Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Perron, E. du
Bandung : W. van Hoeve, [date of publication not identified]
839.36 PER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Srining Rahayu
Abstrak :
Caring. Timbuhnya koluhan pasien tmtang pelayanan perawat mauplm rumah salcit, bersumber pada tidak nerpenuhinya kebumhan ldien : bio~psiko-sosial-spiritual. Kondisi ini tidak perlu terjadi bila perawat atau pemg-as kesehatan caring nerhadap kebutuhan klien. Disisi lain perawat adalah individu, yang dalam bekerja dipengaruhi old: linglnmgan kerjanya, salah satunya adalah linglnmgan intgmal organisasi yang mexupakan konsekuensi metode penugasan yang cligrmaknn. Tujuan. Membuktikan hipotesa adanya hubungan factor-factor di lingkungan kerja perawat : beban kerja perawat, otonomi perawat, hubrmgan interpersonal, kepemimpinan dan sistem pendukung sebagai kansekuaxsi metoda pmugasan yang digunakan, dengan sikap caring perawa: pelaksana di mang rawatinap RSUP Persahabatan Jakarta. Metoda yang digunakan adalah penelitian eksplomtifl disain cross sectional. Uji Kai Kuadrat untuk menganalisa adanya hubungan mtara beban kelja perawag otonomi pemwzt, hubungan interpersonal, kepemimpinan dan sistem pmdukrmg dengan sikap caring perawat pelaksana dan anaiisa multi legresi logistik rmtuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang berhubungan paling signifikan dengan variabel sikap caring perawat. Papulasi adalah perawat pelaksana di unit rawat inap dengan jumlah sampel 186 nsponden, diambil secara acak dan proporsional di 21 mangan. Instrumen dibuat dalam bentuk daftar penauyaan, yang dikembangkan dari teori-teori manajemen keperawatan untuk mengukur beban kerja pemwat, otonomi kerja perawag hubungan interpersonal, kepemimpinan dan simm pendukung di unit kerja pemwzndan teori caring Watson urrtuk mengukursikap caring pcrawat rnmurut persepsi pcmwat pelaksana. Instnunen nelah diuji validirasdan reliabilitasnya. Hasil penelitian. Proporsi respondm yang bersikap caring dan kurang carmg hampir sama. Tiga variabel mempunyai hubungan signiiikan dengan sikap caring yang dipersepsikan respcmden, yaitu beban kerja perawat, hubungan interpersonal dan kepemimpinan. Beban kerja perawat merupakan variabel utama yang berhubungan paling signifikan setelah dikontrol dengan variabel hubungan pensonal dan kepemimpinan Rekomendnsi. Manajer perawaran RSUP Persahabatan Jakarta di semua tingkat manajemen agar meningkatkan sikap caring perawat pelaksana, karena bila tidak secepatnya diintervensi akan mengancam mutu pelayanan/asuhan keperawatan dan rumah sakit. Mempertimbangkan 3 variabel signifikan diatas dan variabel beban kerja sebagai variabel utama dalam menyusun tugas perawat pelaksana. Peneliti lain, diharapkan meneliti caring lebh luas, seperti bentuk caring perawat pada berbagai kasus In-iris; pengaruh pengajaran caring di institusi pendidikan dengan sikap caring perawat di lahan; pengalaman siswa tentang bentuk pembelajann caring yang paling bermakna baginya.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T6388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Hasanah
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auvyka Imeldyanti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Islami Arafah
Abstrak :
ABSTRAK
Film Confucius ?? karya sutradara Hu Mei 2010 adalah film asal Tiongkok yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Konfusius sekitar tahun 498 ndash;479 SM semenjak ia berusia 52 tahun ketika ia diangkat sebagai menteri hukum di Kerajaan Lu hingga ia meninggal dunia pada usia 73 tahun. Penggambaran sikap-sikap teladan tokoh Konfusius merupakan aspek utama yang ditonjolkan dalam film ini. Perilaku teladan tersebut yang pertama adalah laku bakti, kesetiaan, dan kecintaan terhadap negara dan pemimpin. Yang kedua adalah sikapnya yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan kerajaan. Sikap teladannya yang ketiga adalah patuh terhadap nilai dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan sikap-sikap teladan tokoh Konfusius dalam film Confucius ?? tersebut berdasarkan analisis dialog dan adegan dalam film.
ABSTRACT
Confucius by film director Hu Mei 2010 is a Chinese movie that tells a story of Confucius rsquo life around 498 ndash 479 BC. This movie recounts Confucius rsquo life at the age of 52 when he was promoted as law minister in Lu State, until the day he died at the age of 73. The depiction of Confucius rsquo exemplary attitudes are the prominent aspects that highlighted in this movie. Those exemplary attitudes include 1 his devotion to his country and its leaders, 2 his attitude to always prioritize the state and people rsquo interests, 3 his obedience with the existing norms and values among society. In this study, the writer will describe the exemplary attitudes of Confucius rsquo character in Confucius based on analysis both in dialogue and scenes in the movie.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saragih, Ayu My Lestari
Abstrak :
Penerapan komunikasi SBAR perawat diruangan saat serah terima belum optimal, kurang lengkapnya informasi saat operan dapat menyebabkan terjadinya miskomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan komunikasi SBAR saat serah terima diruangan. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 161 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,006), lama kerja (p-value< 0,037), sikap (p-value 0,002) dan lingkungan fisik (p-value 0,007) terhadap penerapan komunikasi SBAR diruangan. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan faktor usia, lama kerja, sikap, dan lingkungan fisik dengan penerapan komunikasi SBAR. Tidak terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan dan dukungan pepimpin dengan penerapan komunikasi SBAR. Sikap positif perawat merupakan faktor yang paling dominan dan paling berkontribusi dalam menerapkan komunikasi SBAR yang efektif (OR 2,916). Penelitian ini merekomendasikan pelaksanaan sosialisasi rutin mengenai format SBAR, peningkatan pengawasan dan supervisi ketua tim atau kepala ruangan terhadap perawat pelaksana saat serah terima pasien. Manajemen rumah sakit juga dapat memberikan reward atau penghargaan bagi perawat yang memiliki sikap positif terhadap penerapan komunikasi SBAR. Tersedianya format SBAR yang memadai sehingga mengurangi hambatan dalam pelaksanaan komunikasi. ......The application of SBAR communication for nurses during handover is not optimal, incomplete information during passes can cause miscommunication. This study aims to determine the factors that influence nurses in implementing SBAR communication during handover. This cross-sectional study was conducted on 161 respondents with a sampling technique using purposive sampling. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between age (p-value 0.006), length of work (p-value 0.037), attitude (p-value 0.002) and physical environment (p-value 0.007) to the application of SBAR communication. The conclusion of the study is that there is a relationship between age, length of work, attitude, and physical environment with the application of SBAR communication. There is no relationship between education level and leadership support factors and the application of SBAR communication. The nurse's positive attitude is the most dominant and most contributing factor in implementing effective SBAR communication (OR 2.916). This study recommends the implementation of routine socialization regarding the SBAR format, increased supervision and supervision of the team leader or head of the room to the implementing nurse during patient handover. Hospital management can also provide rewards or rewards for nurses who have a positive attitude towards the implementation of SBAR communication. The availability of an adequate SBAR format so as to reduce obstacles in the implementation of communication.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dewi Rahmayanti
Abstrak :
Perawatan metode kanguru (PMK) dapat digunakan dalam merawat bayi berat lahir rendah (BBLR). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru terhadap pertumbuhan bayi, pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat BBLR di RSUD Cibabat-Cimahi. Desain penelitian yang digunakan quasi experiment. Sampel penelitian terdiri atas 16 orang kelompok kontrol (tanpa PMK) dan 16 orang kelompok intervensi (PMK), yang diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap ibu pada kedua kelompok. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut agar dilakukan teknik PMK secara continue dan intermiten.
Kangaroo Mother Care (KMC) can be used in the care of low birth weight (LBW). The purpose of this study is to determine the effect of KMC on the growth of infants, knowledge and attitudes of mothers in caring for LBW in Cibabat Hospital. The study design used was quasi experiment. The samples in this study were 16 infants and mother in control group (without KMC) and 16 infants and mother in intervention group (KMC). Samples were taken by consecutive sampling. The results showed that there were no significant differencies in the growth of infants between control and intervention groups. There were a significant differencies of knowledge and attitudes of mother at two group. Recommends further research with continuous and intermittent classifying of KMC.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Nurmala
Abstrak :
Penelitian mengenai Situasi Diglosia ini telah dilakukan pada penduduk Surusunda. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran mengenai Situasi Diglosia di Surusunda yang berdasarkan ranah-ranah tertentu dan variabel-variabel luar bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Pengumpulan data dilakukan pengamatan berpartisipasi dan wawancara terstruktur. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Mereka ada yang sebagai pelajar SMP, guru, pegawai pemerintah desa, pedagang, sebagai tukang, dan ibu rumah tangga. Pengambilan percontoh (sampel) dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana. Hasilnya menunjukkan bahwa di desa Surusunda ini terdapat tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa. Ketiga bahasa tersebut dipakai berdasarkan ranah-ranah tertentu. Bahasa Indonesia dipakai dalam ranah sekolah, pemerintahan (masalah kedinasan), pasar kecamatan, dan ragam tulis. Bahasa Sunda dipakai sebagian besar dalam ranah rumah tangga, ketetanggaan, tempat ibadah, dan administrasi pemerintahan (masalah pelayanan jasa). Bahasa Jawa dipakai hanya untuk berkomunikasi dengan orang-orang Jawa dan keluarga Jawa (penutur bahasa Jawa). Variabel-variabel luar bahasa ini yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, dan pekerjaan. Responden yang berusia di atas 20 tahun lebih banyak memakai bahasa Sunda atau bahasa Jawa; sedangkan responden yang berusia di bawah 20 tahun lebih banyak memakai bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut dikarenakan responden yang berusia di bawah 20 tahun adalah murid-murid SMP. Faktor pendidikan orang tua murid, seperti lulusan SMP dan SMA kemampuan berbahasa Indonesia lebih bagus dibandingkan dengan orang tua murid yang hanya lulusan sekolah dasar. Faktor pekerjaan, seperti guru, pegawai pemerintah desa merupakan orang-orang yang dianggap dapat memberikan contoh berbahasa Indonesia dan berbahasa Sunda dengan baik.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Harini
Abstrak :
PT. Ciba-Geigy dan Persatuan Penderita Epilepsi seluruh Indonesia (PERPEI) melalui Iklan Layanan Masyarakat tentang Epi1 epsi (ILMTE) ingin meluruskan anggapan-anggapan yang salah mengenai epilepsi seperti menular, penyakit keturunan dan sebagainya, yang tumbuh dalam masyarakat. Menurut pendekatan integrasi informasi, informasi yang diterima dan diintegrasikan kedalam sistem informasi sikap seseorang dapat mempengaruhi sistem sikap orang tersebut. Melalui penelitian ini dilihat bagaimana pengaruh ILMTE yang ditayangkan oleh media audio-visual televisi pada sikap pemirsa terhadap epi1epsi. Untuk ILMTE yang sudah berjalan 6 bulan, penelitian sikap before and after dengan tenggang waktu tidak dapat dilakukan. Karena itu untuk menghindari bias maka cara yang digunakan dai am mengukur sikap sebelum dan sesudah melihat ILMTE dibedakan. Sikap sebelum melihat ILMTE diukur berdasarkan pernah tidak nya responden berpendapat negatif terhadap epilepsi sebelum melihat ILMTE. Sedangkan untuk mengukur sikap sesudah melihat ILMTE digunakan model multiatribut dari Fishbein, dimana sikap diukur berdasarkan penjumlahan faktor—faktor khususnya yaitu helief (kepercayaan) dan evaluasi terhadap atribut epilepsi yang dibawa oleh ILMTE. Untuk keperluan pengukuran sikap ini telah ditarik tujuh buah atribut epilepsi dari ILMTE. Sebagai variabel independen ditempatkan nilai ILMTE bagi pemirsa. Pada penelitian ini nilai ILMTE bagi pemirsa diukur berdasarkan valence yang menilai baik buruknya informasi yang diterima dan weight yang menilai benar tidaknya informasi tersebut. Sedangkan faktor-faktor non psikologis seperti pendidikan dan pengenaan pesan diletakkan sebagai variabel kontrol. Sebanyak 49 responden tingkat pendidikan rendah, 32 responden tingkat pendidikan menengah,dan 19 responden tingkat pendidikan tinggi ditarik secara purposive dari populasi yang tersebar di 7 rukun warga di kelurahan Gandaria Selatan, Jakarta Selatan. Secara ringkas hasil penelitian atas 100 responden ini menunjukkan bahwa sebelum melihat ILMTE kebanyakan responden bersikap menolak terhadap epilepsi. Mereka ini pernah berpendapat negatif terhadap hampir semua atribut epilepsi. Tetapi setelah melihat ILMTE, sikap mereka kebanyakan dapat menerima epilepsi sesuai dengan atribut epilepsi yang dibawa oleh ILMTE. Valence dan weighi sama-sama mempunyai hubungan positif terhadap sikap pemirsa terhadap epilepsi. Valence telah mempengaruhi arah sikap responden, dan weight menegaskan bentuk sikap yang telah diarahkan oleh valence tersebut. Nilai ILMTE bagi pemirsa ternyata cukup kuat mempengaruhi sikap responden terhadap epilepsi setelah melihat ILMTE. Semakin tinggi nilai ILMTE bagi pemirsa, sikap mereka terhadap epilepsi terlihat semakin cenderung menerima. Pengaruh nilai ILMTE bagi pemirsa pada sikap mereka terhadap epilepsi setelah melihat ILMTE tersebut ternyata semakin jelas ketika dikontrol dengan tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih terpengaruh oleh ILMTE daripada responden yang tingkat pendidikannya rendah, sehingga sikap mereka cenderung lebih dapat menerima epilepsi sesuai dengan- atribut yang dibawa oleh ILMTE. Namun ketika dikontrol dengan pengenaan pesan, kecenderungan tersebut tidak terlihat. Perubahan sikap kearah positif yang terjadi, meskipun tidak besar, telah menunjukkan adanya kecenderungan yang cukup baik. Perubahan sikap dari menolak menjadi menerima tersebut teriihat semakin besar sesuai dengan kenaikan nilai ILMTE bagi pemirsa dan juga kenaikan tingkat pendidikan, tetapi tidak terlihat meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pengenaan pesan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S3938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>