Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrafikar
"Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan bentuk kekurangan Gizi yang terutama terjadi pada anak-anak umur dibawah tiga tahun (Batita), dan merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi. Usia 6 bulan merupakan titik awal timbulnya masalah KEP, karena diperkirakan pada usia tersebut kualitas kandungan zat gizi Air Susu Ibu (ASI) sudah mulai berkurang sementara pemberian makanan pendamping ASI tidak mencukupi.
Sumatera Barat merupakan 5 propinsi di Indonesia yang mempunyai gizi buruk melebihi 10 % selain DI Aceh, Sumut, NTB, NTT. Menurut data PSG Prop. Sumbar tahun 1999, terjadi peningkatan KEP pada anak Balita, dimana Gizi Buruk 10,9 % sedangkan angka Nasional hanya 8,1 %.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor determinan Kurang Energi dan Protein anak usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun di Kota Padang.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional dengan desain Kasus Kontrol. Lokasi Penelitian dilakukan di Kota padang, dimana pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan angka status gizi yang tinggi. Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 2 bulan dari bulan Maret sampai dengan April 2003. Teknik pengambilan. sampel secara simple random sampling, yang pertama diambil adalah kasus kemudian baru kontrol, kesempatan pertama kontrol diambil dari tetangga kasus terdekat yang berada disamping kanan rumah. Jumlah sampel sebanyak 202 dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:1.
Dari hasil analisis ada empat variabel yang tidak berhubungan secara signifikan (p>4,05) dengan terjadinya KEP, yaitu variabel pendapatan keluarga, Sarana Kesehatan, Jumlah Anak, dan pekerjaan orang tua.
Variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya KEP pada anak umur 6 bulan sampai dengan 3 tahun di Kota Padang adalah Variabel Perawatan Anak dengan nilai OR = 13,88, Tingkat Konsumsi Protein dengan nilai OR = 12,6, dan Ketersediaan Pangan dengan nilai OR = 4,44. Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 3 tahun di Kota Padang agar memperhatikan ke tiga variabel di atas yang berpengaruh munculnya kejadian ICEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama secara skala besar.
Daftar Bacaan : 97 (1984 -- 2002)

Determinant Factor of Protein and Energy's Shortage for Children in the Age of 6 Month to 3 Years Old in the Kecamatan of Kuranji City of Padang - in the Year of 2003Lack of energy and protein (KEP) is a form of nutrition shortage that is primarily occurred in children under three years old (Batita J Bawah Tiga Tahun, Ind.), and is one of the major nutrition's problems to be dealt with. The age of 6 month is the starting point for this problem; it is assumed that in this age the nutrition in AS1 (Air Susu Ibu, Ind. / Mother's milk) is decreasing while supplemental food were not given in proper dose.
West Sumatra is one of the five provinces in Indonesia having bad nutrition, others are DI Aceh, North Sumatera, NTB, and NTT. According to the PSG's data for the province of West Sumatera in the year of 1999, there is an increase of KEP (Energy and Protein's Shortage) toward Children under five year old. Where Bad Nutrient level is 10.9 %, where as national level were at 8.1 'XL
This research is meant for identifying determinant factors of Energy and protein's Shortage for the children at the age of six month to three years old in the city of Padang.
The research was done by using Observational Analytical Epidemiologist Research Plan with Control Case Design. The research was conducted in the city of Padang, chosen purposively by considering high nutrition status' level. The research was done in a period of 2 months more or less, from March to April 2003. The samples were taken using random sampling, first taken the Case then the Control, the first chance of Control taken from a near by neighbor (at right from the house). Samples taken were a total of 202 with a balance of Case and Control 1:1.
The result shows 4 significantly separate variables (p > 0.05) to KEP, which is family's income variable, heath resources, number of children, and parent's occupation.
The most dominant variable to KEP in children aged six months to three years in the city of Padang is the Children Care Variable with OR's value = 13.88, Proteins Consumed Level with OR's value = 12.6 and Food Supplies with OR's value = 4.44. Take into account of these three variables that affects KEP in doing interference to enhance nutrient's status for the children in the age of 6 months to three years in the city of Padang, further study is necessary by observing Children Care Pattern with the same design in a larger scale.
Literatures : 97 (1984 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"kajian pemerataan guru sekolah dasar ini bertujuan untuk memetakan kondisi ketercukupan jumlah guru SD secara kuantitatif di berbagai wilayah provinsi di Indonesia, pasca peraturan bersama 5 meneteri pada tahun 2011. data dari kajian ini berasal dari 122 sekolah sampel dari 24 provinsi. survei dilaksanakan pada tahun 2012. hasilo kajian menunjukkan bahwa dari 122 sekolah sampel, sebanyak 15 sekolah (12,30-%) masih mengalami kekurangan (shortage) dalam ketersediaan guru SD, sedangkan 87,70% lainnya cukup memadai jumlah gurunya atau bahkan surplus. bahkan diwilayah pulau jawa, kondisi kekurangan jumlah guru juga ditemukan, yaitu pada beberapa sekolah sample di wilayah Provinsi Banten. SD sample yang mengalami kekurangan jumlah guru terbesar yekni SDN 1 Bukit Harapan, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah denag kekurangan jumlah guru sebanyak 6 orang, dan SD sample dengan jumlah surplus guru terbesar yaitu SD Muhammadiyah, Tenggarong, Kalimantan Utara dengan surplus guru sebanyak 31 orang"
JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Priyanto
"Kajian pemerataan guru sekolah dasar ini bertujuan untuk memetakan kondisi ketercukupan jumlah guru SD secara kuantitatif di berbagai wilayah provinsi di Indonesia, pasca peraturan bersama 5 meneteri pada tahun 2011. data dari kajian ini berasal dari 122 sekolah sampel dari 24 provinsi. survei dilaksanakan pada tahun 2012. hasilo kajian menunjukkan bahwa dari 122 sekolah sampel, sebanyak 15 sekolah (12,30-%) masih mengalami kekurangan (shortage) dalam ketersediaan guru SD, sedangkan 87,70% lainnya cukup memadai jumlah gurunya atau bahkan surplus. bahkan diwilayah pulau jawa, kondisi kekurangan jumlah guru juga ditemukan, yaitu pada beberapa sekolah sample di wilayah Provinsi Banten. SD sample yang mengalami kekurangan jumlah guru terbesar yekni SDN 1 Bukit Harapan, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah denag kekurangan jumlah guru sebanyak 6 orang, dan SD sample dengan jumlah surplus guru terbesar yaitu SD Muhammadiyah, Tenggarong, Kalimantan Utara dengan surplus guru sebanyak 31 orang"
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
507 JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nadhira
"Indonesia is still bound to problems associated with nutritional status. There were 16 and 19 provinces in which prevalence of underweight school-age boys and girls are above the national prevalence. Knowledge about nutrition is one of the factors that can affect nutrition intake. Nutrition intake itself plays a role in determining nutritional status. This study aims to determine nutritional status and its relationship to the level of knowledge about protein-calorie deficiency in school-aged children of Kampung Kids. Data was retrieved on October 18th, 2009 by performing an anthropometric physical examination and giving questionnaires to be answered by 78 school-aged children enrolled in Kampung Kids.
The results showed there were 40 children (51.3%) undernutritioned, 25 children (32.1%) was having short-stature, and 30 children (38.5%) were thin. There are 2 subjects (2.6%) who have a good level of knowledge about protein-calorie deficiency, while 7 people (9%) has moderate knowledge level, and about 69 people (88.5%) has bad level of knowledge. Fisher's Exacts test shows that there is no significancies between nutritional status with the level of knowledge about protein-calorie deficiency (p = 1.000). In conclusion, nutritional status is not significantly related with the level of knowledge about protein-calorie deficiency on school-aged children in Kampung Kids.
......Indonesia tidak lepas dari masalah terkait status gizi. Terdapat 16 dan 19 propinsi yang prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan yang bertubuh kurusnya berada di atas prevalensi nasional. Pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi. Asupan gizi sendiri berperan dalam menentukan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Data diambil pada tanggal 18 Oktober 2009 dengan melakukan pemeriksaan fisik antropometri serta pengisian kuesioner oleh 78 anak usia sekolah yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids.
Hasilnya menunjukkan terdapat 40 orang (51,3%) bergizi kurang, 25 orang (32,1%) bertubuh pendek, serta 30 orang (38,5%) bertubuh kurus. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein baik sejumlah 2 orang (2,6%), sedang 7 orang (9%) dan tingkat pengetahuan kurang 69 orang (88,5%). Pada uji Fisher Exacts tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kurangan kalori protein (p= 1,000). Disimpulkan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah yayasan Kampung Kids tidak berhubungan secara bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Febriani
"Manajemen persediaan merupakan komponen penting dalam mendukung produksi. Pabrik harus menerapkan pengendalian persediaan untuk mencapai produktivitas yang diinginkan. Kekurangan material mengganggu produksi, sedangkan kelebihan material membuat pengeluaran melonjak. Untuk mencegah permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan bahan baku dan manajemen pengendalian persediaan pada suatu pabrik. Makalah ini membandingkan model kuantitas pesanan ekonomi klasik (EOQ) dan simulasi dan optimasi Monte Carlo dengan mempertimbangkan elemen acak. Kuantitas pesanan dan titik pemesanan ulang akan diperoleh dengan menggunakan kedua metode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simulasi Monte Carlo menghasilkan biaya persediaan yang lebih rendah. Monte Carlo menghasilkan nilai total biaya inventory turun sebesar 36% dibandingkan biaya persediaan pada kondisi existing, dan lebih rendah 20% dibandingkan dengan penggunaan EOQ
......Inventory management is an essential component in supporting production. Factories must implement inventory control to achieve the desired productivity. Material shortages disturb production, while material excess makes spending soar. To prevent these problems, this study aims to analyze raw material requirements and inventory control management at a factory. This paper compares the classic economic order quantity (EOQ) model and Monte Carlo simulation and optimization considering random elements. The order quantity and the reorder point will be obtained using both methods. The results show that the Monte Carlo simulation produces lower inventory costs. The results showed that the Monte Carlo simulation resulted in lower inventory costs. Monte Carlo resulted in total inventory costs decreased by 36% compared to inventory costs under existing conditions, and 20% lower than using EOQ"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shabrina Salsabila Putri
"Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat di sektor digital,yang juga dikenal sebagai industri 4.0, pasar untuk sumber daya manusia telah berubah, menghasilkan kesenjangan 600.000 setiap tahun antara penawaran dan permintaan bakat di bidang teknologi di Indonesia, dan disebut sebagai kekurangan talenta teknologi (Tech talent shortage). PT Marilyn Consulting Group, sebuah perusahaan rekrutmen, bertanggung jawab untuk merekrut SLIK developer untuk XYZ, sebuah lembaga keuangan yang berperan untuk mengatur dan mengawasi layanan keuangan. Memahami bahwa Indonesia saat ini kekurangan SDM di sector teknologi membuat rekrutmen ini menjadi tantangan. Dengan menggunakan metode rekrutmen yang khusus, mulai dari memahami job brief, mencari kandidat menggunakan LinkedIn RPS, mewawancarai, dan mempresentasikan kandidat kepada klien, PT Marilyn Consulting Group telah berhasil merekrut Pengembang SLIK. Faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan menemukan SLIK developer meskipun kekurangan talenta teknologi adalah database konsultan, persaingan dengan perusahaan lain dalam merekrut talenta terbaik, keterbukaan klien dan kandidat terhadap informasi, dan kesediaan kandidat untuk bergabung dengan perusahaan. Dari program magang 14 minggu dan melalui analisis dan pengamatan terhadap strategi rekrutmen perusahaan, penulis dapat dengan jelas menyatakan bahwa PT Marilyn Consulting Group telah efektif merekrut SLIK developer untuk XYZ.
......As a cause of the rapid development of the digital sector, also known as industry 4.0, the talent market has transformed, resulting in a 600.000 gap every year between tech skill supply and demand in Indonesia, and has been quoted as tech-talent shortage. PT Marilyn Consulting Group, an executive search firm, was responsible for recruiting a SLIK Developer for XYZ, a financial institution whose role is to regulate and supervise financial services. Understanding that Indonesia is currently short in tech talent supply has made the recruitment a challenge. Using specialized recruitment methods, from understanding the job brief, sourcing candidates using LinkedIn RPS, interviewing, and presenting candidates to client, PT Marilyn Consulting Group has successfully recruited a SLIK Developer. The factors that led to the success of finding a SLIK developer despite tech talent shortage were the consultant database, the competition with other companies in recruiting the best talent, the client and candidate openness towards information, and candidate’s willingness to join the company. The Author from its 14 weeks internship program and through analysis and observation of the company’s recruitment strategy can clearly state that PT Marilyn Consulting Group has effectively recruited a SLIK developer for XYZ."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library