Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhtar Efendi
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerjaan sebagai polisi adalah sebuah profesi yang sangat potensial menimbulkan stres. Hal ini dimungkinkan karena profesi ini khususnya polisi Sabhara mempunyai tugas yang sangat kompleks, yaitu tugas pokoknya sebagai pelayan dan pelindung masyarakat Keseharian tugas yang dilaksanakan antara lain dalam bentuk pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli. Hal ini sangat potensial menimbulkan stres yang timbul dari tugas-tugas tersebut maupun sumber stres lain yang ikut berperan dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya stres dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Sehingga untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan perlu dilakukan pengelolaan stres kerja agar dicapai hasil kerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres dan kepuasan kerja anggota Polri khususnya pada fungsi Sabhara. Sampel terdiri dari 106 anggota Sabhara yang dipilih dengan menggunakan metode non probability sampling dari wilayah Jakarta dan sekitarnya meliputi Polda Metro Jaya, Mabes Polri, Polres Jakarta Selatan, Polres Jakarta Timur, Polres Jakarta Barat, Polres Jakarta Utara dan Polres Depok. Untuk melihat hubungan stres dan kepuasan kerja tersebut dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan korelasi pearson product moment pada kedua alat ukur. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres dan kepuasan keija hygiene. Disamping itu juga ditemukan hubungan negatif antara stres dengan kepuasan kerja motivator namun tidak signifikan pada level 0,05. Hal ini berarti ada hubungan terbalik antara tingkat stres dengan kepuasan keija faktor hygiene dan faktor motivator pada anggota polri Sabhara. Dengan perkataan lain, makin tinggi tingkat stres anggota Sabhara maka makin rendah kepuasan kerja (baik faktor hygiene dan motivator) yang dirasakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat stresnya maka makin tinggi kepuasan kerja (hygiene dan motivator) yang dirasakannya. Mayoritas dari sampel penelitian ini terbatas pada anggota Sabhara dengan pangkat Bintara. Untuk mengatasi keterbatasan ini disarankan untuk melakukan penelitian pada sampel yang mencakup beibagai fungsi dan pangkat yang ada di Kepolisian. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan pada organisasi Kepolisian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, setidaknya dapat memberikan gambaran hubungan stres dan kepuasan kerja pada anggota Sabhara. Mengingat bahwa pada akhirnya kepuasan keija dan tingkat stres akan mempengaruhi produktifitas keija, disarankan agar dapat dikembangkan semacam pelatihan untuk mencegah dan mengelola stres yang mungkin dialami anggota Polri. Disamping itu, hasil tentang kepuasan kerja dapat menjadi masukan bagi organisasi Polri untuk dapat lebih meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
2004
S3506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arma Jala Vira Shanty
Abstrak :
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan Polisi Wanita (Polwan) sebagai Tim Negosiator dalam melaksanakan unsur tugas pengendalian massa dari fungsi teknis Shabara dan mengetahui dampak dari pemberdayaan Polisi Wanita Tim Negosiator. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data primer dan sekunder pada dokumen, terkait dengan Tim Negosiator dan Polwan yang berpengalaman bertugas sebagai Tim Negosiator, untuk melihat praktik patriarki dalam pekerjaan maskulin seperti Polri sebagai strategi pengendalian massa. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat dampak dari pemberdayaan perempuan Polisi Wanita sebagai Tim Negosiator yang merupakan implikasi dari gender dan negosiasi sebagai strategi pengendalian massa yang berdampak pada kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh massa dan Polri. Dalam pembahasannya, peneliti menggunakan 7 (tujuh) prinsip pemberdayaan perempuan, Broken Window Theory serta gender dan negosiasi dengan didukung oleh konsep lainnya yang berkaitan.

Kata kunci : Polisi Wanita; Tim Negosiator; Fungsi Teknis Sabhara; Gender

 



ABSTRACT
This research aims to analyze empowerment of Women Police (Polwan) as negotiator team on the implementation of crowd-control duty as technical function of Sabhara, and also to analyze the impact of the empowerment of Women Police as Negotiator Team. The research is done with qualitative-approach analysis method that was done by
collecting primary and secondary data sources on documents related to the Negotiator Team and Polwan who has experience on becoming Negotiator Team, to see patriarchal practices in masculine work such as the National Police as a crowd-control strategy. It has been found in this research that there is an impact on the women empowerment of Women Police as Negotiator Team of crowd-control strategy of Polri (Indonesian National Police). Women Police as a Negotiator Team which was the implication of gender and negotiation as crowd-control strategy that had an impact on violence against women by the masses and the Polri. On the discussion, researcher uses 7 (seven) principal of women empowerment, Broken Window Theory as well as gender and negotiations concept that are supported by other related concepts.

Keywords: Women Police, Negotiator Team, Technical Function of Sabhara, Gender.

 

2019
T55084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indar Koeswoyo
Abstrak :
ABSTRAK
Reformasi daiam tubuli Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) bertujuan membentuk suatu lembaga penegak hiikum yang mandiri dan profesional uiituk dapat melaksanakan tugas dan fiingsi pokoknya sebagaimana digariskan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebiit, dukungan kiialitas siimber daya manusia POLRI mutlak diperliikan. Salali satu sisi yang menarik untuk dicermati dan akan dijadikan dasar penelitian ini adalali aspek well educated dan well trained. Hal itu dikarenakan pendidikanlah yang mencetak sosok polisi seperti yang diliarapkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido dan kontribusi aspek minat terhadap prestasi belajar. Sampel diambil mengunakan metode insidental sampling dari 100 siswa Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan analisa korelasi ( r ) Pearson Product Momen, sedangkan untuk melihat kontribusi aspek-aspek minat terhadap prestasi belajar dilakukan perhitungan Multiple Regression. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi Sekolali Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubimgan yang signifikan antara minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hal ini disebabkan minat merupakan faktor perangsang untuk dapat melakukan suatu kegiatan menjadi baik. Namun tidak selamanya minat berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, bahwa tidak semua aspek minat memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Keberhasilan seseorang juga ditentukan oleh kemampuan yang telah dimilikinya, karena minat hanyalalr sebagai perangsang agar siswa mau belajar tetapi tidak menjamin hasilnya baik. Sehingga dapat disimpulkan baliwa minat bisa berhubungan dengan prestasi belajar apabila didukung dengan adanya kemampuan seseorang atau faktor-faktor yang menunjang lainnya.
2003
S2907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Ariyanto,author
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai seorang polisi yang bertugas melindungi, mengayomi dan menegakkan hukum dalam masyarakat maka polisi haruslah dapat menunjukkan perilaku yang baik dalam masyarakat. Seperti halnya dalam menangani unjuk rasa, polisi harus mampu menerapkan aturan yang sesuai di dalamnya. Jumlah unjuk rasa yang tinggi dan juga belum tercapainya pemahaman akan demokrasi yang benar menyebabkan sering terjadi bentrokan antara polisi dengan mahasiswa yang berunjuk rasa. Polri sebenarnya telah memiliki suatu prosedur tetap dalam penanganan unjuk rasa. Penelitian ini lebih difokuskan kepada sikap polisi terhadap perilaku agresif dalam unjuk rasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan sikap polisi sabhara perintis terhadap perilaku agresif mahasiswa yang berunjuk rasa di Jakarta. Dimana sikap yang timbul bisa berupa sikap unfavourable, favourable maupun netral. Penelitian ini juga ingin melihat pengaruh perbedaan usia dan tempat tinggal terhadap sikap polisi terhadap perilaku agresif mahasiswa yang berunjuk rasa di Jakarta. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat kecenderungan sikap yang unfavourable dari polisi sabhara perintis terhadap perilaku agresif mahasiswa yang berunjuk rasa di Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelompok yang diperoleh berada di atas 2,5. Juga ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perbedaan usia terhadap sikap polisi sabhara perintis terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa di Jakarta. Demikian pula ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perbedaan tempat tinggal terhadap sikap polisi sabhara perintis terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa di Jakarta.
2002
S3075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Prasetio
Abstrak :
Berkembangnya dunia Kepolisian dari waktu-kewaktu baik secara organisasi maupun personil dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam kehidupan masyarakat (Rianto, 1999). Apalagi ditambah dengan berpisahnya Polri dari ABRI, membuat tugas dan tanggung jawab Polri semakin berat. Sehingga Polri harus mampu menjadi ujung tombak dalam menegakkan hukum (Djamin, 2001). Kepolisian merupakan suatu lembaga yang bertugas menjaga keamanan negara dan menegakkan hukum yang terdiri dari lima fungsi teknis kepolisisan, diantaranya adalah fungsi Sabhara (Samapta Bhayangkara), fungsi Lantas (Lalu Lintas), fungsi Bimmas (Bimbingan Masyarakat), fungsi Reserse dan fungsi Inteligen. Kelima fungsi ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan yang sangat diperlukan untuk membangun polisi yang ideal. (Wangsa, 1994). Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah fungsi Sabhara, karena tugas Sabhara adalah melaksanakan fungsi kepolisian yang bersifat preventif atau pencegahan, menangkal segala bentuk pelanggaran dan tindak kriminalitas serta melaksanakan tindakan represif tahap pertama terhadap segala bentuk pelanggaran dan tindak kejahatan dan ketertiban masyarakat, melindungi keselamatan orang, benda dan masyarakat serta memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat (Wangsa, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber stres fisiologis merupakan sumber stres yang paling menonjol dan paling potensial sebagai penyebab timbulnya stres pada anggota Sabhara Polda Metro Jaya dalam menangani aksi unjuk rasa di Jakarta. Sumber stres psikologis merupakan faktor yang mempunyai banyak peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan stres, tetapi potensi untuk menyebabkan stres tidak saekuat sumber stres fisiologis. Namun demikian sumber stres psikologis tetap lebih potensial menimbulkan stres dibandingkan sumber stres dari keluarga, stresor lingkungan, dalam diri serta komunitas dan pekerjaan. Menurut Carver (1989), sebagian besar stresor individu dapat menampilkan lebih dari satu strategi coping. Namun demikian, dalam keadaan tertentu salah satu strategi cenderung mendominasi, baik itu Problem-Focused Coping, Emotion-Fokused Coping, atau Maladaptive Coping. Keadaan ini juga berlaku pada anggota Sabhara Polda Metro Jaya dalam menengani aksi unjuk rasa di Jakarta. Anggota Sabhara yang bertugas di Polda Metro Jaya menggunakan ketiga strategi coping yang ada untuk mengatasi stres, namun Emotion-Focused Coping yang lebihbanyak digunakan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Abdulrohim
Abstrak :
The thesis discusses the topic of Paramilitary Policing that occurs at the Sabhara Function of the Metro Police Resort, South Jakarta and Bogor City Police Resort. The study refers to the former study on Paramilitary Policing in the implementation of tasks at the Police Functional Units (The study at the Metro Police Resort, South Jakarta and Bogor City Police Resort) where paramilitary policing is still dominant and inherent at the National Police, in particular related to the sabhara function. This study applies primary data through in-depth interviews and observation. It clarifies and illustrates why the element of paramilitary policing at the Metro Police Resort of South Jakarta and Bogor City Police Resort is similar whereas these two regions differ in characteristics and culture. The conclusion drawn from the study is that the similarity in military policing is caused by the legal foundations of the Indonesian National Police (Legislation, Government Regulations, Head of INP Regulations, Implementation and Technical Guidelines), besides the similarity in attitude and actions by Police officers, particularly in handling demonstrations as well as their repressive actions/arresting of offenders, show of force, and the utilization of tactical vehicles.;The thesis discusses the topic of Paramilitary Policing that occurs at the Sabhara Function of the Metro Police Resort, South Jakarta and Bogor City Police Resort. The study refers to the former study on Paramilitary Policing in the implementation of tasks at the Police Functional Units (The study at the Metro Police Resort, South Jakarta and Bogor City Police Resort) where paramilitary policing is still dominant and inherent at the National Police, in particular related to the sabhara function. This study applies primary data through in-depth interviews and observation. It clarifies and illustrates why the element of paramilitary policing at the Metro Police Resort of South Jakarta and Bogor City Police Resort is similar whereas these two regions differ in characteristics and culture. The conclusion drawn from the study is that the similarity in military policing is caused by the legal foundations of the Indonesian National Police (Legislation, Government Regulations, Head of INP Regulations, Implementation and Technical Guidelines), besides the similarity in attitude and actions by Police officers, particularly in handling demonstrations as well as their repressive actions/arresting of offenders, show of force, and the utilization of tactical vehicles.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28976
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library