Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Salah satu golongan cacing yang merupakan masalahkesehatan masyarakat di negara-negara berkembang adalahcacing-cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Disebutdemikian karena telur-telur atau larva-larva dari golongancasing ini hanya akan menjadi infektif setelah suatu masainkubasi dalam tanah. Manusia mendapat infeksi bila menelantelur infektif atau bila larva infektif menembus kulit.Cacing-cacing golongan ini umum terdapat di seluruh duniadan mempunyai angka prevalensi yang tinggi terutama di negara berkembang serta pada sebagian besar dunia menyebabkaninsidens tertinggi penyakit manusia. Salah satu spesiesyang termasuk dalam golongan ini adalah cacing Ascarislumbricoides. Cacing ini di Indonesia merupakan salah satucacing yang tersebar luas, kadang-kadang sampai 90% (1,2).Prevalensi dan derajat infeksi daripada cacing ini banyakdipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan tanah, keadaan lingkungan serta kebiasaan penduduknya. Di daerahyang mengandung tanah liat prevalensi Ascaris lumbricoidesbiasanya lebih tinggi. Di kampung-kampung di daerah Jakartasemua anak yang telah mencapai umur dua tahun pada umumnyatelah kena infeksi A. lumbricoides."

"Sosiologi ekonomi adalah wilayah kajian baru dalam sosiologi yang berusaha mendekatkan ilmu ekonomi dan sosiologi. sebagai bidang studi baru dalam sosiologi,disiplin ini berupaya untuk terus mengembangkan telaah-telaah baru. Salah satu isyu penting yang menjadi perhatian pemerhati sosiologi ekonomi adalah interest (kepentingan), yang dianggap sebagai konsep penting penggerak tindakan atau perilaku seseorang actor dalam tradisi sosiologi weberian. Tulisan ini mencoba mengkaji isyu/konsep kepentingan serta implikasi sosiologisnya dalam perilaku ekonomi kontemporer."

"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana jaringan sosial digital membentuk ekspektasi terhadap aset memecoin dalam praktik investasi di Decentralized Exchange (DEX). Meskipun studi tentang cryptocurrency banyak menekankan volatilitas harga, risiko keuangan, dan perilaku investor secara kuantitatif, masih sedikit penelitian yang melihat secara kualitatif bagaimana nilai spekulatif memecoin dikonstruksi melalui narasi, simbol, dan interaksi komunitas digital. Dalam konteks pasar yang spekulatif dan penuh ketidakpastian, ekspektasi masa depan menjadi acuan utama dalam pengambilan keputusan investasi. Peneliti berargumen bahwa sebuah aset cryptocurrency tidak hanya kalkulasi rasional semata tetapi juga oleh ekspektasi terhadap harapan, simbolisme, dan kekuatan kolektif komunitas digital. Dengan menggunakan teori fictional expectations dari Jens Beckert, penelitian ini memfokuskan analisis pada proses sosial dan kultural dengan dua dimensi utama, yaitu cultural frames dan cognitive devices. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik observasi digital, scraping data dari media sosial X (Twitter), serta wawancara mendalam terhadap investor ritel, investor insider, dan content creator crypto (investor ritel). Temuan menunjukkan bahwa ekspektasi terhadap memecoin dibentuk melalui narasi yang dikonstruksikan di ruang digital dan penggunaan alat analitik untuk memantau harga, tren, dan karakteristik dasar sebuah memecoin. Oleh karena itu, ekspektasi ini lebih dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan simbolik daripada logika rasional semata.

---

This study aims to explain how digital social networks shape expectations toward memecoin assets in investment practices on Decentralized Exchanges (DEX). While most studies on cryptocurrency emphasize price volatility, financial risks, and investor behavior using quantitative approaches, there is still limited qualitative research on how the speculative value of memecoins is constructed through narrative, symbols, and community interactions. In the context of a speculative and highly uncertain market, future-oriented expectations become a key reference in investment decision-making. This research argues that cryptocurrency assets are shaped not only by rational calculations but also by expectations rooted in hope, symbolism, and the collective power of digital communities. Using Jens Beckert’s theory of fictional expectations, the analysis focuses on social and cultural processes through two main dimensions: cultural frames and cognitive devices. The study employs a qualitative approach using digital observation, data scraping from the social media platform X (Twitter), and in-depth interviews with retail investors, insider investors, and crypto content creators. The findings show that expectations toward memecoins are constructed through digital narratives and the use of analytical tools to monitor prices, trends, and token characteristics. Consequently, these expectations are more influenced by social and symbolic constructions than by purely rational logic."