Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khulud Saekhan
Abstrak :
Perkembangan metode selektif reduksi dilakukan untuk mengolah bijih nikel laterit untuk menghasilkan kadar nikel yang tinggi tanpa menggunakan energi yang besar. Batubara bituminous umum digunakan pada proses selektif reduksi karena kandungan fixed carbon yang tinggi untuk meningkatkan derajat metalisasi nikel dan besi. Penambahan CaO pada basisitas biner dapat membentuk senyawa silikat seperti akermanite. Penelitian ini akan mempelajari proses selektif reduksi bijih nikel laterit menggunakan reduktor batubara bituminous dengan aditif Na2SO4 dan CaO pada basisitas biner. Penelitian ini menggunakan bijih nikel limonit dengan kandungan 1,38% Ni dan 38,2% Fe dengan penambahan aditif natrium sulfat 10% berat (Na2SO4), variasi soikiometri 0,1-0,5 dan variasi penambahan CaO pada basisitas biner 0,1-1,0. Penelitian ini bahwa hasil optimum pada stoikiometri 0,1 dan basisitas 0,1 yaitu 6,142% Ni dengan recovery 89,94%. Grade nikel menurun dengan bertambahnya jumlah CaO pada basisitas biner.
Selective reduction methods are being developed to process nickel laterite ore to produce nickel with high content with small amount of energy. Bituminous coal is commonly used in selective reduction process because of its high fixed carbon content to increase degree of metallization of nickel and iron. CaO addition on binary basicity can form silicate compound like akermanite. This research was carried out to study selective reduction process nickel laterite ore using bituminous coal with additives Na2SO4 and calcium oxide on binary basicity. This research used limonite ore with 1.38% Ni and 38.2% Fe content. The reduction was conducted at 1150°C for 60 minutes with 10 wt.% additive sodium sulphate (Na2SO4) and 0.71% S bituminous coal with stoichiometric variations of 0.1-0.5 and CaO based on binary basicity variations of 0.1-1.0. This research shows that the reduction process with stoichiometry 0.1 and basicity 0.1 produced the most optimal grade and nickel recovery, 6.142% Ni and 89.94%. The recovery of nickel decline as the ratio of CaO in binary basicity increases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ananda
Abstrak :
Tingginya temperatur dalam proses peleburan/smelting bijih nikel laterit menyebabkan tingginya biaya/konsumsi energi. Penggunaan sulfur/sulfat mampu mengoptimalkan proses reduksi pada temperatur rendah melalui pembentukan senyawa FeS. Limbah biomass, yaitu arang cangkang sawit (ACS) memiliki potensi sebagai reduktor dalam proses reduksi bijih nikel laterit dikarenakan memiliki nilai fixed carbon dan nilai kalor yang cukup tinggi di bandingkan biomass yang lain, selain itu limbah ACS semakin melimpah seiring dengan makin tumbuh berkembangnya industri perkebunan sawit Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari proses selektif reduksi bijih nikel laterit menjadi konsentrat logam ferronikel pada temperatur rendah menggunakan reduktor biomass ACS dengan aditif elemental sulfur dan sodium sulfate. Bijih nikel laterit kadar rendah (laterit jenis limonit), reduktor ACS, dan aditif sulfur-sodium sulfate digerus hingga berukuran kurang dari 100 mesh, kemudian diaduk secara merata dan di-aglomerasi dalam bentuk pellet berukuran 10-15 mm. Variasi penambahan elemental sulfur dilakukan sebanyak 0-5%S. Variasi jumlah ACS dilakukan berdasarkan stoikiometri sebesar 0,5-1,5% dengan penambahan aditif 10% Na2SO4. Proses reduksi terhadap pellet bijih nikel laterit dilakukan dengan menggunakan muffle furnace pada temperatur 950, 1050, 1150ºC selama 60 menit. Selanjutnya dilakukan proses pemisahan magnet (500 gauss) terhadap pellet hasil reduksi untuk memisahkan konsentrat-ferronikel (magnetik) dengan tailing-pengotor (non-magnetik). Bahan baku, pellet hasil reduksi, produk konsentrat dan tailing akan dikarakterisasi/dilakukan pengujian menggunakan XRF, XRD dan SEM-EDS. Hasil yang diperoleh yaitu semakin tinggi temperatur reduksi maka terjadi kenaikan kadar dan perolehan nikel dalam konsentrat. Pada penelitian kali ini didapatkan kondisi optimum pada proses reduksi yaitu dengan temperatur 1150 ºC serta penggunaan 0,5% stoikiometri reduktor arang cangkang sawit (ACS) dan aditif 10% Na2SO4 tanpa penambahan sulfur (0%S), dimana kadar nikel yang diperoleh didalam konsentrat yaitu 2,852% dengan perolehan 73,51%. Saat penambahan 2,68% sulfur, kadar nikel yang didapatkan lebih tinggi yaitu 3% namun perolehan yang didapat yaitu hanya 64,84%. Maka dari itu, penambahan arang cangkang sawit (ACS) dan sulfur harus dilakukan dalam jumlah yang optimum.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library