Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggara Dialusi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya tayangan pada televisi yang mengeksploitasi perempuan. Tayangan-tayangan tersebut mengekspos seksualitas dan tubuh perempuan dan secara langsung merendahkan martabat perempuan. Tayangan seperti ini makin marak dengan adanya MTV (Music Television), saluran televisi yang khusus memutarkan video musik dari artis-artis baik lokal maupun internasional. Melalui MTV. perkembangan musik semakin maju dan beragam. Tentu saja perkembangan yang dimaksud adalah berasal dari musik yang sudah mendunia, yang kononnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika dan juga negara-negara di Eropa. Salah satunya adalah musik Hip-Hop, atau biasa disebut dengan Black Music yang berasal dari Amerika. Musik hip-hop membentuk konstruksi wacana sendiri, terutama dalam seksualitas perempuan. Melalui lirik, video musik, tarian, dan cara berpakaian, musik hip-hop telah merendahkan kaum perempuan. Seksualitas dan tubuh perempuan diekspos dimana-mana. Masalah seksualitas sekarang menjadi semakin kompleks, tidak hanya menjadi urusan pribadi. Ketika seksualitas dan tubuh manusia, dalam hal ini kaum perempuan, diangkat menjadi isu publik, maka keberadaannya seperti dimiliki bersama, terutama oleh kaum laki-laki. Untuk menyikapi hal ini, tentu diperlukan suatu kesadaran orang tersebut terhadap masalah seksualitas. Hal inilah yang disebut dengan kesadaran seksual. Kesadaran seksual adalah tingkatan sejauh mana kita mengetahui masalah seksual, baik mengenai diri sendiri, maupun hubungannya dengan orang lain ataupun masalah seksual pada umumnya. Karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan orientasi kesadaran seksual dengan sikap pada tayangan tersebut. Dan bagaimana perbedaan hubungan tersebut pada remaja laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner yang disebar kepada 200 responden yang berasal dari 5 SMA di lima wilayah Jakarta, yaitu SMA 78, SMA 21, SMA 72, SMA 26, dan SMA 77. Remaja tersebut memiliki usia 15-18 tahun. Teknik penarikan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling. Hasil analisa data dengan Pearson s Correlation ditemukan bahwa terdapat hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap seseorang terhadap tayangan yang mengeksploitasi perempuan. Kekuatan tersebut lemah, tetapi pasti. Ini menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang pengaruhnya lebih kuat dalam pembentukan sikap terhadap tayangan. Namun demikian, hipotesis penelitian yaitu semakin positif orientasi kesadaran seksual seseorang, maka semakin negatif sikapnya terhadap tayangan, terbukti keberlakuannya. Analisa data selanjutnya dilakukan dengan Split Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya pengaruh jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap pada tayangan yang mengeksploitasi perempuan. Ternyata setelah dikontrol oleh jenis kelamin laki-laki, hubungan keduanya signifikan dengan kekuatan yang lemah tetapi pasti. Sedangkan jika dikontrol dengan jenis kelamin perempuan, hubungan keduanya menjadi menguat dengan hasil yang signifikan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu jenis kelamin mempengaruhi hubungan antara orientasi kesadaran seksual dengan sikap terhadap tayangan, terbukti keberlakuannya. Temuan yang menarik adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan dalam pembentukan sikap terhadap tayangan dan pembentukan orientasi kesadaran seksual. Responden perempuan rata-rata lebih menunjukkan sikap negatif atau tidak mendukung terhadap tayangan yang mengeksploitasi perempuan, dibandingkan rata-rata responden laki-laki. Selain itu responden perempuan memiliki skor rata-rata orientasi kesadaran seksual yang lebih besar dibandingkan skor rata-rata orientasi kesadaran seksual responden laki-laki. Temuan-temuan dari penelitian ini sedikitnya dapat memberikan masukan bagi masyarakat mengenai kecenderungan perilaku seksual remaja saat ini dan bagaimana mereka menyikapi tayangan, dalam hal ini video musik yang mengeksploitasi perempuan."
2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S7293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
"Masa remaja adalah masa dimana ketertarikan seksual dan hubungan dengan lawan jenis (berpacaran) biasanya pertama kali terbentuk. Hal ini menyebabkan remaja berisiko untuk terlibat dalam berbagai perilaku seksual yang biasanya merupakan bagian dari berpacaran. Perilaku seksual remaja dalam berpacaran ini berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, dimana nilai-nilai ini terbentuk karena pengaruh lingkungan sosial remaja, misalnya kebudayaan, institusi sosial (jenis kelamin, usia, kelas sosial, dan ras), pendidikan agama, serta oleh pengalaman personal dan kebutuhan individu. Nilai-nilai seksual ini merefleksikan apa dianggap benar dan salah dari suatu perilaku seksual serta kapan dan bagaimana seksualitas seharusnya diekspresikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nilai-nilai seksual remaja dalam berpacaran. Dengan demikian pihak yang berwenang (misalnya, orang tua, guru) dapat melakukan intervensi terhadap remaja dalam pembentukan nilai-nilai seksual yang mempengaruhi perilaku mereka. Hal ini dapat membantu remaja memilih perilaku seksual yang tepat dan menyadari akibat dari perilaku seksual mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan 25 orang remaja berusia 13-20 tahun yang mempunyai pengalaman berpacaran di Makassar, Depok, dan Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan penelitian secara umum memiliki standar abstinence dalam hubungan seksual sebelum menikah. Selanjutnya, terdapat perbedaan nilai-nilai seksual yang dimiliki oleh partisipan penelitian yang tampaknya sebagian besar berkaitan dengan standar dan hubungan dengan orang tua; standar teman sebaya; sikap dan tingkah laku saudara kandung; gender; serta pengharapan dalam pendidikan. Partisipan yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh orang tuanya, namun sebagian dari partisipan juga menunjukkan kecenderungan untuk membentuk standar yang sesuai dengan standar teman sebayanya. Selanjutnya, partisipan puteri yang memiliki saudara perempuan yang melakukan hubungan seksual pranikah juga melakukan hal yang sama dengan saudaranya. Partisipan putera mempunyai nilai-nilai seksual yang lebih permisif dan perilaku seksual yang lebih bebas dibandingkan partisipan puteri. Ditemukan juga bahwa partisipan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah ternyata tidak memiliki pengharapan dalam bidang pendidikan. Selain itu, tidak ditemukan secara konsisten faktor-faktor personal dan lingkungan yang mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku seksual para partisipan. Pada beberapa partisipan juga tampak adanya ketidakkonsistenan antara nilai-nilai yang dimiliki dengan perilaku seksual mereka.
Secara umum, perilaku seksual yang dianggap boleh dan tidak boleh dilakukan oleh partisipan memiliki kesamaan. Perilaku seksual yang boleh dilakukan dalam berpacaran adalah touching (pegang tangan, memeluk), dan kissing (pipi, bibir), dimana partisipan putera juga membolehkanpetting. Di sisi lain, perilaku seksual yang menurut sebagian besar partisipan mutlak tidak boleh dilakukan adalah sexual intercourse, dimana partisipan puteri mengungkapkan bahwa kissing pada leher atau tempat-tempat tertentu, dan petting juga termasuk dalam perilaku seksual yang tidak boleh dilakukan.
Terdapat seorang partisipan puteri (19 tahun) dan seorang partisipan putera (20 tahun) yang sudah biasa melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, namun mereka mempunyai alasan yang berbeda. Partisipan puteri melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena ia merasa tengah menjalin hubungan berpacaran yang serius, sebaliknya partisipan putera justru melakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangannya karena ia merasa tidak menjalin hubungan yang serius sehingga tidak perlu bertanggung jawab. Tampaknya nilai-nilai seksual partisipan puteri dipengaruhi oleh saudara sekandungnya yang mempunyai perilaku seksual yang sama, namun partisipan putera tidak mempunyai saudara sekandung yang mempunyai perilaku seksual yang sama dengannya. Kedua partisipan ini tampaknya mempunyai kebebasan sosial yang sangat longgar dalam keluarganya serta hubungan yang tidak terlalu dekat dengan orang tua. Kedua partisipan ini juga tidak menunjukkan adanya pengharapan dalam bidang pendidikan.
Untuk melengkapi hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian lain dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh gambaran nilai-nilai seksual remaja dengan sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya nilainilai seksual tertentu pada remaja."
2002
S3141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pusmaika
"Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus HIV, Infeksi menular seksual IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja SDKI-KRR tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable regresi logistik . Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65, hubungan seksual pertama kali 42,67 dilakukan di rumah rumah sendiri dan rumah pasangan, 90,27 melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94 remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko cOR 0,82; OR; 0,95. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja.
In adolescence with adequate life skills can cause adolecense sexual behavior to sexual intercourse. This can put them at risk of Human Immunodeficiency Virus HIV , Sexual Transmitted Infections STI, and unwanted pregnancies. The research analyzed the seconder data of Indonesia Demographic and Health Survey Adolescent Reproductive Health in 2012. The sample is 19,868 of teenagers in the age between 15 24 years old and single. It used descriptive analysis and multivariable logistic regression. The research results showed that 19.65 for risk sexual behavior amongst the adolescent in Indonesia, 42.67 for first sexual contact at home at home or in couple rsquo s home, 90.27 for first sexual contact with girlfriend boyfriend. It also showed that 20.94 of urban youth having risk sexual behavior cOR 0,82 OR 0,95. It showed that there no difference between the residential areas to the adolescent sexual behavior. The results of economic stratification status analysis with family showed that there small difference effect between the low level and high level economic teenagers who live in the rural that is potential for risk sexual. The increased engagement of the government, education service, and health service can give contribution for giving information about health reproduction, especially the right sexual behavior for teenager. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rifka
"Skipsi yang saya tulis ini tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Seksual remaja di SMAN 1 Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tahun 2011, Banyaknya Sempel dari Penelitian ini adalah 107 Responden. Jenis Penelitian kuantitatif dengan desain Cross Secsional. Dengan Variabel Dependen (Perilaku Seks Remaja) dan Variabel Independen (Pengatahuan, Sikap, Keterpaparan Informasi Masa, Pengaruh Teman Sebaya dan Peran Orang Tua). Penelitian ini menggunakan Analisis Univarian dan Analisis Bivariat. Hasil Penelitian diketahui proporsi remaja SMA terdapat 30,8% beresiko dan 69,2% dengan perilaku tidak beresiko.
Hasil analisis bivariat variabel yang berhubungan pengetahuan dan pengaruh taman sebaya. Mengatasi masalah permasalahan pada Remaja salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan pendidikan seksual, yang bertujuan untuk mengatasi sikap emosiamal yang sehat terhadap masalah seksual dan mengarakan remaja kearah hidup yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual, Seyogianya Orang Tua juga membina hubungan yang baik dalam mendidik remaja di dalam keluarga.

This thesis that I write is about the Factors that Connect with the Sexual Behavior of Teen of SMAN1 Way Pengubuan the District of Central Lampung year 2011. The amount of sample from this research is 107 respondents. The kind is quantitative research with Cross Sectional design. It is with the Dependent Variable (The Teen Sexual Behavior) and Independent Variable (Knowledge, Attitude, Mass Information Bias, Peer Influence, and Parents Role). This research uses the Univarian Analysis and Bivariat Analysis. From the result of this research it is known that the SMA teen proportion of riskiness is 30,8% and 69,2% with no riskiness behavior.
The result of bivariat analysis variable connects with the knowledge and the peer influence. To overcome the problem of the trouble in teen, one of many is to increase the knowledge of sexual education, which aims to conquer the healthy emotional attitude toward the sexual problem and direct the teen to healthy life and responsible toward the sexual life, nevertheless parents should also manage a good relationship in educating the teen in the family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Resnayati
"Masa remaja adalah sebuah periode dalam kehidupan manusia yang paling rawan karena merupakan masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Kehidupan pada masa ini sangat menentukan kehidupan masa dewasanya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu perilaku seksual remaja di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan kasus yang cukup tinggi dan mengkhawatirkan masyarakat karena mengandung resiko. Studi tentang kesehatan reproduksi remaja di Samarinda oleh PKBI, menemukan dari 100 remaja, 39% aktif seksual, di Bukit Tinggi 21% dad I00 remaja, di Payakumbuh 13% darl 100 remaja, di Padang l0,5% dari 100 remaja dan di Jakarta Timur 3% dari 657 remaja.
Penelitian terbaru dilakukan oleh LD-UI dan BKKBN di 20 kabupaten di Jawa dan Lampung menemukan 2,9% remaja aktif melakukan hubungan seksual (n=8084). Faktor yang dianggap berhubungan dengan perilaku seksual remaja, adalah: Faktor internal remaja seperti usia dan pcngetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan faktor eksternal seperti keterpaparan oleh arus informasi dari lingkungan sosial dan demografi keluarga. Pelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor mana saja yang berhubungan secara bermakna dan faktor yang paling bermakna atau dominan terhadap perilaku seksual remaja khususnya siswa-siswi SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur.
Disain penelitian ini adalah potong lintang dengan populasi remaja siswa SLTPN dan SMUN (10 sekolah) di wilayah Jakarta Timur pada rentang usia 11 sampai 19 tahun. Sampel diambil dengan metoda Gugus Bertahap dan Acak Sederhana dengan besar sampel minimal dihitung mcnggunakan rumus Estimasi Proporsi. Sampel yang dianalisis adalah 450 remaja dalam usia 11-19 tahun. Pengumpulan data dengan cara survey dan data diolah dengan menggunakan program EPI -INFO 6.04 serta SPSS 7.5. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dan Multiple Regressi Logistic.
Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa 17,6 % responden mempunyai pelilaku seksual beresiko berupa berciuman mulut, meraba organ sensitif dari pasangan dan termasuk didalamnya 3,77 % telah pernah melakukan hubungan seksual. Faktor yang berhubungan secara signifikan pada <1 = 0,05 adalah: Usia remaja, jenis kelamin remaja, tingkat pendidikan ibu, keterpaparan remaja oleh media komunikasi dan teman sebaya. Faktor yang paling dominan adalah keterpaparan remaja oleh infonnasi seksual dari media cetak, dengan Odd Ratio 2,84.
Berdasarkan temuan pada pcnelitian ini maka disimpulkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual beresiko adalah keterpaparan responden oleh infonnasi seksual dari media cetak. Oleh karena itu diperlukan program yang terintegrasi untuk memberikan informasi seksualitas yang benar guna menandingi derasnya arus informasi seksual yang salah dan tidak bertanggungjawab.

Adolescent is said to be the most risky period in the lifetime, when someone is in transition period between child and adult times. It is believed that this period will determined the life in the future. According to the previous research on adolescent sexual behaviors on several big cities in Indonesia, it was found that cases on Sexually active adolescent tend to be increased. The situation which make people worried about such risky behavior.
Studies about Adolescent Reproductive Health by IPPF Indonesia (1995) found that 39% among 100 adolescent at Samarinda are sexually active, 21% among 100 adolescent at Bukit Tinggi, 13% among 100 adolescent at Payakumbuh, l0,5% among 100 adolescent at Padang and 3% among 657 adolescent at East Jakarta. The recent study by LDUI with BKKBN in 20 district at Java and Lampung, found that 2,9% among 8084 adolescent are sexually active. It has known that factors related to the risk sexual behavior consist of internal factors like age and knowledge about sexuality and extemal factors such as social environment and family demographic. This study has a purpose on identifying which factor has a significant correlation and most dominant toward adolescent sexual behavior among Junior and Senior High School at East Jakarta.
Research design used in this study was cross sectional, and Junior and Senior High School students at io SLTPN and SMUN as population. Respondents has age range between 11-19 years old. Muitistage Sampling and Simple Random Sampling Method are used in this study, and minimum sample was compute using Proportion Estimation fomiula. There were 450 adolescents has analyzed with age range between ll-10 years old. Data gathered using self administered questiomiaire and analyzed using EPI INFO 6.04 and SPSS 7.5 program. Statistical analysis for this study was Chi Square and Multiple Regression Logistic.
The study found that l7,6% of respondents practiced risky sexual behaviors, such as deep kissing, touching sensitive organs of partners and among those 3,7?7% have been having sexual intercourse. Factors that statistically significant at or 0,05 were : Age, sex of respondents, the level of mother educaiion, exposures by media and peers group. The most dominant factors was printed media exposures on information about Sexuality, which have OR = 2,84.
Based on research findings, this study has concluded that risky sexual behaviors among students was related to media exposures about sexuality at printed media. Therefore an integrated program are needed to enhance in providing a proper information about sexuality to counteract global information about sexuality which mostly wrong and irresponsible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frankie Kusumawardana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel kematangan iman dan perilaku seksual dalam hubungan berpacaran pada remaja Kristen. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan yang terjadi. Ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu kuantitatif dan kualitatif, pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji korelasi antara kedua variabel dan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali kedalaman hubungan tersebut. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 51 orang termasuk dua pasangan yang diwawancarai. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi Faith Maturity Scale (Benson, Donahue, & Erickson, 1993) dan alat ukur perilaku seksual yang disusun oleh peneliti. Dari hasil pengujian statistik didapatkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,425 yang signifikan pada level of significance (l.o.s) 0,01. Hasil ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut dengan arah korelasi terbalik. Mengenai dinamikanya, kematangan iman seseorang menolong dirinya untuk menahan perilaku seksual yang progresif dan memunculkan rasa bersalah apabila melewati batas tertentu dalam perilaku seksual. Hal ini berkaitan dengan nilai kekudusan serta penghayatan akan anugerah keselamatan. Selain itu, perilaku seksual antara dua orang remaja Kristen merupakan sebuah fungsi dari kematangan iman dan interaksi antara keduanya.

ABSTRACT
The purpose of this research is to test the correlation between faith maturity and sexual behavior in dating relationship among Christian Teenagers. Moreover, another purpose is to describe the dynamics of the relation between them. Two approaches are used in this research, quantitative approach is used to test the correlation between two variables and qualitative approach helped to discover the depth of the correlation. Total participants in this research are 51, which include two couples that have been interviewed. Instruments used in this research are adapted Faith Maturity Scale from Benson, Donahue, and Erickson (1993) and self-constructed sexual behavior scale. From the statistical result, obtained the correlation coefficient (r) = -0,425 which is significant within 0, 01 level of significance (l.o.s). This result implied a significant correlation between them with a reverse direction of correlation. The dynamics explained that faith maturity helps Christian teenagers to restrain their progressive sexual behavior during dating and create guilt when passing over a certain degree of sexual behavior. These dynamics are related with the value of holiness and total comprehension of grace of salvation. Furthermore, sexual behavior among two Christian teenagers is a function of their maturity of faith and the interaction between them."
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosiana
"Kebutuhan menyalurkan dorongan seksual antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan memiliki perbedaan. Penelitian ini bertujuan membandingkan perilaku memenuhi kebutuhan dorongan seksual antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel kelas XI SMK sebesar 164 responden, terdiri dari 82 responden remaja laki-laki dan 82 responden remaja perempuan dengan teknik simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna pada rerata perilaku seksual (p value = 0,00; α = 0,05) dan tidak ada perbedaan bermakna pada rerata perilaku nonseksual (p value = 0,44; α = 0,05) antara remaja laki-laki dengan perempuan. Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepada remaja dalam pemilihan penyaluran dorongan seksual yang positif.

The behavior to fulfill sexual encouragment needs of adolescent boys and girls have difference. This research pruposed to compare the behavior to fulfill sexual encouragement needs of adolescent boys and girls. This research was a comparative descriptive with cross-sectional approach using 164 respondents of XI class senior high school consisting of 82 boys and 82 girls with simple random sampling technique.
The results by the Independent T test showed significant difference in the average of sexual behavior (p value = 0,00; α = 0.05) and no significant difference in the average of nonsexual behavior (p value = 0,44; α = 0,05) among adolescent boys with girls. Nurses are expected to provide education to adolescents in the selection of positive fulfilling sexual encouragment needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>