Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989
616.97 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Auline Salsabila
Abstrak :
Sistem imun adalah suatu sistem yang kompleks terdiri dari sel, jaringan, organ, serta mediator yang terlibat untuk mempertahankan integritas tubuh kita terhadap serangan asing yang mengancam. Sistem imun tubuh yang tidak seimbang dan terganggu dapat dimodulasi dengan menggunakan imunomodulator. Dilakukan studi literatur mengenai obat-obatan golongan imunomodulator yang bekerja dengan cara imunorestorasi, imunostimulan, dan imunosupresan. komponen imunorestorasi adalah Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, dan leukopheresis. Bahan-bahan yang dapat menjadi imunostimulator dapat bersumber dari bahan biologis dan bahan sintetik. Contoh golongan obat imunosupresan adalah kortikosteroid, antimetabolit, penghambat kalsineurin, dan agen biologis. ...... The immune system is a complex system of cells, tissues, organs, and mediators involved in maintaining the integrity of our body against foreign invaders. An unbalanced and compromised immune system can be modulated by using immunomodulators. A literature study was conducted on immunomodulatory drugs that work by immunorestoration, immunostimulants, and immunosuppressants. Immunorestoration components are Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, and leukopheresis. Materials that can be immunostimulators can be sourced from biological materials and synthetic materials. Examples of immunosuppressant drugs are corticosteroids, antimetabolites, calcineurin inhibitors, and biological agents.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald
Abstrak :
COVID-19 sudah didetapkan sebagai pandemi oleh WHO, dan minat untuk meneliti mengenai pengobatan COVID-19 sangatlah tinggi. Akan tetapi, tidak hanya obat-obatan, minat untuk mempelajari tentang senyawa herbal, serta mencari kandidat senyawa untuk pengobatan juga tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan investigasi potensi dari berbagai senyawa herbal yang memiliki efek anti-COVID-19, dan tidak hanya terhadap COVID-19 tetapi juga terhadap penyakit sistem imun. Dalam studi ini, peneliti menggunakan metode jejaring farmakologi. Metode ini dapat mengeksplorasi potensi efek yang dimiliki dari senyawa herbal dan target terkait untuk mengobati penyakti COVID-19. Target kandidat protein diprediksi melalui ChemBL, lalu dilakukan penelusuran terhadap penyakit dan validasi melalui website target validation. Jaringan dibentuk menggunakan Cytoscape 3.8.0 yang hasilnya merupakan jaringan senyawa-target, dan target-penyakit. Hasil konstruksi jaringan C-T-D menunjukkan 72 senyawa, 86 target, 1164 penyakit, dan 22 kategori penyakit. Terdapat 9 target potensial dan 69 senyawa yang terkait dengan COVID-19, selain itu ditemukan juga 286 spesies tanaman yang berpotensi. Pada penyakit sistem imun seluruh senyawa memiliki kaitan, lalu didapatkan 39 target yang berkaitan juga dengan 134 jenis penyakit sistem imun serta 318 spesies tanaman yang berpotensi. Dari penelitian ini diperoleh rekomendasi spesies tanaman yaitu Citrus maxima, Acronychia laurifolia, Santalum album yang masing-masing memiliki 12, 11, dan 6 interaksi dengan target atau senyawa. ......COVID-19 has been declared a pandemic by the WHO, and interest in research on the treatment of COVID-19 is very high. However not only drugs, interest in learning about herbal compounds, as well as looking for candidate compounds for treatment is also high. In this study, we investigated the potential of various herbal compounds that have anti-COVID-19 effects, and not only against COVID-19 but also against diseases of the immune system. In this study, researchers used the pharmacology network method. This method can explore the potential effects of herbal compounds and related targets to treat COVID-19 disease. The target protein candidate is predicted through ChemBL, then a search for the disease is carried out and validation through the target validation website. Networks were formed using Cytoscape 3.8.0 which resulted in compound-target, and disease-target networks. The results of the C-T-D network construction showed 72 compounds, 86 targets, 1164 diseases, and 22 disease categories. There are 9 potential targets and 69 compounds associated with COVID-19, in addition, 286 potential plant species were found. In diseases of the immune system, all compounds are related, then 39 targets were obtained which are also related to 134 types of immune system diseases and 318 potential plant species. From this study, it was found that plant species recommendations were Citrus maxima, Acronychia laurifolia, Santalum album which each had 12, 11, and 6 interactions with targets or compounds.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Black, Jaquelyn G.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2008
616.9 BLA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Corwin, Elizabeth J.
New York: Lippincott, 1996
R 616.07 COR h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Vita Kurniati
Abstrak :
Telah dilakukan deteksi reaksi imun silang antara alfa-fetoprotein (AFP) dan albumin tikus dengan teknik ELISA dan Western blot. Antibodi anti-albumin tikus didapat dengan mengimunisasi kelinci dengan 1 mg albumin tikus. AFP takes diisolasi dari cairan amnion dengan menggunakan kolom kromatografi DEAE-selulosa. Sedangkan antibodi anti-AFP tikus diisolasi dengan menggunakan kolom kromatografi afinitas AminoLink (oleh Prijanti dkk.). Titer antibodi anti-albumin tikus yang didapat adalah 3.200.000. Titer yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa antibodi yang didapat cukup murni dan spesifik. Dengan teknik ELISA didapatkan hasil negatif pada reaksi antara AFP tikus dengan antibodi anti-albumin tikus. Demikian pula, reaksi antara albumin tikus dengan antibodi anti-AFP tikus dengan uii ELISA juga memberi hasil negatif. Dengan teknik Western blot didapatkan pula reaksi negatif antara AFP tikus dengan antibodi anti-albumin tikus (titer 800.000). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat reaksi imun silang antara AFP dan albumin tikus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Amelia
Abstrak :
Defisiensi Vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada anak-anak khususnya balita. Defisiensi vitamin A merupakan penyebab utama kebutaan dan turunya daya tahan tubuh terhadap berbagai infeksi. Sistem imun dalam tubuh, dalam mengatasi infeksi memerlukan faktor tambahan yang penting, yang disebut komplemen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh vitamin A terhadap komplemen dalam serum tikus putih, dengan cara mengukur komplemen dari serum tikus tersebut.

Penilalan statistik atas basil penelitian menunjukkan baha pemberian vitamin A ternyata tidak mempengaruhi nilai hemolisis-50% komplemen secara nyata. Walaupun demikian, dari gambar tenlihat bahwa pembenian vitamin A dan pelarutnya menaikkan nilai hemolisis-507. komplemen. Dengan mekanisme yang belum jelas, bila ternyata vitamin A dapat meningkatkan aktivitas komplemen serum, maka pengaruh vitamin A terhadap aktivitas komplemen diperkirakah pada hati dan pada fungsi makrofag.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swastya Dwi Putra
Abstrak :
Latar Belakang: Saat ini, sistem imun telah diketahui memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi. Ketidakseimbangan rasio antara sel T regulator dan Sel T helper 17 ditemukan sebagai penyebab terjadinya hipertensi di uji coba hewan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara sel T regulator dengan tekanan darah pada hipertensi di manusia. Metode: Studi ini merupakan penelitian case-control yang dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Agustus hingga Januari 2023. Subjek dengan hipertensi esensial dan normotensi yang melakukan kunjungan di poliklinik rawat jalan diambil sebagai subjek secara konsekutif. Pemeriksaan flow cytometry dilakukan untuk melakukan penghitungan kadar sel T regulator di dalam darah. Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 40 dari setiap kelompok. Jumlah sel T regulator ditemukan lebih sedikit pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Korelasi kuat dengan pola negative ditemukan antara sel T regulator dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (r=-0.733, r=-0,613). Jumlah sel T helper 17 ditemukan lebih banyak pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Rasio antara sel T helper 17/ sel T regulator ditemukan lebih tinggi pada subjek dengan hipertensi (p<0,0001). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar sel T regulator dengan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial. Sel T regulator yang lebih rendah ditemukan pada subjek dengan hipertensi esensial. ......Background:Immune system has currently been postulated to have a role in hypertension. Regulatory T-cells are the cells that have an association with hypertension in animal studies. Aim: To elaborate on the role of Regulatory T-cells in human hypertension. Methods: This case-control study was held at the National Cardiovascular Center of Harapan Kita and Universitas Indonesia Hospital from August to January 2023. Consecutively, subjects with essential hypertension and those with normotension who went to the outpatient clinic were included. Regulatory T-cells were counted with Flow cytometry examination. Results: The subjects consisted of 40 subjects from each group. The results showed that Regulatory T-cell in hypertension was lower compared to normotension (p<0.0001). Furthermore, a strong correlation between Regulatory T-cell and systolic blood pressure (r=-0.733, p<0.0001) and diastolic blood pressure (r=-0.613, p<0.0001) was found. T helper-17 cell was higher in hypertension subjects (p<0.0001). The ratio of T helper-17 cells/Regulatory T-cells was significantly higher (p<0,0001) in subjects with essential hypertension.  Conclusions: We revealed an association between Regulatory T-cells in human hypertension. Lower Regulatory T-cells were found in the hypertension group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia;Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang telepon seluler dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui ambang batas pemajanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan radiasi gelombang telepon seluler terhadap sistem imunitas mencit (Mus musculus) dengan mengukur diameter pulpa putih limpa. Jenis penelitian adalah eksperimental menggunakan mencit (Mus musculus) jantan, berat badan ± 30 gram, selama 30 hari perlakuan. Perlakuan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis monophonic, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis polyphonic dan kelompok perlakuan dengan telepon seluler CDMA, masing-masing terdiri dari lima ekor mencit. Dengan Lama pemajanan ±120 menit selama 30 hari. Pada hari ke-31dilakukan dekapitasi pada mencit, organ limpa diambil, dibuat preparat histologi dengan teknik pewarnaan HE dan diukur diameter pulpa putih limpa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pulpa putih limpa pada mencit yang diberi perlakuan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan mencit kontrol secara bermakna(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan radiasi gelombang telepon seluler dan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, khususnya pada kelompok CDMA. Disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai efek mengaktivasi sistem imun di daerah perifer.
610 JKY 20:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Stevanie Tanfriana
Abstrak :
Teori metafora konseptual menganggap bahwa proses pemikiran manusia bersifat metaforis, sehingga metafora dapat ditemukan dalam tulisan/percakapan sehari-hari. Dalam sains, metafora adalah alat penting untuk memahami konsep abstrak karena dipahami melalui konsep lain yang lebih konkrit. Sistem imun dan penyakit sebagai salah satu topik pembelajaran dalam sains biologi juga mengandung metafora. Selain itu, pengetahuan sains kini disampaikan tidak hanya melalui buku ajar, tetapi juga lewat artikel daring. Karena metafora dalam bahasa dapat bervariasi tergantung konteks penggunaannya pada genre atau register yang berbeda, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan relasi metafora konseptual dalam wacana sistem imun pada register dan genre yang berbeda dengan cara membandingkan metafora konseptual dalam buku ajar dan artikel ilmiah populer berdasarkan konteks situasi wacana. Data buku ajar menggunakan 8 buku ajar Biologi kelas XI kurikulum nasional 2013 revisi. Artikel ilmiah populer menggunakan 100 artikel yang dipublikasikan di HaloDoc, Alodokter, dan KlikDokter. Penelitian ini akan menggunakan kerangka Analisis Metafora Kritis 'Critical Metaphor Analysis (CMA)’ yang terdiri dari tahap identifikasi, interpretasi, dan eksplanasi. Identifikasi metafora dilakukan dengan metode linguistik korpus dan MIPVU. Interpretasi metafora menggunakan Teori Metafora Konseptual. Eksplanasi metafora menjelaskan hubungan fungsional antara konteks situasi dengan metafora konseptual. Penelitian ini menemukan adanya penggunaan 16 ranah sumber yang dipakai untuk menjelaskan sistem imun dan penyakit, dengan 12 ranah sumber ditemukan pada kedua korpus, tiga ranah sumber hanya pada artikel ilmiah populer, dan satu ranah sumber hanya pada buku ajar. Persamaan ranah sumber dipengaruhi oleh persamaan topik dan koherensi metafora. Perbedaan ranah sumber dipengaruhi oleh kebudayaan dan pengetahuan pembaca awam. Perbedaan dan penambahan aspek dari ranah sumber tertentu serta pergeseran dan perluasan ranah target seperti manusia dan obat yang ditemukan pada artikel ilmiah populer disesuaikan dengan tujuan wacana, yakni untuk menarik dan mempertahankan perhatian pembaca. Selain itu, banyaknya penggunaan metafora orientasi dan ukuran dalam artikel ilmiah populer dipengaruhi oleh tujuan iklan dan promosi barang atau jasa. Pergeseran dari hubungan sistem imun dengan penyakit menjadi hubungan manusia dengan penyakit ditemukan juga pada berbagai wacana publik dalam konteks medis, politik, dan sosial. Dengan demikian, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan metafora dipengaruhi oleh genre dan register wacananya. ......Conceptual metaphor theory assumes that human thought processes are metaphorical, so metaphors can be found in everyday texts/conversations. In science, metaphors are an important tool to understand abstract concepts because they are understood through more concrete concepts. The immune system and disease as one of the learning topics in biological science also contain metaphors. In addition, scientific knowledge is now conveyed not only through textbooks but also through online articles. As metaphors in language can vary according to their context in different genres or registers, this study aims to explain the relation of conceptual metaphors in immune system discourse in different registers and genres by comparing conceptual metaphors in textbooks and popular science articles based on the situational context of the discourse. The textbook data consist of 8 Biology textbooks for grade XI of the revised 2013 national curriculum. Popular science articles consist of 100 articles published on HaloDoc, Alodokter, and KlikDokter. This study will use the Critical Metaphor Analysis (CMA) framework, which consists of identification, interpretation, and explanation stages. The identification of metaphors uses corpus linguistics and MIPVU methods. Metaphor interpretation uses Conceptual Metaphor Theory. The metaphorical explanation explains the functional relationship between the situational context and the conceptual metaphor. This study finds that there are 16 source domains used to explain the immune system and disease, with 12 source domains in both corpus, three source domains in popular scientific articles, and one source domain in textbooks. The similarity of the source domains is influenced by the topic similarity and the metaphorical coherence. Differences in the source domain in popular scientific articles are influenced by the culture and knowledge of the non-expert readers. The differences and additions of highlighted aspects of the specific source domain, as well as the shift and expansion of the target domain like humans, and drugs in popular scientific articles, are adapted according to the purpose of popular scientific articles, namely to attract and retain the attention of the readers. In addition, the use of orientational and size metaphors in popular scientific articles is influenced by the purpose of advertising and promoting goods or services. The shift from the relationship of the immune system and disease to the relationship of humans and disease is also found in various public discourses in medical, political, and social contexts. Thus, this study finds that the use of metaphor is influenced by the genre and register of discourse.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library