Found 2 Document(s) match with the query
Nyak Cut Nadira Azzahra
"Penelitian ini bertujuan mengungkap work-family conflict yang dihadapi perempuan pelaku usaha kecil di sektor fashion. Kajian terdahulu menggambarkan perempuan pelaku usaha mengalami peran ganda harus mengurus keluarga dan menjalankan usahanya sehingga kesulitan menyeimbangkan antara keduanya. Dampaknya perempuan sering kali harus memilih untuk menghentikan inovasinya dan membuat usahanya tetap berskala kecil. Usaha fashion merupakan usaha yang lekat dengan perempuan dan memberikan fleksibilitas pada pelakunya serta tidak membutuhkan latar belakang khusus. Kajian terdahulu telah menjelaskan tantangan perempuan pelaku usaha fashion dalam aspek manajemen dan organisasi. Kajian yang telah ada belum mengidentifikasi situasi yang dihadapi bentuk work-family conflict dan strategi menghadapinya. Peneliti berargumen bahwa perempuan pelaku usaha mengalami conflict karena adanya tuntutan dari pekerjaan dan keluarga. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus. dan menggali data dengan wawancara mendalam. Hasil temuan menunjukkan perempuan pelaku usaha pada dasarnya cenderung mengalami family-work conflict yaitu keluarga memengaruhi pekerjaan, karena kontribusi usahanya dibangun sesudah menikah. Bentuk konfliknya dalam bentuk waktu, tekanan, dan perilaku. Sumber konflik adalah faktor sosial di keluarga, faktor pekerjaan terkait kebutuhan sumber daya, serta faktor personal terkait emosi dan kesadaran individu.. Dalam menghadapi konflik, strategi perempuan pelaku usaha adalah membangun komunikasi dengan keluarga dan karyawan, serta mencari dukungan sosial baik dari keluarga maupun orang yang dipercaya. Selain itu kecenderungan perempuan untuk mendahulukan keluarga menjadi salah satu strategi mereka dalam mengatasi konflik.
This study aims to uncover the work-family conflict faced by women small business entrepreneur in the fashion sector. Previous studies describe that women entrepreneurs experience dual roles, having to take care of their families and run their businesses, making it difficult to balance it. As a result, women have to choose to stop their innovation and keep their businesses in small-scale. The fashion business is a sector that is related to women and provides flexibility to its owners and does not require a special background. Previous studies have explained the challenges faced by women fashion entrepreneurs in terms of management and organization. However existing studies have not identified the situations faced in the form of work-family conflict and the strategies to dealing with it. The researcher argues that women entrepreneurs in fashion small business experience conflict due to demands from work and family. The study was conducted using a qualitative approach through a case study method and exploring data through in-depth interviews. The findings show that women entrepreneurs basically tend to experience family-work conflict, namely that family influences work, because their business contributions are built after marriage. The forms of conflict are based on: time, role pressure/demands, and behavior. The sources of conflict are family factors, work factors related to resource needs, and personal factors related to emotions, including individual awareness. To dealing with conflict, the strategy of women entrepreneurs is to build communication with family and employees, and seek social support from both family and trusted people. In addition, the tendency of women to prioritize family is one of their strategies in overcoming conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cantiki Syawalia
"Penelitian ini bertujuan mengungkap pengalaman perempuan muda sebagai pelaku usaha kecil dengan fokus pada gaya kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Riggio (2006). Kepemimpinan transformasional diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan perempuan dengan menginspirasi dan memotivasi lingkungan usaha yang dibangunnya. Penelitian ini menyoroti tantangan stereotip gender, diskriminasi, serta minimnya dukungan kepada perempuan muda dalam memimpin usahanya. Kajian-kajian sebelumnya menunjukkan ketidaksesuaian antara gagasan dan ekspektasi peran gender perempuan di masyarakat, bahwa perempuan tidak selayaknya sebagai pelaku usaha. Adanya bias gender tersebut telah merugikan perempuan karena membatasi peran perempuan termasuk sebagai pelaku usaha. Studi sebelumnya lebih banyak memfokuskan pada peran gender dalam dunia kerja, namun belum banyak yang mengkaji kepemimpinan perempuan pelaku usaha. Melalui pendekatan interseksionalitas gender dan usia dari Kimberlé Crenshaw (1991), penelitian ini melihat bagaimana perempuan muda mempraktekkan gaya kepemimpinan transformasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga perempuan pelaku usaha melalui wawancara mendalam. Temuan menunjukkan bahwa perempuan muda menerapkan gaya kepemimpinan transformasional melalui komunikasi terbuka, pengambilan keputusan partisipatif, dan pemberdayaan tim. Pengalaman yang dilalui perempuan muda dalam merespon berbagai tantangan baik internal maupun eksternal, telah berkontribusi pada gaya kepemimpinan transformasional.
This study aims to reveal the experiences of young women as small business entrepreneurs, focusing on transformational leadership style according to Bass and Riggio (2006). Transformational leadership is associated with women’s leadership style, inspiring and motivating the business environment they build. This research highlights the challenges such as gender stereotypes, discrimination, and the lack of support for young women in leading their businesses. Previous studies have shown a mismatch between societal ideas and expectations regarding women's gender roles, suggesting that women are not suitable as entrepreneurs. Such gender bias has disadvantaged women by limiting their roles, including as business actors. Prior research has mostly focused on gender roles in the workplace, but there has been limited examination of women's leadership as entrepreneurs. Using Kimberlé Crenshaw's (1991) intersectionality approach of gender and age, this study explores how young women practice transformational leadership style. This research employs a qualitative approach with a case study method involving three female entrepreneurs through in-depth interviews. Findings indicate that young women apply transformational leadership styles through open communication, participative decision-making, and team empowerment. The experiences of young women in responding to various internal and challenges have contributed to their transformational leadership style."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library