Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairijah
"Kegiatan pengangkutan barang melalui laut mengandung resiko cukup besar baik bagi pemilik barang maupun bagi pemilik kapal / pengangkut. Resiko yang mungkin dihadapi adalah penurunan nilai barang secara ekonomis, kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu Para pihak berupaya mengurangi resiko dengan membuat perjanjian pengangkutan,antara pemilik barang dan pengangkut. Yang penting dalam perjanjian adalah hubungan sebab - akibat antara timbulnya kerugian dengan kewajiban yang harus dipenuhi pengangkut. Ketentuan tentang ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut terhadap pemilik barang, di setiap negra berbeda. Perbedaan tersebut berkaitan erat dengan taraf perekonomian suatu negara. Indonesia memberikan ganti rugi sebesar Rp.600,-/potong barang atau Rp.500,-permeter kubik(PS470 & 474 KUHD) Eropa menggunakan The Hague Rules dengan ganti rugi 100.Poundsterling/koli, disempurnakan dengan The Hague Visby Rules sebesar 1000.F.F. , Hamburg Rules 835 Unit S.D.R. Perkembangan selanjutnya dikenal dengan sistem slices tonage/sesuai dengan bobot mati kapal, ketentuan yang mengaturnya adalah Brussel Convention 1957 sebesar 3100.Francs/tonasi untuk kapal dengan bobot mati 300 ton,
London Convention 1976 333.000 SDR.Indonesia belum meratifikasi semua konvensi internasional, namun dalam praktek telah tunduk secara diam-diam kemungkinan alasannya adalah kondisi pelayaran nasional masih memprihatinkan, disamping sumber daya manusia, permodalan, peraturan, belum mendukung, dan kapal yang digunakan bukan kapal baru yang rentan terhadap kecelakaan. Jika konvensi tersebut tetap dilaksanakan apakah kita mampu?, di sisi lain Indonesia harus segera meratifikasi sebagai upaya harmonisasi ketentuan nasional terhadap ketentuan internasional dalam menghadapi kemajuan ekonomi, transportasi dimasa yang akan datang."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faqi Mudaffa
"Dengan melihat tingginya arus pelayaran dan banyaknya hal terkait operasional kapal yang harus dilakukan pada setiap hari nya, membuat beberapa pemilik kapal melakukan kerja sama dengan sebuah SMC untuk membantunya dalam memanajemen opersional kapal yang dimiliki. SMC dibutuhkan untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan harias operasional kapal atas nama pemilik kapal seperti pengawakan, perawatan dan perbaikan berkala, administrasi hingga penyewaan. Melihat pentingnya kerjasama dan keberagaman layanan yang diberikan oleh sebuah SMC dibutuhkan evaluasi untuk setiap faktor penentu oleh pemilik terhadap pemilihan sebuah SMC untuk membantu pemilik dalam memilih sebuah SMC yang sesuai dengan yang mereka butuhkan, serta meningkatkan layanan dari faktor-faktor yang dijadikan prioritas pemilik oleh SMC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu pemilihan SMC dari perskpetif pemilik, mengevaluasi kepentingan setiap faktor tersebut, serta untuk mendapatkan perbedaan perspektif antara pemilik dan SMC didalam pemilihan sebuah Ship management. Dalam mengevaluasi faktor yang ditentukan digunakan metode fuzzy AHP untuk pembobotan berdasarkan pendapat dari para pemilik dan SMC yang berpengetahuan ahli pada bidangnya. Kemudian, perbedaan perspektif antara pemilik dan SMC didapatkan dari hasil pengolahan. Hasil menunjukan bahwa pemilik menempatkan prioritas utama kepada faktor-faktor yang bisa mereka dapatkan secara maksimal dari SMC, seperti faktor sumber daya manusia dan layanan yang dapat diberikan. Sedangkan, SMC lebih mempertimbangkan faktor biaya dan juga layanan yang menggambarkan hal-hal yang harus mereka kelola secara baik dan pengoptimalan yang dapat diberikan.

Looking at the high flow of shipping industri and many things related to the ship operations that have to be done everyday, several ship owners have collaborated with SMC to assist them in managinh their ships operations. SMC is required to be responsible for the daily operational management of the ship on behalf of the ship owner such as crewing, technical management, administration and also chartering. Seeing the importance of collaboration and the diversity of services provided by the SMC, it is necessary to evaluate each determinant factor by the ship owner for the selection of a SMC to assist ship owner in choosing a SMC that suits their needs, also as well as improve the service of the factors that are prioritized by the owner to SMC’s. The aim of this research is to identify the determinant factors of SMC selection from the owner”s perspective, evaluate the importance of each of these factors, and to obtain different perspectives between the owner and SMC in the selection of ship management. In evaluating the determined factors, the fuzzy AHP method is used for evaluating weight based on opinions of the owners and SMC who are knowledgeable experts in their fields. Then, the difference perspective between the owner dan SMC obtained from the processing result. The results shows that owners placed tehir top priority on factors that they can get the most from SMC, such as human resource factors and services that can be provided. Meanwhile, SMC placed their prioritize on cost and their services factors that described the things they must manage well and optimization that can be provided to owners."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library