Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Indrawati
Abstrak :
Meningkatnya pembangunan kota; pertambahan jumlah penduduk, tingkat aktivitas dan tingkat sosial-ekonomi masyarakat menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah di perkotaan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tentunya akan berdampak terhadap nilai dan fungsi lingkungan, oleh katena itu diperlukan upaya pengelolaan di antaranya melalui pengolahan dan pemanfaatan sampah. Namun demikian, pada tingkat kota umumnya pengelola dihadapkan pada permasalahan keterbatasan lahan dan metode dalam menentukan sistem pengolahan sampah yang optimal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan model pendukung pengambilan keputusan dalam menentukan sistem pengolahan sampah kota yang optimal dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan, yang meliputi aspek teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial. Dalam model yang dikembangkan ini dirumuskan model matematis perhitungan dampak lingkungan potensial terkait clengan konsumsi energi, potensi pemanasan global dan _potensi toksik, dengan skenario yang dikembangkan atas altematif pilihan teknologi. Pada Studi kasus wilayah Jakarta Barat, melalui implementasi model perhitungan dampak lingkungan potensial yang telah dirumuskan, menunjukkan bahwa skenario sistem pengolahan sampah dengan kombinasi teknologi pengomposan dan teknologi reusable landfill (Skenario 3) merupakan sistem pengolahan sampah yang optimal untuk wilayah studi. Kombinasi altematif teknologi pengolahan sampah terpilih_ tersebut didasarkan atas analisis manfaat-biaya yang telah memperhitungkan aspek lceterbatasan lahan dan dampak lingkungan potensial.
The population growth and rapid urbanization flow have caused the amount of solid waste generation in the urban area to increase. Solid waste that is not managed properly will definitely affect the value and function ofthe environment. In addition, large amounts of urban solid waste disposal require large area. Densely populated areas like large cities will have difiiculty in iinding land for landiills. To reduce the burden on landfill and prolong the life of landfills, it is necessary to reduce the amount of solid waste dumped into landfills, inter alia, through processing and utilization of solid waste. In an urban area, generally, organizers are faced to problems in developing sustainability -of the solid waste treatment system, including the method and strategy for determining the best combination of solid waste treatment technologies. The purpose of this research is to develop a model that can support the decision making process in determining the optimal urban solid waste treatment system. The formulation of the model for selecting the optimal urban solid waste treatment system was done through the step of organizing the altematives of urban solid waste treatment technology combination. Generally the optimization strategy was done in two steps that included the formulation of the mathematical model for calculating the potential environmental impact -which covered energy consumption, global warming potential and toxicity potential. The step followed atierwards was the implementation of the mathematical model, implying on the emergence of the environmental cost burden. In the case study of West Jakarta area, the implementation of mathematical model for calculating the environmental impact potential indicated that the scenario of solid waste treatment system with the combination of composting technology and reusable landfill technology (Scenario 3) is the optimal solid waste treatment system for the study area. The combination of alternative solid waste treatment technology selected was based on a cost-benefit analysis which has considered the aspect of land scarcity and potential environmental impacts.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
D1889
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Daud B.
Abstrak :
Perkembangan pendduk di Kota Palembang berdampak pada pergeseran lingkungan dengan peningkatan volume sampah kota khususnya di Pasar Traditional . Hasil penelitian menunjukan bahwa pemeberian aktivator dalam bentuk kapur, urea dan kotoran ayam berpengaruh baik dalam memercepat pengomposan sampah kota (pasar).
Palembang: Kopertis wilayah II Palembang, 2007
507 MANDIRI 9:3 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Pendekatan psikologi lingkungan muncul sebagai protes terhadap pendekatan yang hanya memperhatikan faktor-faktor individual sebagai penyebab dari munculnya masalah-masalah sosiat Selama tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, kontekstualisme makin diperhatikan di beberapa area penelitian psikoIogi. Para psikolog di semua bidang pemusatan utama psikologi melihat adanya kelemahan dan penelitian-penelitian yang tidak memperhatikan konteks, dan menyemkan perlunya penelitian penlaku yang tebih menggunakan pendekatan yang holistik dan memakai dasar ekologis (Stokols, 1987 dalam Stokols & Altman 1987).

Studi tentang penanggulangan sampah di perkotaan ini dilakukan untuk mencari solusi pelsoalan masyarakat dalam menghadapi masalah sampah yang dihasilkan mereka. Psikologi Iingkungan menyediakan peluang untuk meninjau masalah tersebut Iebih mendalam, karena dalam psikologi Iingkungan hubungan perilaku dan Iingkungan dibahas sebagai suatu unit yang saling terkait bukan berdiri sendiri-sendiri.

Asumsi dasar mengenai studi setting perilaku adalah bahwa perilaku manusia tak dapat dipahami secara memadai tanpa mempelajari konteks di mana perilaku tersebut berlangsung. Konsep sering perilaku memberi jawaban terhadap kelemahan-kelemahan dari studi-studi perilaku yang tidak memperhatikan konteks. Studi setting perilaku mengubah analisis yang tadinya bersifat satu arah dan mekanistik menjadi model yang transaksional dan berorientasi konteks.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menemukan pola perilaku masyarakat yang menentukan tingkat kebersihan Iingkungan perkotaan di mana mereka hidup. Untuk itu dilakukan penelitian dalam kehidupan keseharian penghuni di wilayah dengan kondisi kotor dan bersih.

Peneliti bertindak sebagai primary instrument, mengamati dan mengawasi langsung peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi secara alamiah di perkotaan dengan hidup dan melibatkan diri di antara mereka (Participatory Approach). Melalui pembandingan konstan dan analisis data-data yang muncul pada kondisi lingkungan bersih dan kotor di perkotaan ditemukan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan yang relevan sehubungan dengan komponen yang membentuk kondisi kebersihan di Iingkungan perkotaan tersebut. Kejelasan mengenai dinamika perilaku kebersihan diperoleh melalui analisis yang mengarah pada 2 proses yang berlangsung secara simultan. Analisis pertama dilakukan pada kejadian-kejadian yang berlangsung sehari-hari yaitu proses interaksi antarorang-orang serta benda-benda di dalam setting (dinamika internal). dan analisis ke-2 mengarah pada proses interaksi antarsistem sosiai yang terkait dengan setting (jaringan kerja).

Melalui Studi ini disimpulkan bahwa pola perilaku kebersihan adalah tindakan kolektif terhadap sampah yang ditampilkan terus-menems oleh orang-orang penghuni yang berada di suatu wilayah. Ada dua bentuk pola perilaku kebersihan (PPK), yaitu PPK X dan PPK Y. PPK X adalah pola perilaku kebersaman yang berdampak lingkungan kotor, sedangkan PPK Y mempakan pola perilaku kebersihan yang berdampak Iingkungan bersih.

Pola perilaku Y mampu bertahan dan berkelanjutan karena di wilayah tersebut terdapat orang-orang yang mampu memimpin dan menggerakkan atau mempengaruhi penghuni lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan tujuan bersama yaitu menciptakan dan memelihara kebersihan lingkungan. Di Iingkungan bersih terdapat kerja sama yang sinergi antara masyarakat dan institusi-institusi yang menangani kebersihan Kota. Lain halnya di lingkungan kotor, hampir tidak ada orang yang memimpin dan mengkoordinir penghuni untuk aktif terlibat dalam memelihara kebersihan lingkungan.

Saran yang dapat disumbangkan dari studi ini sebagai berikut: (1) Pendidikan yang berorientasi pada lingkungan (proenvironmental behavior) perlu diajarkan dilatih sejak dini. (2) Untuk mengembangkan program kebersihan di suatu wilayah diperlukan kepemimpinan. Perlu ada orang-orang yang mau melaksanakan, mengaiak, menggiatkan warga untuk bersama-sama berperilaku bersih. (3) Sampah sebagai limbah perlu dikelola secara bijak untuk menjaga keseimbangan dan kelangsungan ekosistem (4) Pengelolaan sampah perkotaan harus menggunakan teknologi tepat guna (5) Kebersihan Lingkungan publik menuntut keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat penghuni di sekitarnya. (6) Mendukung organisasi-organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan. (7) Dalam rangka menciptakan dan memelihara kebersihan kota, tugas dan kewajiban masyarakat dan berbagai institusi di bidang kebersihan kota, perlu dikoordinir dan dikontrol agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan.
2004
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noce Nus Loa
Abstrak :
ABSTRAK
Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 35 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Dalam Wlayah Kota Kupang telah menugaskan Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Kebersihan sebagai pelaksana operasionalisasi pengelolaan persampahan secara tegas dalam pasal 5 ayat[2] menetapkan bahwa kegiatan Pemerintah Daerah dilakukan melalui [a] pemeliharaan kebersihan dijalan umum, tempat umum, saluran, drainase [b] pengaturan dan penetapan TPS dan TPA Sampah [c] pengangkutan sampah dan TPS Sampah ke TPA Sampah dan [d] pemusnahan dan pemanfaatan sampah.

Sementara itu, peran serta masyarakat menyangkut pewadahan dan pengumpulan sesuai pasal 13 ayat[3} bahwa pembuangan sampah dan persil [sumber sampah] ke TPS Sampah dilakukan oleh masyarakat dengan koordinasi pengurus RT/RW setempat. Sedangkan pasal 13 ayat[2] menyebutkan bahwa Pemerrntah Daerah memberikan pelayanan pengangkutan sampah dan TPS ke TPA Sampah.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah upaya-upaya Dinas Kebersihan Kota membangun partisipasi masyarakat, telah dilakukan sesuai dengan teori intervensi komunitas; dengan tujuan ingin mengetahui secara jelas tentang bagaimana upaya Dinas Kebersihan Kota membangun partisipasi masyarakat ? dilakukan; sehingga dapat mewujudkan kerjasama yang menunjang program pengelolaan kebersihan Kota.

Dalam penelitian ini digunakan teori dan konsep tentang intervensi komunitas, partisipasi masyarakat serta sampah dan masalahnya; dengan pendekatan kualitatif yang teknik pemilihan informannya secara purposive sampling, teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui studi kepustakaan maupun wawancara dan pengamatan lapangan [observasi].

Upaya-upaya yang dilakukan secara internal organisasi yakni [a] penyediaan sarana pengangkutan, [b] personil dan petugas operasional [c] perbaikan sistem atau mekanisme pengelolaan; selain upaya eksternal ditingkat masyarakat yang dilakukan Dinas Kebersihan Kota yakni [a] pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat [b] pelaksanaan lomba kebersihan antar Keilurahan [c] kampanye lingkungan bersih berupa jumat bersih, pembuatan dan pemasangan papan himbauan dan penyebaran stiker himbauan [dj gerobaksasi [e] pernbuatan TPS sampah komunal dan [f] pembinaan pemulung; sebagal suatu kinerja Dinas Kebersihan telah menunjukkan kondisi kebersihan Kola dari hari ke hari semakin membaik, kendatipun masih harus diakui bahwa pemahaman akan sistem pengelolaan kebersihan belum secara menyeluruh dan meluas dipahami oleh masyarakat khususnya membng sampah tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Hasil analisis penelitian, didapati gambaran bahwa upaya-upaya intervensi yang bermaksud melakukan perubahan secara terencana pada tingkat masyarakat telah dapat mendorong keterlibatan masyarkat untuk berpartisipasi dalam pengelolan kebersihan Kota Akan tetapi sebagai suatu strategi penyadaran, belum bisa membudaya oleh karena tahapan-tahapan intervensi dalam Strategi Intervensi Komunitas belum diterapkan secara menyeluruh; melalui tahapan penilaian, tahapan perencanaan alternatif program/ kegiatan, tahapan pe!aksanaan [implementasj] dan tahapan evaluasi.

Dengan demikian, sebagai saran bagi pelaksana teknis operasionalisasi pengelolaan kebersihan Kota yang menangani masalah persampahan; penulis menyampaikan bahwa:

[a] agar pengetahuan, keyakinan, sikap dan niat individu masyarakat Kota bisa bertumbuh ke tingkat yang lebih baik; menjadi perilaku untuk patuh pada mekanisme dan tara cara pengelolaan persampahan, maka frekuensi pembinaan dan penyuluhan ditingkatkan dengan secara sungguh-sungguh menerapkan tahapan-tahapan intervensi komunitas serta dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi dan tersinkronisasi dengan semua unsur dan Pemerintah Daerah sampai ke pengurus RT/RW; disertai penindakan hukuman bagi pelanggar aturan.

[b] perlunya model pendampingan oleh pengawas lapangan Dinas Kebersihan agar masyarakat dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka selanjutnya dapat menangani sampah dan kebersihan lingkungan mereka secara lebih efektif.

[c] pentingnya suatu manajemen pengangkutan yang lebih baik seperti penambahan jumlah armada angkutan dengan teknisi yang trampil, penjadwalan kembali route secara periodik dan waktu pengangkutan agar fungsi pengangkutan semakin efektif.

[d] Saatnya perlu diambil tindakan tegas oleh Pemerintah Kota terhadap orang yang membuang sampah disembarangan tempat dan waktu, melalui penegakan perangkat hukum dan peraturan pengelolaan kebersihan Kota yang dilaksanakan secan konsisten.

[e] pentingnya pendidikan ketrampilan dan modal usaha bagi Pemulung yang adalah kelompok yang termarginalkan sebagai tindakan pemberdayaan kelompok masyarakat.

Bila upaya-upaya yang telah dijalankan tetap secara optimal dilaksanakan sesuai tahapan intervensi dengan mengatasi masalah internal yang ada, maka penulis berkeyakinan bahwa kondìsi kebersihan Kota Kupang dapat diwujudkan dan memberikan kontribusi bagi pelaksanaan pembangunan sosial pada khususnya di Kota Kupang.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library