Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2004
910.285 APP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2018
614.42 SPA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book focuses on key research from new developments in econometrics."
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469272
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Kapoh, Aneke Thresia
"Latar Belakang: Malaria masih merupakan penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan terdapat 443.530 kejadian malaria pada tahun 2022, serta tercatat 71 kasus kematian terkait malaria. Sesuai target tujuan pemberantasan malaria 372 dari 514 kabupaten dan kota merupakan daerah bebas malaria pada akhir tahun 2022. Hanya ada satu kabupaten yaitu kab Purworejo yang masih terjadi penularan malaria di Pulau Jawa dan Bali. Karena malaria adalah penyakit yang bersifat lokal, maka diperlukan upaya pengendalian lokal. Sebagian besar penyakit malaria disebabkan oleh variabel perilaku dan lingkungan. Dalam epidemiologi, analisis spasial sangat berguna untuk menentukan pengelompokan penyakit dan menilai prevalensi penyakit dalam kaitannya dengan lokasi geografis.
Metode: Angka kejadian malaria di Kabupaten Purworejo pada tahun 2022 akan dideskripsikan dan dipetakan dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Badan Pusat Statistik (BPS), badan informasi geografis, dan data sekunder laporan malaria Kabupaten Purwerejo menjadi sumber data yang dimanfaatkan. Alat QGIS 3.10, STATA 17, dan GEODA digunakan untuk pengumpulan dan pemrosesan data. Koordinat data geografis setiap kasus tersedia, dan analisis statistik dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria serta melakukan analisis spasial untuk menentukan pola geografis penyebaran penyakit.
Hasil: Pada Analisa indeks moran ditemukan I = 0,124 dengan E(I) =-0,0667, dan P=0,04 yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif. I>E(I) menunjukkan bahwa polanya adalah mengelompok. Autokorelasi spasial penyebaran malaria Kabupaten Purworejo terlihat bahwa penyebaran kasus malaria tahun 2022 terdapat autokorelasi spasial positif. Nilai P =0,03 yang lebih kecil dari alpha maka hipotesis Ho ditolak berdasarka uji yang telah dilakukan ini yang berarti terdapat autokorelasi spasial kejadian malaria tahun 2022. Peta LISA menunjukkan bahwa ada satu kecamatan dengan kasus malaria tinggi dikelilingi oleh kecamatan yang memiliki kasus malaria yang tinggi yaitu kecamatan Kaligesing. Terdapat 2 kecamatan dengan kasus rendah yang disekelilingnya memiliki kasus yang tinggi yaitu kecamatan Loano dan Bagelan. Pada kuadran 3 menunjukkan kecamatan yang memiliki kasus yang rendah yang sekelilingnya adalah kecamatan yang memiliki kasus rendah juga yaitu kecamatan kemiri. Berdasarkan analisa Spasial Error Model faktor ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, curah hujan dan kelembaban mempengaruhi penyebaran kasus malaria di Kabupaten Purworejo.

Background: In Indonesia, malaria is still an infectious disease and a public health problem. In Indonesia, there will be 443,530 malaria incidents in 2022, and 71 cases of malaria-related deaths will be recorded. As anticipated, the goal of eradicating malaria is progressing, with 372 out of 514 districts and cities having the opportunity to be malaria-free by the end of 2022. There is only one district where malaria transmission occurs on the islands of Java and Bali, and that is Purworejo in Central Java. Because malaria is a local disease, local control efforts are needed. Most malaria is caused by behavioral and environmental variables. In epidemiology, spatial analysis is very useful for determining disease clustering and assessing disease prevalence in relation to geographic location.
Method: The incidence of malaria in Purworejo Regency in 2022 will be described and mapped using this quantitative descriptive research. The Central Statistics Agency (BPS), geographic information agency, and secondary data from Purwerejo Regency malaria reports are the data sources used. QGIS 3.10, STATA 17, and GEODA tools were used for data collection and processing. Geographic data coordinates for each case are available, and statistical analysis is carried out to determine the frequency distribution and percentage of each risk factor variable that influences the incidence of malaria as well as conducting spatial analysis to determine the geographic pattern of disease spread.
Results: Moran index analysis found I = 0.124 with E(I) = -0.0667, and P = 0.04 which indicates positive spatial autocorrelation. I>E(I) indicates that the pattern is clustered. Spatial autocorrelation of malaria distribution in Purworejo Regency shows that the distribution of malaria cases in 2022 has positive spatial autocorrelation. The P value = 0.03, which is smaller than alpha, means the Ho hypothesis is rejected based on the test that has been carried out, which means that there is spatial autocorrelation of malaria incidence in 2022. The LISA map shows that there is one sub-district with high malaria cases surrounded by sub-districts that have high malaria cases. high, namely Kaligesing sub-district. There are 2 sub-districts with low cases and the surrounding areas have high cases, namely Loano and Bagelan sub-districts. Quadrant 3 shows the sub-districts that have low cases. Surrounding them are the sub-districts that also have low cases, namely the Kemiri sub-district. Based on the Spatial Error Model analysis, the factors of regional altitude, population density, rainfall and humidity influence the spread of malaria cases in Purworejo Regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ripley, Brian D.
New York: John Wiley & Sons, 1981
519.5 RIP s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Thamrin
"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran maupun identifikasi perbedaan spasial keterkaitan antara faktor risiko penyakit DBD khususnya iklim, lingkungan, serta kepadatan penduduk terhadap persebaran kejadian DBD di Kota Bandar Lampung tahun 2006-2008. Jenis penelitian adalah deskriptif. Hasil analisis spasial pola sebaran DBD tidak merata dan bervariasi. Kondisi iklim sesuai kondisi perkembangan hidup Aedes aegypti. Sebaran DBD lebih banyak di wilayah kepadatan tinggi. Proporsi ABJ rata-rata per tahun berkisar 74%-9O,7%. Proporsi pengguna SAB berkisar l2,2%-60,3%. Hasil uji statistik semua variabel independen tidak signifikan. Penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan dan saran kepada beberapa pihak berkompeten, masyarakat, serta unit analisis alternatif bagi peneliti lain.

This descriptive research is aimed at understanding the description and identification of spatial difference in Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) risk factors, especially those on account of climate, environment, and population density in an outbreak case in Bandar Lampung during 2006-2009. Based on the results of spatial analysis of DHF occurrence, it showed that the spread was sporadic and varied. Climatological condition had average number suitable for the growth of Aedes aegypti. It resulted in the annual prevalence of DHF cases. The spread relying on the factor of population density was prevalent. Larvae-free index proportion iluctuated with approximate annual larvae-ii-ee average index of 74%-90.7%. Clean water facility user proportion number in the same period moved between 12.2%-60.3%. Statistic analysis showed that all independent variables had no significant correlation with the outbreak. This research results some conclusions and bears suggestion to authorized bodies, public, and may become an alternative analysis unit for later researchers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34398
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Shidiq Darajat
"Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata tersebut perlu didukung sarana dan prasarana yang baik untuk mengembangkan objek wisata sehingga menarik wisatawan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul masih membutuhkan perbaikan terhadap sarana dan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul dan menganalisis hubungan antara tahap perkembangan objek wisata dengan jenis objek wisata dan bentuk medan Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan meliputi jumlah wisatawan objek wisata, fasilitas objek wisata primer, sekunder dan kondisional, aksesibilitas, komersialisasi, dan promosi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik chi-square. Data yang telah diperoleh dari masing-masing objek wisata dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan objek wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul berada pada tahap perkembangan kedua Involvement, tahap pekembangan ketiga Development dan tahap perkembangan keempat Consolidation. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis objek wisata dan bentuk medan terhadap tahap perkembangan objek wisata pada tingkat signifikansi = 0,05.

Bantul Regency has various tourism potentials such as nature tourism and cultural tourism. Tourism potential need to be supported by good facilities and infrastructure to develop tourist object so as to attract tourists. Several tourism object in Bantul Regency still need improvement on facilities and infrastructure. This study aims to analyze the development stage of tourism object, analyzing the development stage of the tourism object based on the type of tourism object and terrain of bantul regency. Variables used include the number of visitor tourism object, tourism object facilities primary, secondary and conditional , accessibility, commercialization, and promotion. The data have been obtained from each tourism object is grouped based on the development stage of tourism object. The method used are spatial analysis and statistical analysis chi square. The results showed that the stage of development of tourism object in bantul regency is in the second stage of development involvement , third development stage development and fourth stage of development consolidation . Based on statistical analysis shows no significant relationship between type of tourism object and terrain towards the development stage of the tourist object at the level of significance 0.05.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin Arief Gunawan
"Saat ini penyakit malaria masih terdapat di 100 negara di dunia, setiap tahun malaria menyebabkan kematian antara 1,1 juta - 2,7 juta penduduk dunia, di Indonesia masih merupakan penyakit endemis. Angka Kesakitan Malaria di Jawa Tengah dan di Kabupaten Banjarnegara dalam tiga tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Malaria sulit diberantas karena pengaruh lingkungan sangat besar, bersifat lokal spesifik dan tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga perlu dilakukan analisis spatial untuk menanganinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kejadian penyakit malaria berdasarkan perbedaan kondisi iklim, geografi dan demografi. di wilayah endemis Kabupaten Banjamegara.. Penelitian ini adalah penelitian ekologi dan bersifat eksplorasi, sumber data sekunder, dengan analisis multiple regression dan t test, pola persebaran kasus dengan analisis spatial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor iklim dengan jumlah kasus malaria mempunyai arah hubungan linier negatif,kekuatan hubungan lemah ( R 0,26) dan tidak adanya hubungan yang bermakna (p value >0,05 ), dengan MBR An. aconilus arah hubungan linier positif, kekuatan hubungan sedang ( R.ch 0,280, R.hh 0,316, R.ich 0,272, R.sh 0,368 ) dan adanya hubungan yang bermakna (pv.ch 0,030, pv.hh 0,014, pv.ich 0,036, pv.sh 0,004 ), dengan MBR An. maculatus arah hubungan linier positif, kekuatan hubungan sedang pada hari hujan dan suhu udara (R.hh 0,285 R.sh 0,293 ), variabel lainnya lemah ( R < 0,26 ), adanya hubungan yang bermakna hari hujan dan suhu udara. (pv.hh 0,027, pv.sh 0,023 ) dan hubungan MBR An. aconitus dengan jumlah kasus malaria arah hubungan linier positif, dan MBR An. maculatus arah hubungan linier negatif, kekuatan hubungan lemah (R < 0,26) dan tidak adanya hubungan bermakna (p value > 0,05 ). Hasil uji nudtiple regression diketahui suhu berpengaruh terhadap MBR An.aconitus dan hari hujan terhadap MBR An.maculatus. Hasil uji independent t test pada wilayah ketinggian dan kepadatan penduduk menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat ketinggian (pv = 0,030) dan tidak ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat kepadatan penduduk (pv = 0,128 ).
Secara spatial pola persebaran kasus malaria wilayah kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Banjarmangu sebagai pusat kasus malaria terbanyak dan diduga sebagai pusat penularan di 4 wilayah kecamatan lainnya selama 5 tahun, pergerakan distribusi kasus malaria dan Banjarmangu ke arah Tenggara. Pola persebaran kasus malaria di wilayah endemis cenderung meningkat pada wilayah contour 251- 425 mdpl dan 426 - 650 m dpl, Pala persebaran kasus penyakit malaria berada pada wilayah desa yang penduduknya jarang dan pola bergerak dan wilayah yang penduduknya jarang ke wilayah yang penduduknya padat. Pola persebaran kasus berdasarkan landuse terbanyak berada pada wilayah tanah tegalan, kemudian di wilayah dekat sawah dan sumber air seperti mata air, alur mata air, anak sungai, dan sungai. Perlu adanya perhatian dan pertimbangan yang khusus terhadap faktor iklim, topografi, dan tata guna lahan dalam melaksanakan program pemberantasan penyakit menular, sehingga dicapai penanganan program malaria yang komprehensif

Spatial Analysis Malaria Disease in Banjarnegara Regency, Central Java Province, 1996-2000Malaria disease still be in 100 state in the world and caused 1,1 - 2,7 million people die every years. Malaria is endemic disease in Indonesia. Malaria incidence increase in Central Java and Banjarnegara in three years later. Malaria is very difficult to eliminate caused environmental effect, local specific and not according to administration border, so need spatial analysis. The purpose of this research is to know the sum of malaria disease based on the difference of climate, geographical and demographical condition in malaria endemic area. This is ecological research with exploration study, which using secondary data, with multiple regression and t test, and spatial analysis for case distribution pattern.
The result of this study show between climate and malaria case has a negative linier correlation, a weak assosiation (R<0,26) and has not significant relation (p value >0,05), with MBR An. aconitus has a positive liner correlation, a moderate assosiation (Rrainfall 0,28; R.raindays 0,316; Rrain index 0,272; Rtemperature 0,368) and has a significant regression (pv rainfall 0,030; pv raindays 0,014; pv rain index 0,036; pv temperature 0,004); with Man Biting Rate An. maculatus has a positive linier correlation, moderate assosiation (R.raindays 0,285; R temperature 0,293), an other variable have a weak assosiation (R<0,26) and has a significant regression (pv rain days 0,027; pv temperature 0,023). The correlation between sum malaria case with MBR An. aconitus has positive liaier, with Man Biting Rate An. maculatus has negative linier, a weak assosiation (R<0,26) and has a significant regression (pv>0,05). The result of multiple regression test show that temperature influence to MBR An.aconitus and raindays to MBR An.maculatus. The result of independent t test to elevation area has a difference sum of malaria case (pv-A:1,030) and density of population show that there are not difference (pvM:1,128).
In spatial pattern, the distribution of malaria case based on sub district area show that Banjarmangu has a highest sum of malaria case and suppose that area is center of transmitted in other four sub district in five years. The distribution movement malaria case from Banjarmangu to the south-east. Distribution pattern of malaria case in endemic area is ascend in contour 251-650 m, in the low density population and moved to highest density of population. The distribution pattern based on land use is in village near the dry field, near the rice field and near the water source. There is need more attention to climate, topography and land use when do the eliminated infectious diseases program, so can have a comprehensive malaria program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Ngurah Sanditya Hardaya
"Provinsi DKI Jakarta memiliki tantangan dan permasalahan urban yang lebih kompleks dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan pembangunan daerah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, terutama masyarakat. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Aspirasi dan permasalahan yang terjaring selanjutnya perlu dipetakan dan disinergikan dengan kebijakan dan prioritas pembangunan nasional. Penelitian ini menggunakan teknik Text Mining untuk mengklasifikasi laporan yang berupa teks menjadi beberapa kelas dan mengelompokkan set data setiap kelas untuk mendapatkan topik-topik khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah banjir dan kebersihan, khususnya menyangkut saluran air dan masalah sistem transportasi, khususnya mengenai jalan yang butuh perbaikan atau peninggian menjadi topik yang paling sering dilaporkan masyarakat. Visualisasi dan analisis dengan Sistem Informasi Geografis serta Diagram Pareto menunjukkan persebaran masalah dan masalah yang perlu diprioritaskan oleh tiap kota/kabupaten

Jakarta has more complex problems and challenges than other urban areas in Indonesia. Therefore, the development plan of Jakarta involves all of the stakeholders, especially the public. One approach taken is to provide a means for public to submit aspirations and problems that occur at their surroundings. Aspirations and problems conveyed by public then need to be mapped and synergized with national policy and development priorities. This study uses Text Mining techniques to classify the textual report into several classes and then cluster data set in each class into specific topics. The results showed that the majority of public reports are associated with flood problems, especially regarding to drainage and waterways, and transportation system problems, especially regarding to roads condition. Visualization and analysis using Geographic Information Systems and Pareto Chart shows the spreads of the problems and issues that need to be prioritized by each city/county
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
"ABSTRAK
Stres lingkungan seringkali dirasakan oleh penduduk di perkotaan besar. Dalam Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007 gangguan mental emosional menunjukan angka prevalensi tertinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu 20,0. Stres lingkungan berkepanjangan dapat menyebabkan depresi, penurunan motivasi, dan kecemasan berlebihan. Melihat efek negatif yang ditimbulkan maka diperlukan penelitian untuk melihat dampak sumber stres terhadap penduduk di Kota Bekasi. Sumber stres perkotaan seperti polusi, kebisingan, dan suhu ditampalkan untuk melihat wilayah sumber stres paling tinggi dan hubungannya dengan bentuk stres yang ditimbulkan. Sumber stres tertinggi ditemukan di pusat kota, wilayah industri, dan permukiman yang padat. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan ditemukan bahwa sumber stres yang ada hanya mempengaruhi sedikit bentuk stres yang di timbulkan. Dari bentuk stres yang ada ditemukan adaptasi yang dilakukan penduduk Kota Bekasi untuk mengatasi sumber stres lingkungan seperti penggunaan teknologi atau mengurangi intensitas keluar rumah.

ABSTRACT
Environmental stress is frequently felt by the resident of big cities. Basic Health Research in 2017, emotional mental issue shows the highest prevalence number in West Java, calculated as 20,0. Prolonged environmental stress could cause depression, motivation decrease, and over anxious. As seeing this negative effect appeared, so the research to observe the impact of Bekasi residents sources of stress is needed. Sources of stress in cities, such as pollution, noise, and temperature are being showed to review the region of the highest source of stress and its relation with the form of stress caused. The highest source of stress was found in the downtown, industrial regions, and dense settlement. Based on the spatial analytic that has been done, its discovered that these sources of stress just caused a little impact to the forms of stress. From these forms of stress, the adaption of Bekasi resident to resolve these sources of environmental stress such as technology utilization or more likely to stay at home, were found. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>