Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okki Ramadian
"Latar Belakang: Masalah yang dihadapi oleh pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) yang stabil adalah bagaimana untuk mempertahankan kondisi ini dan mencegah flare. Salah satu faktor baru yang diduga memicu flare saat ini adalah penurunan dosis kortikosteroid pada pasien LES stabil. Penurunan dosis kortikosteroid dapat memicu flare jika dosis dan durasinya tidak dipantau secara ketat. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi para klinisi dalam mengelola pasien LES stabil yang diturunkan dosis kortikosteroid. Tujuan: Mempelajari pengaruh penurunan dosis kortikosteroid terhadap kejadian flare pada pasien LES yang stabil. Metode: Penelitian ini adalah sebuah penelitian kohor retrospektif. Pemilihan pasien dilakukan melalui consecutive sampling. Sebanyak 110 pasien diambil dari data rekam medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dan dibagi menjadi dua kelompok, pasien LES stabil dengan penurunan dosis kortikosteroid, dan yang mempertahankan dosis kortikosteroid. Hubungan antara penurunan dosis kortikosteroid dan kejadian flare-up pada pasien LES stabil dihitung melalui analisis univariat, bivariat, dan multivariat cox regression. Hasil: Pada kelompok penurunan dosis kortikosteroid,dari 110 pasien LES yang stabil, sebanyak 20 pasien (18,2 %) mengalami flare. Kejadian flare terjadi 3 pasien (5,8%) pada kelompok LES stabil dengan dosis kortikosteroid yang dipertahankan dan 17 pasien (29,3 %) pada kelompok yang diturunkan dosis kortikosteroid. Berdasarkan dari hasil analisis multivariat crude kortikosteroid sebesar 5,979(1,751 – 20,422) dengan p 0,004. Setelah dikontrol semua variabel perancu didapatkan fully adjusted RR variabel kortikosteroid kejadian flare pada LES yang stabil adalah 4,581 (1,296 – 16,195) dengan p 0,018. Simpulan: Kejadian flare pada pasien LES yang stabil sebesar 18,18% dengan IK 95% (10,97- 25,39). Kelompok pasien LES stabil yang diturunkan dosis kortikosteroid berisiko 4,58 kali mengalami flare dibandingkan kelompok pasien LES stabil yang dipertahankan dosis kortikosteroid setelah dikontrol berbagai faktor perancu dengan berbagai keterbatasannya.

Background: The problem faced by stable Systemic Lupus Erythematosus (SLE) patients is how to maintain a stable condition and prevent flare-ups. One new factor suspected to trigger flare-ups is the reduction of corticosteroid doses in stable SLE patients. A decrease in corticosteroid dosage can trigger flare-ups if the dosage and duration are not closely monitored. This poses a separate challenge for clinicians in managing stable SLE patients with reduced corticosteroid dosages. Objective: To determine the influence of corticosteroid dose reduction on the occurrence of flares in stable SLE patients. Method: This is a retrospective cohort study. The patient selection is done through consecutive sampling. One hundred ten patients were taken from medical record data at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, and divided into two groups: stable SLE patients with reduced corticosteroid dosage and SLE patients maintained on corticosteroid dosage. The relationship between the reduction of corticosteroid dosage and the occurrence of flare-ups in stable SLE patients was calculated with univariate, bivariate, and multivariate analyses carried out to assess the confounding factors that influenced the relationship of flare-ups in stable SLE. Result: In the reduced corticosteroid dosage group, out of 110 stable SLE patients, 20 patients (18.2%) experienced a flare. The occurrence of flare was seen in 3 patients (5.8%) in the stable SLE group with maintained corticosteroid dosage and in 17 patients (29.3%) in the group with reduced corticosteroid dosage, with an HR of 5.979(1.751 – 20.422) and a P value of 0.004. After controlling for all confounding variables, the fully adjusted RR for corticosteroid dosage in the occurrence of flare-up in stable SLE is 4.581 (1.296 – 16.195) with a pvalue of 0.018. Conclusion: The incidence of flares in stable SLE patients was 18.18%, with a CI of 95% (10.97- 25.39). The group of stable SLE patients who had their corticosteroid dose reduced had a 4.58 times risk of experiencing a flare compared to the group of stable SLE patients whose corticosteroid dose was maintained after controlling for various confounding factors with various limitations."
Jakarta: Fakulitas Kedokteran, Universitas Indonesia , 2008
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bagio Budiarjo
"ABSTRAK
Beberapa prototip dari sistim penyimpan stabil telah berhasil dikembangkan di lingkungan Universitas Indonesia. Prototip tersebut dirancang dan diimplementasikan oleh para mahasiswa baik dari Fakultas Teknik maupun Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia sebagai karya tugas akhir mereka. Dari implementasi prototip-prototip tersebut diketemukan beberapa fakta yang menarik untuk diketengahkan.
Sinkronisasi antar proses untuk replikasi arsip diwujudkan dengan komunikasi antar proses baik pada konfigurasi prosesor tunggal maupun pada prosesor ganda. Kendala komunikasi antar proses pada konfigurasi prosesor ganda tidak semata-mata diakibatkan oleh faktor komunikasi. Pemilihan protokol transport clan prosedur pembukaan atau pemutusan hubungan sangat menentukan efisiensi dari komunikasi antar proses.
Bagian terbesar dari waktu komunikasi antar proses adalah waktu olah dari file server (pelayan arsip ), dari saat dilakukannya inisiasi proses yang menangani pertukaran pesan sampai kepada proses pengolahan pesannya. Saratnya beban kerja pelayan arsip menyebabkan lambatnya response time stasiun kerja tersebut dalam mengolah pesan.
Algoritma replikasi dirancang dan diimplementasikan secara lengkap, yang mencakup baik proses stable read maupun proses stable write pada setiap akses arsip. Ditemukan bahwa proses stable read pada umumnya memerlukan waktu eksekusi yang relatif lebih lama dari proses stable write. Kesulitan dalam menentukan arsip yang paling mutakhir merupakan kendala yang masih belum dapat diatasi secara tuntas. Perlu prosedur tambahan untuk memastikannya, yang memperlambat waktu pelaksanaan operasi stable read.
Pada konfigurasi penyimpan stabil dengan dua prosesor, perbandingan waktu akses arsip stabil clan tak stabil lebih baik bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa peneliti terdahulu. Meningkatnya kecepatan prosesor dan tersedianya protokol pertukaran pesan yang handal merupakan faktor utama yang menjadi penyebabnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Melintira Trinanty
"Bronkiektasis (BE) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus ireversibel yang disebabkan kerusakan dinding bronkus yang merupakan hasil dari proses infeksi dan inflamasi. Bronkiektasis secara primer merupakan penyakit pada bronkus dan bronkiolus dengan keterlibatan siklus infeksi dan inflamasi transmural yang tidak berujung dengan pelepasan mediator inflamasi. Walaupun tidak ada studi-studi yang dilakukan pada penderita dengan stadium awal BE tetapi penemuan pada penderita yang terbukti bronkiektasis memberikan data terpercaya terhadap peningkatan respons selular dan mediator inflamasi. Pada biopsi bronkus penderita BE memperlihatkan infiltrasi neutrofil dan limfosit T, peningkatan konsentrasi elastase dan mediator inflamasi. Infiltrasi neutrofil dan mediator inflamasi ini akan menyebabkan kerusakan jaringan dinding bronkus bertambah. Produksi sputum yang berlebih akan memperberat obstruksi saluran napas yang terjadi. Pemberian antibiotik makrolid (khususnya eritromisin) dapat menghambat influks dan aktiviti kemotaktik neutrofil dan mediator inflamasi. Eritromisin dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi yaitu tumor nekrosis faktor (TNF) dan menghambat produksi neutrofil elastase yang berperan dalam sekresi mukus glandula saluran napas sehingga dapat mengurangi hipersekresi mukus pada kondisi-kondisi seperti kistik fibrosis dan bronkiektasis. Secara klinis dapat memperbaiki gejala klinis dengan mengurangi produksi sputum pada penderita dengan hipersekresi mukus. Selain itu mukus yang tertahan akan menyebabkan kolonisasi bakteri yang akan mencetuskan infeksi. Penderita BE akan memperlihatkan episode berulang obstruksi, infeksi dan inflamasi yang akan merusak jaringan paru. Pemberian low-dose dan long-term antibiotik makrolid sebagai anti-inflamasi diharapkan dapat memperbaiki faal paru dan memperbaiki gejala klinis penderita dengan infeksi saluran napas kronik seperti bronkiektasis. Pemberian makrolid yang mengandung atom karbon 14 dan 15 diiaporkan dapat mengurangi jumlah eksaserbasi dan memperbaiki faal paru pada penderita fibrosis kistik, diffuse panbronchialitis (DPB), penyakit supuratif saluran napas kronik lainnya di Jepang."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shona Kamila Laily
"ABSTRAK
Dividend smoothing menjadi kebijakan yang banyak digunakan pada negara maju. Penelitian ini menguji kebijakan tersebut pada negara berkembang yaitu Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup stabil dibandingkan negara berkembang lainnya pada periode penelitian. Penelitian ini juga menguji pengaruh signalling theory dan agency theory terhadap kebijakan dividend smoothing. Pengujian ini menggunakan regresi linear berganda dengan cross sectional data 41 perusahaan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa baik signalling theory maupun agency theory memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividend smoothing melalui variabel bid ask spread dan struktur kepemilikan perusahaan.

ABSTRACT
Dividend smoothing is a widely used policy in developed countries. This study examines the policy in Indonesia which has a fairly stable economic growth compared to other developing countries in period. This study also examines the influence of signalling theory and agency theory on dividend smoothing. This test used multiple linear regression with cross sectional data of 41 companies. The result of this study found that both signalling theory and agency theory influence dividend smoothing through bid ask spread and company ownership structure."
2017
S68330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Todung Donald Aposan
"Intervensi koroner perkutan (IKP) terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Cedera pembuluh darah akibat IKP dapat menyebabkan timbulnya inflamasi dan stress oksidatif. Studi ini menunjukkan bahwa kurkumin memiliki efek menekan inflamasi dan antioksidan pada penderita PJK stabil pasca-IKP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas suplementasi kurkumin per oral dalam menurunkan kadar inflamasi dan stres oksidatif pasca-IKP pasien PJK stabil.
Pasien dewasa PJK stabil dilakukan IKP, dirandomisasi secara acak tersamar ganda ke dalam kelompok kurkumin atau plasebo. Kurkumin (45 mg/hari) atau plasebo diberikan selama 7 hari sebelum IKP hingga 2 hari setelah IKP. Kadar marker inflamasi (hsCRP dan sCD40L) dan marker oksidatif (MDA dan GSH) dalam serum dinilai dalam 3 fase, 7 hari pra-IKP, 24 jam pasca-IKP, dan 48 jam pasca-IKP.
Selama periode April–Juni 2015, terdapat 50 pasien yang direkrut (25 kurkumin dan 25 plasebo) di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Jakarta. Konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada kelompok kurkumin dalam 3 fase cendrung menurun (p < 0,05) dibanding kelompok plasebo, tetapi konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada tiap fase tidak berbedaan bermakna, sedang kadar MDA dan GSH tidak berbeda bermakna setiap fase, namun menunjukkan kecenderungan penurunan kadar MDA (p = 0,6) dan GSH (p = 0,3).
Pemberian kurkumin mempunyai kecenderungan menurunkan respons inflamasi pasca-IKP dan cenderung menghambat pembentukan stress oksidatif yaitu MDA serum melalui mekanisme peningkatan penggunaan antioksidan internal yaitu GSH serum.

Background: Percutaneous coronary intervention (PCI) has been proven to improve morbidities and mortalities in stable coronary heart disease (CHD). However, ischemia-reperfusion injury resulted from PCI might induce inflammation and oxidative stress. Several studies suggested that curcumin exerts anti-inflammatory and antioxidant properties that may be beneficial in post-PCI stable CHD patients.
Objectives: To determine the efficacy of orally administered curcumin in reducing inflammatory response and oxidative stress in post-PCI of stable CHD patients.
Methods: A double-blind randomized controlled trial consisting of 50 adult patients of both sexes with stable CHD who underwent PCI were treated with curcumin or placebo. Either curcumin (45 mg/day) or placebo was given 7 days prior to PCI until 2 days after PCI. Inflammatory markers (hsCRP and sCD40L) and oxidative stress assessment (MDA and GSH) were measured in 3 phases (7 days pre-PCI, 24 hours post-PCI, and 48 hours post-PCI).
Results: During April–June 2015, 50 patients were recruited (25 curcumin and 25 placebo) from Cipto Mangunkusumo General Hospital and Jakarta Heart Center. The serum concentrations of hsCRP and sCD40L in curcumin group (p < 0.05) in all observation phases were significantly lower compared with placebo group; however, there were no significant differences between groups. No significant difference was observed among phases in MDA and GSH, but there was a trend of decreasing MDA and GSH levels (p = 0.6 and p = 0.3, respectively) in curcumin group.
Conclusion: Curcumin tends to reduce inflammatory response following PCI by decreasing oxidative stress (MDA) through the increase of internal antioxidant utilization (GSH).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irawan Harsono
"Kejadian serangan asma meningkat sejalan dengan perubahan pajanan lingkungan sebagai faktor risiko, selain itu masalah obesiti mulai meningkat pada penderita asma. Magnesium dilaporkan dapat digunakan sebagai pengobatan yang efektif pada pasien asma. Keadaan hipomagnesemia diduga terjadi pada pasien asma serangan akut, pemberian magnesium secara intravena atau melalui nebulisasi dapat menyebabkan bronkodilatasi. Mekanisme selular pada brokodilatasi mungkin terjadi relaksasi otot polos, pada otot bronkial mirip dengan efek magnesium pada otot polos vaskular melalui antagonis kalsium atau mekanisme lain." Untuk melihat konsentrasi magnesium dilakukan pemeriksaan darah pasien asma dengan menggunakan pemeriksaan tidak lagsung (indirek).
Tujuan umum penelitian
Memperoleh gambaran apakah kadar magnesium intrasel eritrosit lebih rendah pada serangan asma akut dibandingkan dengan asma stabil, asma intermiten dan subjek normal.
Tujuan khusus penelitian
Mengetahui prevafensi (proporsi) kadar magnesium intrasel eritrosit antara pasien asma serangan akut, asma stabil, asma intermiten dan subjek normal.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Teguh
"ABSTRAK
Alam memiliki beberapa sistem yang mengatur cara kerja dan interaksi
komponen-komponen di dalamnya. Dalam sistem tersebut, wajar apabila terdapat komponen yang mengalami fase kelangkaan maupun fase berkelimpahan. Untuk mengatasinya, sistem tersebut beserta komponen di dalamnya haruslah bisa beradaptasi agar menciptakan sistem yang stabil dan berkelanjutan. Ketiga kata kunci (adaptasi,
stabilitas, dan berkelanjutan) tersebut menjadi salah satu dasar yang dibutuhkan bagi teknologi, khususnya arsitektur untuk mampu merespons perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat. Di tahun 2020, dunia mengalami pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2 atau Covid-19). Perubahan yang berlangsung sangat cepat ini menjadi ujian bagi teknologi yang diciptakan manusia untuk menjaga kesehatan dan keselamatan manusia. 2033: New Normal menjadi salah satu eksperimen pikiran untuk mencoba melihat bagaimana arsitektur yang selama ini dianggap `kaku` bagi orang awam, mampu merespons perubahan dengan adaptasi teknologi. Dimana ada aksi, akan ada reaksi. Hasilnya, arsitektur yang mampu beradaptasi ini adalah sebuah aksi, dan reaksi yang terjadi adalah keseharian manusia yang menjadi `kaku`, tidak bebas.

ABSTRACT
Nature has several systems that control the scheme and interactions between the components inside. In the system, it is natural that there are components that experience a phase of scarcity and abundance. To overcome this, the system must be able to adapt to create a stable and sustained system. These three keywords (adaptation, stability, and
sustainability) become the foundation needed for technology, especially architecture, to be able to respond to rapid changes. By 2020, the world is experiencing a pandemic of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2 or Covid-19). This rapid change is a test for the technology that humans created to prioritize human health and safety. 2033: New Normal is a thought experiment made to test architecture that has been considered `inflexible` by ordinary people, able to respond to rapid changes with adaptation of technology. Where there is action, there is reaction. The results, the action is the architecture that adaptive on rapid changes and the reaction that occurs is the daily life of people who become inflexible."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Oktavia
"Latar belakang: Disfungsi ventrikel kanan merupakan salah satu komplikasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penilaian fungsi ventrikel kanan penting, karena berkaitan dengan keterbatasan kemampuan kerja pasien serta prognosis yang buruk.
Tujuan: Untuk mengetahui proporsi disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kanan pada PPOK stabil, serta untuk mengetahui korelasi forced expiratory volume in one second (FEV1) % prediksi dengan nilai Tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) dan nilai titik potong kedua variabel tersebut.
Metode: Dilakukan pemeriksaan spirometri terhadap 30 pasien PPOK stabil (rerata usia: 65 ± 6 tahun). Kemudian semua pasien menjalani pemeriksaan ekokardiografi standar, TAPSE, mengukuran dimensi ruang jantung kanan dan inflow trikuspid.
Hasil: Rerata nilai rerata FEV1 28 ± 8% prediksi. Tidak terdapat pasien dengan derajat obstruksi yang ringan, 57% subjek mengalami derajat obstruksi yang sangat berat. Semua pasien menunjukan pola spirometri campuran obstruktif dan restriktif. Rerata dimensi ruang jantung kanan pasien dalam batas normal. Terdapat 40% pasien yang mengalami disfungsi diastolik. Rerata nilai TAPSE 16, 96 ± 96 mm. Terdapat 60% pasien yang mengalami penurunan nilai TAPSE. Tidak terdapat beda rerata nilai TAPSE antara kelompok dengan derajat obstruksi sedang-berat dengan derajat obstruksi sangat berat. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara FEV1 % prediksi dengan TAPSE, sehingga titik potong kedua variabel tidak dapat ditentukan.
Simpulan: Proporsi disfungsi sistolik ventrikel kanan 60% dan disfungsi diastolik 40%. Tidak terdapat korelasi nilai FEV1 % prediksi dengan nilai TAPSE, sehingga nilai titik potong kedua variabel tidak dapat ditentukan pada PPOK stabil.

Background: Right ventricular dysfunction is one of the common complication of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Right ventricular assessment is importance, since it related with exercise intolerance and poor prognosis.
Objective: To determine the proportion of systolic and diastolic dysfunction of right ventricle in stable COPD patients and to determine the correlation between forced expiratory volume in one second (FEV1) % prediction and Tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) and also to determine the cut-off value between the two variables.
Methods: Thirty stable COPD men (mean age: 65 ± 6 yr) underwent spirometry. In addition to conventional echocardiographic parameters, TAPSE, right heart chambers, and trans tricuspid inflow were determined.
Results: The mean value of FEV1 was 28 ± 8% of the predicted value. There was no subject with mild airflow limitation, 57% subjects were with very severe airflow obstruction. All of pulmonary function test showed mixed restrictive-obstructive pattern. Mean of right chamber was in normal limit. Forty percent of the patients suffered right ventricular diastolic dysfunction. Means of TAPSE was 16.96 ± 96 mm. Sixty percent of the patients suffered right ventricular systolic dysfunction. There was no significant difference in TAPSE between groups with moderate-severe flow obstruction and very severe airflow obstruction. There was no significant correlation between FEV1 % prediction and TAPSE, so the cut-off value between the two variables cannot be determined.
Conclusions: The proportion of right ventricular systolic dysfunction was 60% and diastolic dysfunction was 40%. There was no correlation between FEV1 % prediction and TAPSE. The cut-off value between the two variable in stable COPD patients cannot be determined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chantya Bella Ayuandani
"Pericarp extract from Garcinia mangostana Linn (GML), better known as mangosteen, has been used as a traditional medicine to treat several diseases, especially skin diseases. To get the active compound, the pericarp must be extracted. Eutectic solvents in nature (NADES) are known as alternative green solvents for the extraction of α-mangostin from mangosteen pericarp. To optimize the use of mangosteen extract in topical applications, nanoemulsion was introduced. Nanoemulsion has been used as a drug delivery system through various systemic routes and is widely used as the basis for many skin cream formulations and lotions. To increase the content of mangosteen extract in nanoemulsion, NADES with mangosteen extract is used as an aqueous phase. Nanoemulsion is formulated by mixing refined coconut oil, surfactants (Tween 80 and Span 80), and a mixture of distilled water and NADES containing mangosteen extract with a high shear stirring method at 8000 rpm in Ultra Turrax. Nanoemulsion stability and physicochemical properties of nanoemulsion were evaluated. A stable and homogeneous nanemulsion is obtained when the ratio of oil phase: surfactant: water phase is 1: 1.5: 2.6 with HLB value of surfactant 10. This formulation is stable for 27 days, with a particle size of 376.3 nm and zeta potential of - 0.73 mV. NADES formed from Betaine and 1,2-Propanediol with a 1: 3 molar ratio were able to extract α-Mangostin with the highest yield of 5.33% (w/w).

Ekstrak Pericarp dari Garcinia mangostana Linn (GML), lebih dikenal sebagai manggis, telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati beberapa penyakit, terutama penyakit kulit. Untuk mendapatkan senyawa aktif, pericarp harus diekstraksi. Pelarut eutektik di alam (NADES) dikenal sebagai pelarut hijau alternatif untuk ekstraksi α-mangostin dari pericarp manggis. Untuk mengoptimalkan penggunaan ekstrak manggis dalam aplikasi topikal, nanoemulsion diperkenalkan. Nanoemulsion telah digunakan sebagai sistem pengiriman obat melalui berbagai rute sistemik dan banyak digunakan sebagai dasar untuk banyak formulasi dan lotion krim kulit. Untuk meningkatkan kandungan ekstrak manggis dalam nanoemulsion, NADES dengan ekstrak manggis digunakan sebagai fase berair. Nanoemulsion diformulasikan dengan mencampurkan minyak kelapa olahan, surfaktan (Tween 80 dan Span 80), dan campuran air suling dan NADES yang mengandung ekstrak manggis dengan metode pengadukan geser tinggi pada 8000 rpm dalam Ultra Turrax. Stabilitas nanoemulsi dan sifat fisikokimia dari nanoemulsion dievaluasi. Nanemulsi yang stabil dan homogen diperoleh ketika rasio fase minyak: surfaktan: fase air adalah 1: 1,5: 2,6 dengan nilai HLB surfaktan 10. Formulasi ini stabil selama 27 hari, dengan ukuran partikel 376,3 nm dan potensi zeta dari - 0,73 mV. NADES yang terbentuk dari Betaine dan 1,2-Propanediol dengan rasio molar 1: 3 mampu mengekstraksi α-Mangostin dengan hasil tertinggi 5,33% (b/b).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Nathaniel Halim
"Seiring perkembangan era digital, teknologi semakin mengintegrasikan diri ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pengembangan seni rupa. Salah satu hasilnya adalah pembentukkan gambar oleh artificial intelligence (AI) dengan model Stable Diffusion yang dapat menghasilkan gambar dari kalimat teks atau prompt, disebut juga model text-to-image. Namun Stable Diffusion masih memiliki kelemahan, yaitu keterbatasan dalam menghasilkan gambar suatu subjek yang tidak dikenal karena tidak ada pada dataset pelatihan awal Stable Diffusion. Terdapat juga isu-isu lain yaitu penghasilan gambar yang kurang akurat, eror, mengandung bias, dan stereotyping sehingga memengaruhi kepuasan penggunaan Stable Diffusion. Oleh karena itu, diusulkan solusi berupa personalisasi dan kustomisasi, atau fine-tuning, model Stable Diffusion melalui model DreamBooth yang rilis pada Agustus 2022. Dalam penelitian ini, dikembangkan sebuah sistem multiplatform berupa sistem backend dan aplikasi mobile yang menyediakan fungsionalitas Stable Diffusion dan DreamBooth, agar dapat diakses oleh kalangan umum untuk membentuk gambar AI dengan kustomisasi tinggi. Untuk menguji gambar yang dihasilkan sistem, dan mengenal parameter pelatihan model apa saja yang dapat memengaruhi kualitas hasil gambar, dilakukan pengujian kuesioner responden berdasarkan parameter uji yaitu akurasi, kualitas pencahayaan, kualitas warna, jumlah eror, detail, dan nilai estetika dari 2 kelompok gambar AI hasil sistem. Kelompok pertama yaitu gambar yang dibentuk dengan 600 step pelatihan DreamBooth dan 24 step pembentukkan Stable Diffusion, dan kelompok kedua dengan 1000 step DreamBooth dan 50 step Stable Diffusion. Hasil responden menunjukkan bahwa style gambar dan prompt yang digunakan juga berdampak terhadap pengaruh jumlah step pelatihan yang digunakan. Gambar yang menyerupai fotografi realistis dengan prompt sederhana, menunjukkan peningkatan nilai detail dan estetika mencapai 12,8% dan 4% seiring dengan peningkatan jumlah step pelatihan, dan penurunan 4,8% bagi gambar hasil prompt yang detail dan prompt gambar yang bersifat lukisan artistik, dan hasil netral untuk jumlah eror pada gambar dari setiap prompt.

As the digital era advances, technology is increasingly integrating itself into various aspects of human life, including the development of visual arts. One of the results is the generation of images by artificial intelligence (AI) using the Stable Diffusion model, which can produce images from texts or prompts, also known as a text-to-image model. However, Stable Diffusion still has its own limitations, particularly in generating images of unfamiliar subjects which are not present in Stable Diffusion’s initial training dataset. Other issues include inaccuracies, errors, biases, and stereotyping in the generated images which affect user satisfaction in using Stable Diffusion. Therefore, a proposed solution is to personalize and customize a Stable Diffusion model using the DreamBooth model, released in August 2022. In this research, a multiplatform system comprising of a backend system and a mobile application was developed to provide Stable Diffusion and DreamBooth functionalities, making them accessible to the general public for generating highly customizable AI images. To evaluate the images produced by the system, and to find out which model training parameters could affect the resulting images, a questionnaire survey was conducted based on evaluation parameters such as accuracy, lighting, color, amount of errors, level of detail, and general aesthetic value of 2 groups of AI images produced. The first group consists of images generated using 600 DreamBooth training steps and 24 Stable Diffusion inference steps, while the second group involves 1000 DreamBooth steps and 50 Stable Diffusion steps. The respondents results indicated that the image style and prompt used also have an impact on the effect of the number of training steps used. Images that resemble realistic photographs, generated using simpler prompts, showed an increase in detail and aesthetic values by 12.8% and 4% respectively, as the number of training steps increased. On the other hand, there was a 4.8% decrease in detail and aesthetic value for images generated from already detailed prompts and images with an artistic painting style. Meanwhile, the results were neutral for amount of error in the image for all prompts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>