Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Winasis
"Latar belakang: Penyakit corona virus disease-19 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan pasien yang mempunyai komorbid berisiko mengalami keparahan berat.
Tujuan: Mengetahui  hubungan hipertensi dengan tingkat keparahan pada pasien COVID-19 yang dirawat di RSU Kota Tangerang Selatan.
Metode: Data diperoleh dari data sekunder berupa rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2021. Desain studi menggunakan cross sectional. Sampel sebanyak 146 pasien diperoleh secara random dan dianalisis menggunakan logistic regression
Hasil: Hipertensi pada pasien COVID-19 sebesar 47,3% (69 pasien). Diperoleh OR 1,6 (95% CI: 0,57-4,88) yang menunjukkan pasien dengan hipertensi mempunyai risiko terjadinya keparahan 1,6 kali dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh variabel diabetes melitus dan penyakit ginjal.
Kesimpulan: Pasien COVID-19 yang menderita hipertensi berisiko 1,6 kali lebih tinggi untuk mengalami keparahan dibandingkan pasien COVID-19 yang tidak hipertensi. Studi ini membuktikan risiko hipertensi terhadap keparahan pada pasien COVID-19.

Background: Corona virus disease-19 (COVID-19) is caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) virus and patients who have comorbidities are at risk of experiencing severe severity.
Objective: To determine the relationship between hypertension and severity in COVID-19 patients treated at RSU Kota Tangerang Selatan.
Methods: Data were obtained from secondary data in the form of medical records of COVID-19 patients who were treated at RSU Kota Tangerang Selatan in 2021. The study design used a cross sectional. A sample of 146 patients was obtained randomly and analyzed using logistic regression.
Results: Hypertension in COVID-19 patients was 47.3% (69 patients). Obtained OR 1,6 (95% CI: 0,57-4,88) which shows patients with hypertension have a 1,6 times the risk of developing severity compared to those without hypertension after controlling for diabetes mellitus and kidney disease.
Conclusion: COVID-19 patients who suffer from hypertension are at risk of 1,6 times higher for experiencing severity than COVID-19 patients who are not hypertensive. This study proves the risk of hypertension on severity in COVID-19 patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Immanuel Novianto Oeiler
"Situasi pandemi Covid-19 ini kian berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dunia industri dengan jumlah karyawan yang cukup besar dan harus tetap bekerja secara optimal dan produktif. Program pencegahan penularan di tempat kerja dan perlindungan terhadap pekerja dengan faktor risiko dilakukan untuk mengurangi dampak keparahan penyakit yang dapat terjadi ketika terinfeksi Covid-19. Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas penyakit Covid-19 dipengaruhi oleh multifaktor termasuk penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan pejamu khususnya penyakit penyerta (Comorbid) dan derajat sakit Covid-19, studi potong lintang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder evaluasi kesehatan dan monitoring perawatan kasus Covid-19 pekerja tetap perusahaan selama periode Maret 2020 - Mei 2021

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ada hubungan antara usia, penyakit Jantung, Hipertensi dan derajat sakit Covid-19, sehingga implementasi program pencegahan penularan Covid-19 di tempat kerja dilakukan secara ketat terhadap pekerja dengan penyakit penyerta khususnya penyakit Jantung dan Hipertensi.

Promosi kesehatan di tempat kerja harus ditingkatkan sebagai salah satu pilar pencegahan penyakit kronis dan meningkatkan ketahanan individu (host susceptibility) untuk menuju pekerja yang sehat dan produktif.


The Covid-19 pandemic situation is increasingly and having an impact on all aspects of human life, including in the industrial world with a large number of employees who must continue to work optimally and productively. Programs to prevent transmission in the workplace and protect workers with health risk factors are carried out to reduce the impact of disease severity that can occur when infected with Covid-19. Several studies have shown that the morbidity and mortality of COVID-19 is influenced by multifactor including pre-existing comorbidities.

The research was conducted to see the relationship between individual factors, especially comorbid and sthe everity of Covid-19 disease, a cross-sectional study was carried out by collecting secondary data on health evaluations and monitoring of treatment for Covid-19 cases of permanent employee of the company during the period March 2020 - May 2021.

The results of the research conducted showed that is a relationship between age, heart disease, hypertension and severity of Covid-19 disease, so that the implementation of the Covid-19 transmission prevention program in the workplace was carried out strictly for workers with co-morbidities, especially heart disease and hypertension.

Health promotion should be improved as one of the pillars of chronic disease prevention and increase individual resilience (host susceptibility) towards healthy and productive workers.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Amirudin Anwar
"ABSTRAK
Robot merupakan sebuah mesin yang kompleks dan rumit dengan kemampuan untuk bergerak dengan berbagai kecepatan dan berbagai arah. Interaksi antara orang, robot dan lingkungan berkontribusi menciptakan resiko yang membahayakan manusia maupun properti yang berada di sekitar robot. Berdasarkan informasi dari situs resmi departemen tenaga kerja Amerika Serikat sejak tahun 1984 hingga tahun 2013 telah terjadi 37 kecelakaan fatal di tempat kerja terkait robot. Tesis ini membahas penilaian risiko yang dilakukan pada pekerjaan pengoperasian dan maintenance robot di PT X. Identifikasi bahaya pada penelitian ini menggunakan metode analisa bahaya pekerjaan (JSA/JHA) dan penghitungan nilai risikonya dengan menggunakan metode analisa risko semi kuantitatif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tingkat risiko pekerjaan pengoperasian dan maintenance robot, dimana risiko tertinggi adalah tertabrak lengan robot baik saat pekerjaan pengoperasian maupun maintenance robot. Tingkat risiko tersebut didapat dari kombinasi kemungkinan kejadian (probability) dan keparahan dampak (severity). Selain itu dihasilkan rekomendasi untuk mengendalikan sisa risiko yang ada.

ABSTRACT
Robot is a complex and complicated machine with the ability to move at different speeds and in different directions. The interaction between human, robot and environment contribute to create risk endangering people and property which is located around the robot. Based on information from the official website of the US labor department from 1984 to 2013. There have been 37 fatal accidents in the workplace related to robots. This thesis discusses the risk assessment carried out on the operation and maintenance work of the robot at PT X. Identification of danger in this study using a job hazard analysis (JSA / JHA) and the calculation of the risk value using semi-quantitative analysis method. The results of this study provide an overview of risk level operation and maintenance work of the robot, where the highest risk is hit by a robot arm while doing the work operation and maintenance robot. The risk level is obtained from the combination of the probability of occurrence and severity of impact. These research give some recommendation to control residual risks."
2016
T46491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Suryanthie
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh infeksi virus SARS CoV-2, dan telah dilaporkan banyak menyebabkan kematian di berbagai negara. Pada pasien COVID-19, ditemukan perubahan kadar asam amino, baik asam amino esensial maupun non esensial, yang dikaitkan dengan proses inflamasi dan infeksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil asam amino esensial dan non esensial, serta mengetahui perbedaannya pada pasien terkonfirmasi COVID-19 severe dan non severe. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan Laboratorium HGRC pada Januari-Desember 2021. Total subjek adalah 128 subjek, terdiri dari 70 subjek (54,7%) kelompok severe dan 58 subjek (45,3%) kelompok non severe. Profil asam amino pada pasien terkonfirmasi COVID-19 severe dan non-severe, secara klinis ditemukan sedikit perbedaan dengan rentang effect size d 0,08-0,48. Tidak terdapat perbedaan bermakna keseluruhan profil asam amino antara kelompok severe dan non severe (p>0,05). Temuan ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam proses penyembuhan pasien terutama pada kondisi infeksi/inflamasi akut, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas melalui penambahan asupan makanan atau terapi suplementasi potensial pada penderita dengan kadar asam amino yang lebih rendah

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infection, caused by SARS CoV-2 virus infection, and had been reported that cause death in many countries. Patients with COVID-19 infection, could have amino acid alteration, both in essential and non essential, which are associated in inflammation and infectious processes. The main objective of this study, was to know the essential and non essential amino acid profile, and to determine the differences in severe and non severe COVID-19 patients. This cross sectional study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Public Hospital and HGRC Laboratory, from January-December 2021. There were 128 subjects, consisted of 70 subjects (54.7%) in severe group and 58 subjects (45.3%) in non severe group. The amino acid profile in severe and non-severe COVID-19 patients, clinically were found slight different, with the effect size range d 0.08-0.48. There was no significant difference in all amino acid, between severe and non severe group (p>0.05). These findings were expected to contibute in recovery process especially in infection/acute inflammation state, decreased the morbidity and mortality, through additional intake and potential supplementation therapy in lower amino acid patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Mutiara Briliantinna
"Latar belakang: Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA sering tidak terdeteksi. Hanya 25% kasus depresi pasca IMA yang terdiagnosis dan hanya 30% yang mendapat pengobatan yang memadai. Dari berbagai penelitian didapatkan bila depresi tidak ditangani dengan baik maka dapat memperburuk prognosis, meningkatkan risiko kematian dan memperlambat penyembuhan. Faktor risiko lain dalam terjadinya IMA adalah faktor pola perilaku. Berdasarkan penelitian perilaku tipe A mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung dibandingkan dengan perilaku tipe B. Sekitar 37-45% penderita iskemi miokard dicetuskan oleh stresor psikososial yang bila tdak diatasi dengan baik dapat berlanjut menjadi infark miokard. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat keparahan IMA dan stresor psikososial dengan Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA yang mempunyai perilaku tipe A.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional terhadap 136 responden berusia 25-60 tahun yang datang ke PoIiklinik Jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta dan memenuhi kriteria inkiusi. Instrumen yang digunakan adalah Videotaped Clinical Examination (VCE) perilaku tipe A, Structured CIinical Interview for DSM-IV Axis-1 Disorder (SLID) dan kuesioner stresor psikososial dari Irwin G. Sarasan.
Hasil: Dari 136 responden sebesar 57,4% pasien mengalami depresi. Proporsi Gangguan Depresi tertinggi ditemukan pada responden IMA derajat berat dan sangat berat (69%). Pada responden terdapat hubungan antara derajat keparahan IMA dengan Gangguan Depresi (p=0,008) dan terdapat hubungan antara stresor psikososial dengan Gangguan Depresi (p<0,001). Hasil analisis regresi logisitik didapatkan keparahan IMA berat dan sangat berat merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan risiko untuk mengalami Gangguan Depresi pada responden (odds ratio 4,6) sedangkan stresor psikososial (odds ratio 1,4).
Simpulan: Derajat keparahan IMA dan stresor psikososial adalah faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko untuk mengalami Gangguan Depresi pada pasien pasca IMA yang mempunyai perilaku tipe A.

Background: Depression disorders in post acute myocard infarct (ANTI) patients are frequently not detected. Only 25% of the post AMI cases that have been diagnosed and only 30% of those received adequate treatment. Based on a variety of studies, if depression is not properly handled, the prognosis will become worse augmenting the risk of mortality and slowing down the recovery. Another risk factor in the induction of AMI is a behavior pattern factor. Based on the study, type a behavior runs a higher risk for developing cardiac disease than type B behavior. Approximately 37-45% of the cases, myocard ischemia triggered by unresolved psychosocial stressors could lead to AMI. The purpose of this study was to find out the correlation between the severity degree of AMI and psychosocial stressors with depression disorders in post AMI patients who were identified to have type a behavior.
Method: This study was cross-sectional involving 136 respondents aged 25 to 60 years who presented to the cardiac poly of Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. The respondents fulfilled the inclusion criteria. The instruments employed were VCE of type a behavior SCID and psychosocial stressor questionnaire from Irwin C. Samson.
Result: Out of 136 respondents, 57.4% of them had depression. The biggest proportion of depression disorder was found in severe and very severe myocard infarct respondents (69%). In the respondents, association between the severity degree of AMI and depression disorder was found; there was association between psychosocial stressors and depression disorder (p <0.081). The result of the Logistic regression revealed that severe and very severe AMI was the most dominant factor in increasing the risk for developing disorder in the respondents (odds ratio 4.6). Whereas psychosocial stressors had the odds ratio 1.4.
Conclusion: The severity of AMI and psychosocial stressors are the two factors that have a role in increasing the risk for developing depression disorder in AMI patients with type A behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dewi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Sekitar 6-7% kehamilan disertai trauma, yang berkontribusi menyebabkan kematian maternal hingga 46%, namun jarang dibicarakan karena bersifat non-obstetrik. Komplikasi maternal meliputi ketuban pecah, solusio plasenta, cedera organ intraabdomen, perdarahan, terminasi seksio sesarea, bahkan kematian. Morbiditas dan mortalitas janin bahkan dapat terjadi tanpa cedera signifikan pada ibu. Hingga saat ini, belum ada publikasi mengenai trauma pada kehamilan di Indonesia.

 

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui profil trauma pada kehamilan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUD Dok II Jayapura.

 

Metode: Penelitian bersifat deskriptif observasional. Semua ibu hamil dengan trauma yang memeriksakan dirinya ke RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUD Dok II tahun 2016-2018 dimasukkan sebagai subyek penelitian. Data demografis, obstetrik, karakteristik trauma, gejala dan temuan klinis, serta luaran ibu dan janin dianalisa secara deskriptif.

 

Hasil: Didapatkan 100 kasus trauma dari 7130 ibu hamil dalam penelitian ini. Berdasarkan ISS (Injury Severity Score), 76% subyek termasuk trauma derajat ringan, 20% derajat sedang, dan 4% derajat berat. Tiga mekanisme trauma terbanyak adalah jatuh (61%), kecelakaan lalu lintas (24%), dan kekerasan domestik (9%) dengan jenis trauma kontusio (82%) dan trauma superfisial (60%). Gejala klinis meliputi nyeri abdomen (60%), perdarahan pervaginam (13%), dan ketuban pecah (8%). Didapatkan 1 kasus syok, 2 kasus solusio plasenta, dan 2 kasus gawat janin. Luaran ibu baik, dengan 3% abortus, 3% seksio sesarea, 9% induksi pervaginam, dan 85% konservatif (di mana 91,8% kehamilan berhasil dipertahankan, 7,0% lahir prematur dan 1,2% abortus spontan). Luaran janin menunjukkan 1% lahir mati, 4% abortus, 10% lahir prematur, 7% lahir aterm, dan 78% konservatif.

 

Kesimpulan: Insidens trauma pada kehamilan pada penelitian ini sebesar 1.4%. Sebagian besar subyek termasuk kategori trauma derajat ringan (76%), disebabkan mekanisme jatuh (61%), dengan jenis trauma kontusio (82%) dan klinis nyeri abdomen (60%). Didapatkan 1% kasus syok, 2% solusio plasenta, 2% gawat janin, 4% abortus, dan 1% lahir mati, tanpa adanya mortalitas ibu. ISS (Injury Severity Score) dapat diterapkan untuk menilai derajat trauma ibu hamil, namun tidak menggambarkan luaran ibu maupun janin.


ABSTRACT
Background: Trauma complicates 6-7% pregnancies and causes up to 46% maternal deaths. Yet, it is rarely taken into consideration because of its non-obstetric origin. Maternal complications include membrane rupture, placental abruption, internal organ injury or hemorrhage, caesarean section termination, even maternal death. Fetal morbidity and mortality can even occur without significant maternal injuries. So far, there is no publication regarding trauma in pregnancy in Indonesia.

 

Objectives: This study aimed to determine the profile of trauma in pregnancy at RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUD Dok II Jayapura.

 

Methods: This was a descriptive observational study. All pregnant women with trauma went to RSUPN Cipto Mangunkusumo and RSUD Dok II during 2016-2018 were included. Demographic and obstetrics datas, trauma characteristics, clinical findings, and all maternal and fetal outcomes were analysed.

 

Results: Of all 7130 pregnant women included, there were 100 trauma cases. Using ISS (Injury Severity Score), 76% subjects had mild trauma, 20% moderate trauma, and 4% severe trauma. Three main trauma mechanisms were fall (61%), motor vehicle accidents (24%), and domestic assaults (9%), with contusion (82%) and superficial trauma (60%). Clinical symptoms included abdominal pain (60%), vaginal bleeding (13%), and water broke (8%). There were 1 hypovolemic shock and 2 placental abruption cases, with 2 fetuses showing fetal distress. Maternal outcomes were good; with 3% abortion, 3% caesarean-section, 9% vaginal induction, and 85% conservative cases (of which 91.8% managed to continue the pregnancy, 7.0% had preterm labor, and 1,2% had spontaneous abortion). Fetal outcomes showed 1% stillbirth, 4% abortion, 10% preterm birth, 7% term birth, and 78% conservative pregnancy.

 

Conclusions: Incidence of trauma in pregnancy in this study is 1.4%. Most subjects have mild trauma (76%), caused by fall (61%), presented mostly with contusion (82%) and abdominal pain (60%). We reported no maternal mortality, 1% hypovolemic shock, 2% placental abruption, 2% fetal distress, 4% abortion rate, and 1% stillbirth. ISS can be applied to assess maternal trauma degree, but does not represent maternal or fetal outcomes.

"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dipo Wirarchi Purboyo
"Indonesia mengelola berbagai blok migas. Central processing plant PT ABC sebagai fasilitas yang digunakan untuk mengolah hydrocarbon. Risk Based Analysis merupakan metode menghitung risiko terhadap alat pengaman pada PT ABC. Pada penelitian ini, dalam menentukan tingkat kekritisan PSV pada PT ABC menggunakan metode berbasis risiko sesuai standar yang tersedia, yaitu API RP 581. Dengan membandingkan tingkatan resiko sesuai API RP 581 dengan data aktual maintenance terhadap 31 PSV yang diteliti. Hasil distribusi weibull dari 31unit PSV yang diteliti dibagi berdasarkan fluida severity yaitu mild dan moderate didapatkan nilai eta 12.3238 dan beta 3.1504 pada tipe mild dengan nilai R 0.77, selanjutnya pada tipe moderate didapatkan nilai eta 13.8545 dan beta 4.8625 dengan nilai R 0.933 dengan nilai MTTF dari keseluruhan peralatan adalah 8 tahun. Hasil Analisis Risiko untuk 31 PSV masuk dalam kategori Medium dimana terdapat 2 alat PSV yang terpasang pada lokasi OSBL dengan nilai risk kategori 1 C, selanjutnya terdapat 29 alat PSV masuk kedalam kategori risk level yang low. Analisa berdasarkan tingkat fluida severity, didapatkan nilai keandalannya sebesar 77 % dengan analisa tipe mild, sedangkan analisa dengan tipe moderate didapatkan nilai keandalan 93,3% untuk total 31 peralatan PSV yang dijadikan obyek penelitian ini.

Indonesia manages various oil and gas blocks. PT ABC's central processing plant as a facility used to process hydrocarbons. Risk Based Analysis is a method of calculating the risk to safety devices at PT ABC. In this study, in determining the level of criticality of PSV in PT ABC using a risk-based method according to the available standards, namely API RP 581. By comparing the level of risk according to API RP 581 with the actual maintenance data of the 31 PSVs studied. The results of the weibull distribution of the 31 PSV units studied were divided based on the severity fluid, namely mild and moderate, an eta value of 12.3238 and a beta of 3.1504 were obtained in the mild type with an R value of 0.77, then in the moderate type, an eta value of 13.8545 and a beta of 4.8625 with an R value of 0.933 with an MTTF value of the entire equipment was 8 years. The results of the Risk Analysis for 31 PSVs are included in the Medium category where there are 2 PSV devices installed at the OSBL location with a risk value of category 1 C, then there are 29 PSV tools included in the low level risk category. The analysis based on the fluid severity level obtained a reliability value of 77% with mild type analysis, while the moderate type analysis obtained a reliability value of 93.3% for a total of 31 PSV equipment used as the object of this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina
"Pada tahun 2016, hasil penelitian The Tobacco Atlas melaporkan bahwa 66 pria di Indonesia adalah perokok. Penelitian epidemiologi telah melaporkan bahwa merokok tembakau berhubungan dengan nyeri pada gangguan muskuloskeletal. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa merokok tembakau berhubungan dengan temporomandibular disorders TMD , yang memiliki gejala diantaranya nyeri musculoskeletal, clicking, dan keterbatasan buka mulut. Namun, penelitian seperti ini belum pernah diteliti di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok tembakau dan derajat keparahan nyeri pada pasien TMD. Sejumlah 54 subjek diperiksa dan dibagi menjadi dua kelompok: merokok tembakau dan tidak merokok; kemudian, perokok dibagi menjadi tiga kelompok menjadi: perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Diagnostic Criteria for Temporomandibula Disorders DC/TMD aksis I dan derajat keparahan nyeri TMD diukur melalui Visual analog scale VAS . Data dianalisis menggunakan Kruskal Wallis dan Post Hoc Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan bermakna dari derajat keparahan nyeri TMD yaitu pada kelompok perokok dibandingkan kelompok tidak merokok, dan terdapat hubungan yang bermakna antara derajat keparahan nyeri TMD dan jumlah rokok yang dikonsumsi. Kebiasaan merokok tembakau merupakan faktor yang mempengaruhi derajat keparahan nyeri TMD, sehingga kontrol terhadap kebiasaan merokok tembakau harus dipertimbangkan dalam merawat TMD pada pasien perokok.

In 2016, The Tobacco Atlas reported that 66 of males in Indonesia were cigarettes smoker. Epidemiologic studies have suggested that smoking might be associated with musculoskeletal pain. Some studies have reported that there was a relationship between cigarettes smoking and Temporomandibular Disorders TMD , since the sysmptom could be musculoskeletal pain, clicking, and limitation on opening. But this kind of study have not yet been done in Indonesia. The aim of this study was to evaluate the relationship of cigarette smoking on pain severity in TMD patients. Study was done on 54 TMD patients. They were first divided into two groups smokers and non smokers. Then, smokers were further divided into three subgroups light, moderate, and heavy smokers. The subjects were diagnosed according to the Diagnostic Criteria for Temporomandibula Disorders DC TMD Axis I and the TMD pain was derived from Visual Analog Scale VAS . All the collected data were analysed using Kruskal Wallis and Post Hoc Mann Whitney. It has been shown that the TMD pain severity was significant higher in smokers compared to non smokers, and a significant relationship was found between pain severity and the number of cigarettes smoked in a day by each subject. Smoking seems to be a relevant factor affecting the TMD pain severity, thus, control of smoking habits should be considered when treating TMD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah M. Asim
"Latar Belakang: Berbagai penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur KBP , namun belum ada kajian hubungan keparahan periodontitis kronis dan proporsi Porphyromonas gingivalis dalam plak subgingiva dengan KBP.
Metode: Penelitian retrospektif dengan metode wawancara, kuesioner, dan pemeriksaan klinis periodontal pada subjek maksimum 48 jam paska persalinan. Penentuan keparahan periodontitis kronis berdasarkan kriteria gabungan CAL, PPD, BOP, dan penyebaran. Pengambilan sampel plak subgingival dari poket terdalam untuk P. gingivalis dengan metode qPCR. Analisis statistik Chi-square dan Regresi Logistik menggunakan SPSS.
Hasil: Ada hubungan antara keparahan periodontitis kronis dengan KBP p=0,002 ; dan antara proporsi P. gingivalis dengan keparahan periodontitis kronis p=0,015 dengan distribusi terbanyak pada periodontitis kronis berat. Tidak ada hubungan antara proporsi P. gingivalis dengan KBP p=0,466.
Kesimpulan: KBP berhubungan dengan keparahan periodontitis kronis, namun tidak dengan proporsi P. gingivalis. Perlu penelitian lanjutan yang mengkaji hubungan bakteri periodontopatogen kuat lainnya dengan KBP. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Arya Winatha
"Pada tahun 2010 American Venous Forum mengembangkan sebuah sistem skoring Venous Clinical Severity Score (VCSS) untuk menilai tingkat keparahan Insufisiensi Vena Kronik, dimana system ini dikatakan lebih lengkap daripada system CEAP. Tetapi validasi VCSS terhadap uji obyektif masih kurang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menguji VCSS terhadap refluks dan diameter vena tungkai berdasarkan ultrasonografi. Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik potong lintang pada pekerja wanita dengan posisi kerja berdiri sebnyak 114 orang (228 tungkai). Dilakukan penilaian VCSS dan pemeriksaan USG pada semua subjek. Hubungan antara VCSS dengan refluks dan diameter vena tungkai dianalisis menggunakan odd rasio dengan interval kepercayaan 95%. Dari 228 tungkai yang diperiksa didapatkan skor VCSS 0-3 sebanyak 18,4%, skor ≥4sebanyak 81,6%. Refluks didapatkan pada 21,9% tungkai. Terdapat hubungan yang signifikan antara VCSS dengan refluks pada vena tungkai. Sedangkan diameter vena safena magna antara 2,1-12,2mm, vena femoral 7,1-17mm, vena popliteal 3-11,4 dan vena safena parva 1,7-7mm. Ketika VCSS dihubungkan dengan diameter vena, didapatkan hubungan yang signifikan. Sensistivitas VCSS dibandingkan dengan refluks berdasarkan USG didapatkan 78%, spesivitas 98,31%, nilai prediksi positif 92,86% dan nilai prediksi negatif 93,86%. Dari hasil penelitian ini disimpulkan skoring VCSS dapat dipakai sebagi metode untuk menilai insufisiensi vena kronik. Meskipun VCSS dirancang untuk menilai keparahan penyakit vena kronis,  VCSS dapat juga dipaki untuk melakukan skrining karena menujukkan hubungan yang baik dengan refluks dan diameter vena tungkai berdasarkan USG.

In 2010 the American Venous Forum developed a scoring system for the Venous Clinical Severity Score (VCSS) to assess the severity of chronic venous insufficiency, where the system is said to be more complete than the CEAP system. But the VCSS validation of the objective test is still lacking. The aim of this study was to test VCSS for reflux and diameter of leg veins based on ultrasonography. This study is a cross-sectional diagnostic test on female workers with a working position standing at 114 people (228 limbs). VCSS assessment and ultrasound examination were performed on all subjects. The relationship between VCSS and reflux and limb vein diameter was analyzed using odds ratios with a 95% confidence interval. From the 228 limbs examined, the VCSS score of 0-3 was 18.4%, the score ≥4 was 81.6%. Reflux is obtained at 21.9% of the legs. There is a significant relationship between VCSS and reflux in the leg veins. Whereas the diameter of the safena magna vein is between 2.1-12.2mm, 7.1-17mm femoral vein, popliteal vein 3-11.4 and safena parva vein 1.7-7mm. When VCSS is associated with vein diameter, a significant relationship is obtained. The sensitivity of VCSS compared with reflux based on USG was 78%, the specificity was 98.31%, the positive predictive value was 92.86% and the negative predictive value was 93.86%. From the results of this study concluded VCSS scoring can be used as a method to assess chronic venous insufficiency. Although VCSS is designed to assess the severity of chronic venous disease, VCSS can also be cited for screening because it shows a good relationship with reflux and diameter of leg veins based on ultrasound.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>