Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madia Patra Ismar Rahadi. author
Abstrak :
Karya akhir ini meneliti interaksi tari kontemporer dengan tradisi lisan silek harimau Minangkabau yang dipertunjukkan dalam karya Indahnya Hutan Kami. Karya ini merupakan kerjasama antara Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam maestro tradisi lisan silek harimau Minangkabau dan Madia Patra Ismar Rahadi yang berlatarbelakang seni tari. Karya hasil kerja sama ini merupakan upaya mencari dan menemukan bagaimana tradisi lisan silek harimau dan tari kontemporer dapat berpadu dalam kesatuan pertunjukan koreografi. Temuan yang muncul adalah ternyata meski ada kemiripan antara silek dan tari, yaitu gerak sebagai unsur dan bahwa dalam keduanya mengandung daya kreativitas, namun kebiasaan dan konvensi keduanya ternyata berbeda. Kesulitannya adalah pola dalam melakukan improvisasi dan pendekatan terhadap interaksi dalam gerak berbeda antara penari dan pasilek. Kesulitan itu diatasi dengan cara secara intensif mempertemukan penari dan pasilek dengan melakukan gerak interaktif secara repetitif. Hasil kerjasama ini adalah sebuah konvensi baru yang melahirkan komunikasi dan sinergi kreatif berbagai elemen. Sinergi ini yang mendorong daya kreativitas dalam penciptaan pertunjukan tari kreasi baru Indahnya Hutan kami. Pertunjukan ini merupakan refleksi bagimana kekuatan tradisi lisan silek harimau, tari kontemporer dan Green Peace dapat berkolaborasi melalui proses interaksi. Interaksi menjadi kekuatan untuk lebih memahami dan mendalami kebudayaan sendiri dan kebudayaan orang lain. Konsep yang dikemukakan Roger Tol dan Pudentia digunakan untuk menjelaskan tradisi lisan. Konsep Walter J Ong dan Wayne B Kraft digunakan untuk menjelaskan tari dalam tradisi lisan. Pemahaman tari kontemporer dan koreografi yang digunakan adalah yang dikemukakan Edi Sedyawati, Sal Murgiyanto, Judith Lynne Hanna dan Susan Foster. Hobsbawm digunakan untuk memahami penciptaan. Penjelasan interaksi, dan analisa juga digunakan untuk meneliti hasil, pencapaian dan kegagalan untuk bekal perbaikan ke depan. ......The performance titled Our Beautiful Forests is a study on the interaction between contemporary dance and the Minangkabau tiger silek oral tradition. This piece is a collaborative work by Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam a maestro of the Minangkabau Tiger Silek and Madia Patra Ismar Rahadi a performing arts worker with a dance background. This collaboration is an effort to search and find how the tiger silek and contemporary dance can meet, link and merge in a unity of choreographic performance. The findings that emerged are that although there are similarities in the main approach of movement in tiger silek and contemporary dance, there are differences however in the responsive habits and conventions in these two interfaces. The difficulties were the differences in patterns of dancers' and the pasileks' approach and understanding toward improvisation and interaction in movement. These conflicting conventions were overcome by communication in intensive meetings between the dancers and pasileks in rehearsals through repetitive interactions. Resulting from this cooperation is a new convention that gave birth to a creative sinergy between the various elements inherent in the inventing process. This sinergy became the driving force in the inventing process resulting in the end product as a performance of a new creation of contemporary dance. This performance is a reflection of how the strengths of the tiger silek oral tradition from Minangkabau, contemporary dance and Green Peace can collaborate through the interactive process. Interaction becomes the powerful force to fuller and indepth understanding of ones own culture and the culture of others. Oral tradition concepts such as viewed by Roger Tol and Pudentia MPSS are used. Walter J. Ong and Wayne B Kraft views are used to explain dance in oral traditions. Understanding contemporary dance concepts and choreographic conventions by Edi Sedyawati, Sal Murgiyanto, Judith Luynne Hanne and Susan Foster are used in the approach towards dance. Hobsawm theory on invention and traditon is also used to understand invention. Understandings of interaction and evaluating the results of the performance are used to research the end product, the results, identifying the success and failures for future development.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bob Aditya Hidayat
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai film yang mengangkat tema kebudayaan Minangkabau, yaitu Film Surau dan Silek. Film Surau dan Silek adalah sebuah film yang menceritakan tentang surau dan silek yang merupakan bagian dari kebudayaan Minangkabau. Penelitian ini melihat bagaimana kebudayaan Minangkabau direpresentasikan di dalam film berdasarkan persepsi generasi muda Minangkabau dan menggali mengenai surau dan silek dalam kebudayaan Minangkabau. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Film Surau dan Silek berhasil merepresentasikan kebudayaan Minangkabau menurut generasi muda dilihat dari cerita yang diangkat dan tampilan visual seperti simbol kebudayaan, latar tempat, bahasa yang digunakan, dan hal lainnya yang merepresentasikan kebudayaan Minangkabau dalam film. Akan tetapi hal-hal mendasar dari surau dan silek sebagai kebudayaan Minangkabau tidak dijelaskan dengan baik di dalam film serta dalam kehidupan masyarakat Minangkabau saat ini kebiasaan untuk belajar di surau dan mempelajari silek sudah sangat jarang ditemukan ......This study discusses about a movie that elevates Minangkabau culture theme, which are Surau dan Silek the Movie. Surau dan Silek the Movie is a movie that depicts about surau and silek which are parts of Minangkabau culture. This study views how Minangkabau culture is represented in the movie based on the young Minangkabau generation’s perception and digs more about surau and silek in Minangkabau culture. This study uses constructivist paradigm and qualitative approach. The result of this study shows that Surau dan Silek the Movie succeeds to represent Minangkabau culture according to the young generation as observed through the appointed storyline and visual views such as cultural symbols, background scene, the language that is used, and other things that represents Minangkabau culture in the movie. However, the basics of surau and silek as Minangkabau culture is not explained well in the movie along with theMinangkabau community’s life nowadays the habit to study in surau and to learn silek is rarely to be found.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Primadesi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur dalam tradisi lisan seni pertunjukan randai Minangkabau, kegiatan preservasi pengetahuan yang telah dilakukan, kendala dalam proses preservasi pengetahuan, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam rangka mempreservasi pengetahuan yang terdapat dalam tradisi lisan seni pertunjukan randai Minangkabau. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa randai merupakan kesenian tradisi masyarakat yang dibangun dari tiga komponen penting, yakni silek, kaba, dan dendang atau gurindam. Setiap unsur saling menunjang guna membangun fungsi utama randai sebagai representasi dan media komunikasi adat serta sebagai identitas budaya masyarakat Minangkabau. Perkembangannya, tradisi bakaba babarito masyarakat Minangkabau mempercepat proses sosialisasi dan transfer randai beserta pengetahuan di dalamnya. Akan tetapi hal tersebut pun menjadi kendala dan penghambat terjaganya originalitas dari kesenian randai itu sendiri. Kegiatan preservasi yang sudah dilakukan pada umumnya berupa kegiatan sosialisasi dalam bentuk interaksi tatap muka langsung serta proses imitasi. Eksternalisasi berupa pendokumentasian tradisi sudah mulai dilakukan, akan tetapi belum pada tataran analisa, kemas ulang, serta transfer pengetahuan sehingga sebagian besar pengetahuan tersebut hanya tersimpan di lembaga pemerintah seperti Dinas Pariwisata. Minimnya kebijakan sehubungan dengan penggunaan bahasa Minangkabau di lingkungan pendidikan formal serta kebijakan yang menghidupkan kembali fungsi surau sebagai media pendidikan informal masyarakat menjadi pemicu lain hilangnya pengetahuan randai dalam masyarakat. Oleh karena itu sangat disarankan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan pengetahuan dalam randai dengan lebih terstruktur dan berkesinambungan guna menjaga originalitas dan fungsi utama dari randai itu sendiri. ......The aims of this research is to identified the elements of the oral tradition on Minangkabau's Randai Performing Arts, knowledge preservation activities that have been done, all constrains in the knowledge preservations process and all steps that can be done to do the knowledge preservation on Minangkabau's randai performing arts. The research method that used in this research is qualitative approaches and the methods of data collection are through interviews and document analysis. The result of this research conclude that randai is an artistic tradition which built from three component, namely silek, kaba and dendang or gurindam. Each element are being supporting each other in order to build the main function of randai, i.e. as representative and media communication as well as the cultural identity of Minangkabau indigenous community. In its development, the bakaba babarito Minangkabau's tradition accelerate the process of socialization of randai and the transfer of knowledge inside randai. However, it's not being an obstacles and barrier to maintain the originality of randai itself. The preservation activities that have been done, on general, is in the form of socialization activity which is on face to face interaction and on the limitation process. The externalization activity on documentation of randai tradition is already begun, but not at the analysis level, repackaging, and also transfer of knowledge. So that most of the knowledge are only store in government agencies such as the department of tourism. The lack of policy on the use of Minangkabau language in formal education environment and policy to revive the surau function as an informal education media for Minangkabau community became another trigger on knowledge loss of randai in society. Therefore, it is highly recommended the participation of all levels in society and government to maintain and preserve the knowledge of randai with more structured and continuous in order to maintain the originality and the main function of randai itself.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T34913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library