Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riska Amelia
"Latar Belakang: Persalinan preterm adalah penyebab kematian perinatal terbesar di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Persalinan preterm adalah penyebab utama sepsis neonatus awitan dini dan juga morbiditas jangka pendek dan jangka panjang lainnya. Sayangnya, tidak ada kepustakaan yang mendukung salah satu manajemen lebih unggul daripada lainnya dalam menurunkan kematian perinatal sekaligus morbiditas lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari manajemen persalinan preterm yang dapat memberikan luaran maternal dan neonatal terbaik, terutama di RSCM.
Methode: Dari kohort total sampling menggunakan data rekam medik pasien persalinan preterm yang masuk RSCM antara tanggal 1 januari hingga 31 Desember 2014, didapatkan 300 subjek yang terdiri dari 132 subjek persalinan preterm dengan ketuban intak dan 168 subjek ketuban pecah dini preterm. Masing-masing kategori lalu dibagi lagi berdasarkan perlakuan yang diberikan, yakni tanpa manajemen, manajemen konservatif, dan manajemen aktif. Luaran utama yang diteliti adalah kejadian sepsis neonatus.
Hasil: Prevalensi persalinan preterm di RSCM antara 1 Januari hingga 31 Desember 2014 adalah 32,9 . Pada subjek persalinan preterm tanpa ketuban pecah di usia kehamilan preterm dini, manajemen konservatif menunjukkan penurunan bermakna kejadian sepsis neonatus dibandingkan tanpa manajemen [14 vs 43 , p=0,004, RR 0,65 IK 95 0,48-0,88 ]. Tidak ada perbedaan kejadian sepsis neonatus yang bermakna pada kelompok lainnya. Namun, manajemen aktif pada kelompok ketuban pecah dini preterm tampak menurunkan kematian perinatal secara bermakna dibandingkan tanpa manajemen [0 vs 23 , p=0,038, RR 0,77 IK 95 0,67-0,88 ].
Diskusi: Pada pasien persalinan preterm dengan ketuban intak, manajemen konservatif disepakati merupakan tatalaksana terpilih. Sementara, tatalaksana bagi pasien ketuban pecah dini preterm masih diperdebatkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen aktif dapat menurunkan kematian perinatal dan dapat dijadikan tatalaksana terpilih.

Background Preterm labor is the largest direct or indirect cause of perinatal death in Indonesia and in the world. Preterm labor is the main cause of early onset neonatal sepsis and also other short term and long term morbidities. Unfortunately, there are no evidence that support single management to be superior than others in reducing perinatal death and preventing short term and long term morbidities altogether. This study was aimed to find which preterm labor management that give the best maternal and neonatal outcome, especially in RSCM.
Methods A total sampling historical cohort was conducted using medical record of preterm labor patient admitted in RSCM from Januari 1st until December 31st, 2014. From 300 subjects included, 132 of it was preterm labor with intact membrane, and 168 was preterm premature rupture of membrane. From each arm we categorize further based on one of three management given no management, conservative management, or active management. The primary outcome studied is neonatal sepsis.
Results The preterm labor rate from any cause in RSCM from January 1st until December 31st 2014 was 32,9 . On subjects with preterm labor with intact membrane in early preterm gestational age, conservative management showed significant reduction of neonatal sepsis compared to no management. 14 vs 43 , p 0,004, RR 0,65 CI 95 0,48 0,88 . No significant reduction was observed among other managements, gestational age category, or amniotic membrane status. However, active management showed mildly significant reduction of perinatal death compared to no management 0 vs 23 , p 0,038, RR 0,77 CI 95 0,67 0,88.
Discussion In preterm labor patients with intact membrane, conservative management was unquestionably the treatment of choice. In the other hand, management for patients with preterm premature rupture of membrane is still largely debatable. This study showed that active management seems to be beneficial in reducing perinatal mortality, thus can be the treatment of choice in preterm premature rupture of membrane patients."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mishbahus Surur
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu peran penting apoteker untuk memastikan terapi pasien yang aman, efektif, dan rasional. Laporan ini membahas PTO pada seorang pasien neonatal dengan diagnosis Hyaline Membrane Disease (HMD) dan Sepsis Neonatus Awitan Dini (SNAD) di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif prospektif dengan pendekatan berdasarkan klasifikasi masalah terkait obat (PCNE V9.1). Hasil pemantauan menunjukkan tiga masalah terkait obat yang teridentifikasi, yaitu: interaksi mayor antara Cefoperazone Sodium dan Heparin Sodium yang menyebabkan tanda-tanda pendarahan, interaksi moderat antara Gentamisin dan MgSO4 yang dapat menyebabkan kelemahan neuromuskular, serta selisih dosis pada penggunaan Cefoperazone Sulbactam dan Gentamisin. Intervensi dilakukan dengan penghentian Heparin, pemantauan kadar elektrolit untuk interaksi Gentamisin-MgSO4, serta penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien terbaru. Kesimpulan dari PTO ini menekankan pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam terapi pasien neonatal untuk mengoptimalkan efek terapi dan mencegah komplikasi yang merugikan. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan PTO untuk pasien neonatal di fasilitas kesehatan lainnya.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a vital role of pharmacists to ensure safe, effective, and rational therapy for patients. This report discusses DTM for a neonatal patient diagnosed with Hyaline Membrane Disease (HMD) and Early-Onset Neonatal Sepsis (EONS) in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) at RSPAD Gatot Soebroto. The study was conducted using a descriptive prospective method with an approach based on the classification of drug-related problems (PCNE V9.1). The monitoring results identified three drug-related problems, including a major interaction between Cefoperazone Sodium and Heparin Sodium leading to signs of bleeding, a moderate interaction between Gentamycin and MgSO4 potentially causing neuromuscular weakness, and dose discrepancies in the administration of Cefoperazone Sulbactam and Gentamycin. Interventions were performed by discontinuing Heparin, monitoring electrolyte levels for the Gentamycin-MgSO4 interaction, and adjusting doses based on the patient's latest body weight. The conclusions from this DTM highlight the importance of collaboration among healthcare professionals in neonatal therapy to optimize therapeutic effects and prevent adverse complications. This report is expected to serve as a reference for implementing DTM in neonatal patients at other healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mishbahus Surur
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu peran penting apoteker untuk memastikan terapi pasien yang aman, efektif, dan rasional. Laporan ini membahas PTO pada seorang pasien neonatal dengan diagnosis Hyaline Membrane Disease (HMD) dan Sepsis Neonatus Awitan Dini (SNAD) di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif prospektif dengan pendekatan berdasarkan klasifikasi masalah terkait obat (PCNE V9.1). Hasil pemantauan menunjukkan tiga masalah terkait obat yang teridentifikasi, yaitu: interaksi mayor antara Cefoperazone Sodium dan Heparin Sodium yang menyebabkan tanda-tanda pendarahan, interaksi moderat antara Gentamisin dan MgSO4 yang dapat menyebabkan kelemahan neuromuskular, serta selisih dosis pada penggunaan Cefoperazone Sulbactam dan Gentamisin. Intervensi dilakukan dengan penghentian Heparin, pemantauan kadar elektrolit untuk interaksi Gentamisin-MgSO4, serta penyesuaian dosis berdasarkan berat badan pasien terbaru. Kesimpulan dari PTO ini menekankan pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam terapi pasien neonatal untuk mengoptimalkan efek terapi dan mencegah komplikasi yang merugikan. Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan PTO untuk pasien neonatal di fasilitas kesehatan lainnya.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a vital role of pharmacists to ensure safe, effective, and rational therapy for patients. This report discusses DTM for a neonatal patient diagnosed with Hyaline Membrane Disease (HMD) and Early-Onset Neonatal Sepsis (EONS) in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) at RSPAD Gatot Soebroto. The study was conducted using a descriptive prospective method with an approach based on the classification of drug-related problems (PCNE V9.1). The monitoring results identified three drug-related problems, including a major interaction between Cefoperazone Sodium and Heparin Sodium leading to signs of bleeding, a moderate interaction between Gentamycin and MgSO4 potentially causing neuromuscular weakness, and dose discrepancies in the administration of Cefoperazone Sulbactam and Gentamycin. Interventions were performed by discontinuing Heparin, monitoring electrolyte levels for the Gentamycin-MgSO4 interaction, and adjusting doses based on the patient's latest body weight. The conclusions from this DTM highlight the importance of collaboration among healthcare professionals in neonatal therapy to optimize therapeutic effects and prevent adverse complications. This report is expected to serve as a reference for implementing DTM in neonatal patients at other healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library