Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Iradita Islianti
"Latar Belakang: Transplantasi ginjal merupakan tata laksana utama pada pasien dengan end-stage renal disease. Salah satu perubahan pascatransplantasi ginjal adalah adaptasi fungsi penyimpanan (storage) dan pengosongan (voiding) dari traktus urinarius bagian bawah dalam enam bulan pertama pascatransplantasi ginjal dimana retensi urine dapat terjadi.
Tujuan: Penelitian ini bertujukan mengetahui prevalensi retensi urine pascatransplantasi ginjal dan untuk mendeskripsikan karakteristik urodinamik pasien pascatransplantasi ginjal dengan retensi urine.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang yang dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011-2017. Data diambil dari pasien pascatransplantasi ginjal yang dilakukan pemeriksaan urodinamik Data diambil dari rekam medis pasien.
Hasil: Sebanyak 536 pasien menjalani transplantasi ginjal di RSCM, di antaranya terdapat 11 pasien (2%) disfungsi berkemih yang menjalani pemeriksaan urodinamik dengan rerata usia 41,4 (30,1±52,6) tahun, dimana dua orang diantaranya adalah perempuan. Enam pasien (55%) memiliki diabetes melitus (DM) tipe 2 dan 5 pasien (45%) memiliki hipertensi (HT). Sebanyak 6 dari 11 pasien (54%) mengalami retensi urine, empat pasien (36%) mengeluhkan keluhan frekuensi, dan satu pasien (10%) mengeluh adanya hesitancy dan perasaan tidak lampias setelah miksi. Sebanyak 50% pasien mengalami penurunan bladder compliance, dimana dua pasien (33%) di antaranya mengalami retnesi urine dengan normal bladder compliance. Overaktivitas detrusor ditemukan pada total empat pasien (36%) dan tiga pasien (50%) pada pasien dengan retensi urine. Sebanyak 4 pasien (36%) mengalami bladder outlet obstruction (BOO) dan 50% pasien dengan retensi urine mengalami BOO. Dua pasien juga didiagnosis mengalami instabilitas detrusor yang mana tidak disertai inkontinensia. Dua pasien (44%) memiliki kontraksi kandung kemih normal.
Kesimpulan: Disfungsi berkemih dan retensi urine ditemukan sebanyak 2% dan 1,1% dari 536 pasien pascatransplantasi ginjal. Sebagian besar pasien dengan retensi urine memiliki DM tipe 2. BOO dan overaktivitas detrusor ditemukan pada pasien dengan disfungsi berkemih dan retensi urine. Pemeriksaan rutin urodinamik pada pasien sebelum transplantasi ginjal juga disarankan.
......Background: Kidney transplantation is the main treatment for patients with end-stage renal disease. After undergone kidney transplantation, changes in storage and voiding functions of the lower urinary tract in the first six months post-transplantation of the kidney is still occurring. During this period urinary retention can occur.
Objective: This study aimed to determine the prevalence of urinary retention after kidney transplantation and to describe the urodynamic characteristics of post-transplant kidney patients with urinary retention.
Method: This research is a cross-sectional study conducted at Cipto Mangunkusumo National General Hospital in 2011-2017. Data are collected from patients undergone urodynamic examination after kidney transplantation. Data are collected from the patient's medical record.
Results: A total of 536 patients underwent kidney transplants in RSCM, including 11 patients (2%) urinary dysfunction who underwent urodynamic examination with an average age of 41.4 (30.1 ± 52.6) years including 2 women. Six patients (55%) had type 2 diabetes mellitus (DM) and 5 patients (45%) had hypertension (HT). A total of 6 out of 11 patients (54%) experienced urinary retention, four patients (36%) complained of frequency complaints, and one patient (10%) complained of hesitancy and feeling of incomplete emptying. As many as 50% of patients experienced a decrease in bladder compliance, of which two patients (33%) experienced urine retention with normal bladder compliance. Detrusor overactivity was found in four patients (36%) from total sample and three subjects (50%) among patient with urinary retention. Four patients (36%) experienced bladder outlet obstruction (BOO) and 50% of patients with urine retention experienced BOO. Two patients were diagnosed with detrusor instability which was not accompanied by incontinence. Two patients (44%) had normal bladder contractions.
Conclusion: Urinary dysfunction and urinary retention
were found in 2% and 1.1% of 536 patients after renal transplantation respectively. Most
patients with urinary retention have DM type 2. BOO and detrusor overactivity are found
in patients with urinary dysfunction and urinary retention. Routine urodynamic
examinations in patients before a kidney transplant are also recommended.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fedry Yance
"Pembesaran Prostat Jinak ( PPJ ) merupakan penyakit yang tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih. Penyakit ini mengenai laki-laki terutama mulai dari dekade kelima dan prevalensinya meningkat dengan makin bertambahnya umur. Gejala pada PPJ berhubungan dengan meningkatnya jumlah sel-sel epitel dan peningkatan tonus otot polos yang berada pada kelenjar prostat, leher kandung kemih dan kapsul prostat yang diatur oleh saraf otonom. Pada awalnya pembesaran prostat tersebut menekan uretra dan selanjutnya dapat mengalami herniasi ke dalam kandung kemih yang akhirnya dapat menyebabkan gangguan aliran kencing lebih lanjut.
Ezz, et al melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara gejala gangguan berkemih dengan besarnya volume prostat. Data dari Olmstead County Study of Urinary Symptoms and health Status Among Men mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara besamya volume prostat dengan terjadinya gejala-gejala gangguan berkernih, pancaran urin dan kemungkinan terjadinya retensio urin pada pasien PPJ. Menurut data tersebut, pancaran urin maksimal yang rendah secara bermakna berhubungan dengan beratnya gejala gangguan berkemih dan besamya volume prostat.
Penonjolan prostat ( protrusi ) ke dalam kandung kemih dapat diukur dengan ultrasonografi ( USG ) transabdominal. Menurut Poo terdapat korelasi antara tingkat protrusi prostat intravesika dengan beratnya obstruksi. Melihat adanya perbedaan di atas maka dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kejadian retensi urin pada pasien PPJ dengan besarnya volume prostat dan tingkat protrusi prostat intravesika
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besarnya volume prostat yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan berkemih pada pasien PPJ dan adakah hubungan antara besarnya volume prostat dengan terjadinya retensi urin. Juga dievaluasi hubungan antara terjadinya retensi urin dengan protrusi prostat intravesika.
PPJ adalah kelainan berupa kelenjar prostat yang mengalami hiperplasia terutama kelenjar periuretral. Jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi kapsul bedah. Bila pembesaran tersebut mendesak ke arah luar dari uretra pars prostatika maka tidak menimbulkan gejala. Tetapi jika mendesak ke dalam uretra, akan menekan uretra dan menimbulkan gejala sumbatan saluran kencing bagian bawah. Pembesaran prostat dapat terjadi pada lobos medius sehingga menimbulkan penonjolan ( protrusi ) ke dalam kandung kemih yang dapat dideteksi dengan USG transabdominal. Protrusi prostat ini dapat mengganggu proses pengosongan urin di dalam kandung kemih pada waktu berkemih.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertia Triarani
"ABSTRAK
Tesis ini membahas insidens retensi urin pascahisterektomi total per vaginam, dan per abdominam, serta menilai perbandingan insidens retensi urin pada prosedur per vaginam dan per abdominam. Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan desain kohort prospektif dan retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan insidens retensi urin tidak meningkat pada histerektomi per vaginam. Dengan hasil ini diharapkan memperbaiki tatalaksana pascahisterektomi per vaginam yang lebih baik. Namun penelitian ini menyarankan bahwa dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, menggunakan desain kohort prospektif, dan mengukur volume urin pascaberkemih (PVR) preoperatif.

ABSTRAK
The focus of this study is to establish the incidence of postoperative urinary retention after performing vaginal hysterectomy, and abdominal hysterectomy, also to compare postoperative urinary retention between vaginal and abdominal hysterectomy. This research is comparative analytic interpretive, using design of prospective and retrospective cohort study. The study result is postoperative urinary retention did not increase by vaginal hysterectomy. Knowing this will improve management of postoperative hysterectomy cases. The researcher suggests for the next research will be using prospective cohort, with large amount of samples, and evaluate post-void residual volume (PVR) preoperatively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Indriyati
"

Retensi urin postpartum merupakan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara spontan setelah melahirkan dengan residu urin lebih dari 200 ml. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu distensi kandung kemih, kontraksi uterus terhambat, perdarahan, otot detrusor melemah, kateterisasi intermiten dan disfungsi berkemih permanen. Penatalaksanaan keperawatan pada retensi urin postpartum dengan memberikan asuhan keperawatan secara holistik menggunakan studi kasus dan penerapan teori keperawatan. Penerapan teori self care Orem dan comfort Kolcaba pada lima kasus retensi urin postpartum dengan membahas permasalahan yang dialami dan menguraikan peran perawat pada kasus tersebut, dengan tujuan kebutuhan kenyamanan dan kemandirian pasien dapat terpenuhi. Kejadian retensi urin dapat diatasi dengan menerapkan evidence based nursing practice kegel excercise dan bladder training. Studi kasus yang dilakukan pada lima ibu postpartum yang mengalami retensi urin didapatkan bahwa kegel exercise dan bladder training mampu mengatasi retensi urin secara signifikan, menurunkan tingkat nyeri, dan meningkatkan self care.


Postpartum urinary retention is the inability to empty the bladder spontaneously after giving birth with more than 200 ml urine residue. Complications that can occur are distention of the bladder, obstructed uterine contractions, bleeding, weak detrusor muscles, intermittent catheterization and permanent voiding dysfunction. Nursing management in postpartum urinary retention by providing nursing care holistically uses case studies and the application of nursing theory. Application of self care Orem and Comfort Kolcaba theory in five cases of postpartum urine retention by discussing the problems experienced and outlining the role of nurses in the case, with the aim of comfort and independence of patients can be fulfilled. Urinary retention can be overcome by applying evidence based nursing practice kegel excercise and bladder training. Case studies conducted on five postpartum mothers who experienced urinary retention found that kegel exercise and bladder training were able to overcome urinary retention significantly, reduce pain levels, and improve self care.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dally Rahman
"Penyakit kardiovaskuler secara global merupakan penyebab kematian utama di dunia yang jumlahnya semakin meningkat. Perawat sebagai komponen dalam tim kesehatan diharapkan dapat berperan dalam penanganan pasien gangguan sistem kardiovaskuler. dengan menjalankan peran perawat spesialis sebagai pemberi asuhan, pendidik, peneliti dan inovator. Tujuan praktik residensi ini adalah untuk mengaplikasikan peran perawat spesialis melalui praktik pelayanan keperawatan mengggunakan pendekatan Model Adaptasi Roy. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan pada 30 orang pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dan satu orang kasus kelolaan utama yaitu pasien pasca operasi Coronary Artery Bypass Graft CABG . Peran sebagai pendidik dilakukan melalui bimbingan pada perawat sejawat. Peran sebagai peneliti dilakukan dengan menerapkan tindakan keperawatan yang berbasis pembuktian ilmiah Evidence Based Nursing Practice yaitu dengan membuktikan pengaturan posisi dan early ambulation sebagai salah satu teknik untuk mencegah back pain, retensi urin dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post trans-femoral cardiac catheterization. Peran sebagai inovator dilakukan melalui pembuatan dan implementasi format pengkajian awal, intervensi, implementasi, dan monitoring kecemasan pada pasien CABG. Hasil analisis praktik ini menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy efektif diterapkan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dan pengaturan posisi dan early ambulation efektif dalam mencegah back pain, retensi urin dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post trans-femoral cardiac catheterization. Selain itu, format pengkajian awal, intervensi, implementasi, dan monitoring kecemasan dapat diterapkan pada pasien CABG.
......The cardiovascular diseases are the leading cause of death worldwide and have been increasing. Nurses as component of health care system are expected to contribute on management of patients with cardiovascular disorder by implementing role of clinical nursing specialist as care provider, educator, researcher, and innovator. The aim of residency clinical practice is to applying the role of clinical nurse specialist through nursing practice services using the Roy rsquo s Adaptation Model approach. The role as care provider was applied to 30 patients of cardiovascular disorders and a patient with postoperative Coronary Artery Bypass Graft CABG as the primary case. The role as educator was performed by educating patients and nurses. The role as researcher was performed by applying evidence based nursing practice to prove the positioning and early ambulation to avoid back pain, urinary retention, and increase comfort on post trans femoral cardiac catheterization patient. The role as innovator was executed by creating and implementing form of initial assessment, intervention, implementation, and monitoring of anxiety on patients with CABG. The results of analysis showed that Roy Adaptation Model was effectively used on patients of cardiovascular disorder and positioning and early ambulation was effectively avoided back pain, urinary retention, and increase comfort on post trans femoral cardiac catheterization patient. Moreover, initial assessment, intervention, implementation, and monitoring forms of anxiety was effectively avoided on patients with CABG. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library