembali sebagai bahan penyusun beton, atau yang biasa disebut agregat daur ulang. Pada penelitian ini terdapat 2 variabel, yang pertama adalah beton menggunakan 0% campuran agregat daur ulang, dan variabel kedua menggunakan 20% campuran agregat daur ulang sebagai pengganti agregat alami. Beton daur ulang yang digunakan pada penelitian ini merupakan beton bermutu f’c25-f’c30. Terdapat 4 jenis pengujian, yaitu uji permeabilitas, uji tekan, uji lentur, dan uji belah, dengan perbandingan air dan semen yang sama, dan juga umur pengujian yang sama. Dari semua pengujian, beton dengan campuran 20% agregat daur ulang memiliki kekuatan tekan, serta kekuatan lentur yang lebih tinggi daripada beton normal, dan koefisien permeabilitas yang lebih kecil, sementara beton dengan campuran 20% memiliki kekuatan belah yang lebih kecil daripada beton normal. ......Concrete is the most used building material in the world, but concrete are made of finite materials. Aggregate quarrying will start to get difficult in the future whereas there are vast amount of unused concrete waste. This research is aimed to understand concrete waste better by using them as recycled aggregate. In this research, there are 2 variables of concrete used, with 0% recycled concrete aggregate, or normal concrete, and with 20% recycled concrete aggregate as a substitute for natural aggregate. The recycled concrete aggregate is of grade f’c25-f’c30. The specimens are subjected to permeability test, compression test, flexural test, and tensile splitting test. All of the specimens are given the same water-cement ratio, and tested at the same age. From all of the tests conducted to the specimens, those consisting of 20% recycled concrete aggregate has a greater compressive strength, greater flexural strength, smaller coefficient of permeability, and smaller tensile splitting strength.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library