Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Julianti
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI untuk melihat pengaruh pemberian filtrat kering statin terhadap konsentrasi, persentase motilitas dan abnormalitas spermatozoa Mus musculus L. (mencit) jantan galur DDY. Pencekokan dilakukan 36 hari berturut-turut pada tiga kelompok perlakuan M. musculus dengan sepuluh ulangan. Kelompok kontrol 1 (KK1) diberi larutan CMC 1%, dan kelompok kontrol 2 (KK2) diberi tepung tempe dosis 14 mg/kg bb/hari. Satu kelompok eksperimen (KE) diberi filtrat kering statin dosis tunggal, yaitu 14 mg/kg bb/hari. Mus musculus dikorbankan pada hari ke-37 kemudian dihitung konsentrasi, persentase motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Hasil pengamatan terhadap rata-rata konsentrasi (juta/ml), motilitas (%), dan abnormalitas (%) spermatozoa berturut-turut adalah KK1 (97,15 ± 45,66; 60,2 ± 31,44; 0,9 ± 0,88), KK2 (88,9 ± 49,46; 52 ± 20,44; 2,2 ± 1,93), KE (67,9 ± 51,96; 59,7 ± 30,22; 2,8 ± 2,53). Hasil uji parametrik Analisis Variansi (Anava) 1-faktor terhadap parameter konsentrasi, motilitas, dan abnormalitas spermatozoa menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Dengan demikian, pemberian filtrat kering statin dosis 14 mg/kg bb/hari selama 36 hari berturut-turut tidak mempengaruhi konsentrasi, persentase motilitas dan abnormalitas spermatozoa M. musculus jantan galur DDY.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Andryani
Abstrak :
Obat-obat hipolipidemik golongan statin telah lama digunakan dan merupakan obat yang umumnya diberikan pada terapi hiperlipidemia. Salah satu hasil sintesis senyawa golongan statin adalah obat LS. Dalam penggunaan obat golongan statin, perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi organ-organ tubuh salah satunya adalah hati. Parameter yang digunakan untuk menilai fungsi hati adalah dengan melihat aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Alkali Fosfatase (ALP) plasma pada tikus putih. Penelitian menggunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley yang dibagi ke dalam empat kelompok masing-masing 6 ekor. Kelompok I, II, III adalah kelompok perlakuan yang diberi larutan uji dengan dosis berturutturut 0.9 mg, 1.8 mg, dan 3.6 mg/200 g bb tikus. Kelompok IV adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Penelitian dilakukan selama 60 hari dan pada hari ke-60 sampel darah tikus diambil melalui sinus orbital mata. Selanjutnya dilakukan pengukuran aktivitas ALT plasma dengan metode kolorometri (Reitman-Frankle) serta pengukuran aktivitas ALP plasma dengan metode kolorimetri berdasarkan Deutsche Gesellschaft für Klische Chemie. Aktivitas ALT plasma setelah dilakukan pengukuran adalah 32.92 ± 7.79 U/L, 37.02 ± 8.15 U/L, 40.80 ± 3.60 U/L, 35.82 ± 5.69 U/L pada kelompok I, II, III, IV jantan dan 28.91 ± 4.64 U/L, 30.66 ± 4.48 U/L, 35.87 ± 7.59 U/L, 31.77 ± 7.48 U/L, pada kelompok I, II, III, IV betina. Pada pengukuran aktivitas ALP plasma diperoleh 433.78 ± 82.27 U/L, 437.92 ± 63.67 U/L, 438.8492 ± 72.77 U/L, 436.54 ± 79.06 U/L pada kelompok I, II, III, IV jantan dan 431.02 ± 34.18 U/L, 434.24 ± 61.73 U/L, 437.46 ± 48.27 U/L, 433.78 ± 78.19 U/L pada kelompok I, II, III, IV betina. Hasil ANAVA (α = 0,05) terhadap aktivitas ALT dan ALP plasma tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian obat LS dengan dosis berturut-turut 0.9 mg, 1.8 mg, dan 3.6 mg/200 g bb tikus selama 60 hari tidak mempengaruhi fungsi organ hati tikus putih baik jantan maupun betina The lipid-lowering agents, known as statins, have been use for many years and are among the most commonly prescribed for hyperlipidemia therapy. One of the synthesis statins is LS drug. It’s necessary to know if statins has influence on liver function. The writer examines the liver function of Rattus novergicus plasma through Alanin Aminotransferase (ALT) and Alkaline Phosphatase (ALP). The research uses Sprague-Dawley rats that divided into 4 groups each male and female consisting of 6. Group I, II, III are given statin with 0.9, 1.8, 3.6 mg/200 g bw dosages as experiment groups. While group IV are given CMC 0,5% as control group. The research lasts 60 day. On the 61st day, the blood sample is taken from orbital sinus of eye. The ALT plasma activities are measured with colorimetric method (Reitman-Frankel) and the ALP plasma activities are measured with colorimetric method according to the recommendations of the Deutsche Gesellschaft für Klinische Chemie. The ALT plasma activities are 32.92 ± 7.79 U/L, 37.02 ± 8.15 U/L, 40.80 ± 3.60 U/L, 35.82 ± 5.69 U/L in the group I, II, III, IV male and 28.91 ± 4.64 U/L, 30.66 ± 4.48 U/L, 35.87 ± 7.59 U/L, 31.77 ± 7.48 U/L, in the group I, II, III, IV female. The ALP plasma activities are 433.78 ± 82.27 U/L, 437.92 ± 63.67 U/L, 438.84 ± 72.77 U/L, 436.54 ± 79.06 U/L in the group I, II, III, IV male and 431.02 ± 34.18 U/L, 434.24 ± 61.73 U/L, 437.46 ± 48.27 U/L, 433.78 ± 78.19 U/L in the group I, II, III, IV female. One way analysis of varians (ANOVA) of ALT and ALP plasma activities (α = 0,05) showed that there were no significant difference between experiment group and control group. The results indicate that giving LS drug to the experiment groups (male and female) with 0.9, 1.8, 3.6 mg/200 g bw dosages does not influence liver function.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridlatul Hasanah
Abstrak :
[ABSTRAK
Penggunaan obat golongan statin (penghambat hidroksimetil glutaril-CoA reduktase) sebagai terapi lini pertama pada hiperkolesterolemia dapat menyebabkan terjadinya beberapa reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Tujuan penelitian ini adalah menilai risiko penggunaan obat golongan statin terhadap kejadian ROTD pada pasien hiperkolesterolemia di Instalasi Rawat Jalan RSUD Pasar Rebo, Jakarta. Penelitian dilakukan dengan metode kohort prospektif pada pasien yang menggunakan atorvastatin dan simvastatin. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, data sekunder diperoleh melalui rekam medis dan resep yang diterima oleh pasien. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan chi-square dan regresi logistik. Dari penelitian diketahui bahwa ROTD terjadi pada 38.20% pasien yang menggunakan obat golongan statin, kejadian ROTD terbesar adalah gangguan sistem pencernaan (35.45%) dan gangguan sistem saraf (23.64%). Sedangkan ROTD pada otot dan hati masing-masing sebesar 2.73%. Pasien yang menggunakan simvastatin memiliki risiko relatif mengalami ROTD lebih besar jika dibandingkan dengan pasien yang menggunakan atorvastatin (RR: 6.439; CI: 2.963-13.992). Variabel perancu yang secara signifikan mempengaruhi kejadian ROTD adalah aktivitas fisik. Pasien yang mengalami ROTD memiliki risiko relatif lebih besar mengalami putus obat daripada pasien yang tidak mengalami ROTD (RR: 2.554; CI: 1.724- 3.754).
ABSTRACT
The use derivate of statin (hydroxymethylglutaryl-CoA reductase inhibitors) for management of hypercholesterolemia can cause advers drug reactions (ADR). The purpose of this study was to assess the risk of the use of statins on the incidence of ADR in hypercholesterolemic patients in the Outpatient Installation in RSUD Pasar Rebo, Jakarta. This study was conducted using a prospective cohort to the patients using atorvastatin and simvastatin, the data obtained by interview with questionnaires, medical records, and patient prescriptions. The data collected analyzed using chi-square and logistic regression. ADR occurred in 38.20% patients who treated with statins, the most often ADR experienced by patient are gastrointestinal disorder (35.45%) and nerve system disorder (23.64%). Muscle and liver disorder experienced by 2.73% patients respectively. The patients using simvastatin have a greater risk of experiencing ADR compared to atorvastatin (RR: 6.439; CI: 2.963-13.992). Physical activity is the confounding variable significantly influence the incidence of ADR. Patients who experience ADR had a greater risk for experiencing drug withdrawal than patients who did not experience ADR (RR: 2.554; CI: 1.724- 3.754).;The use derivate of statin (hydroxymethylglutaryl-CoA reductase inhibitors) for management of hypercholesterolemia can cause advers drug reactions (ADR). The purpose of this study was to assess the risk of the use of statins on the incidence of ADR in hypercholesterolemic patients in the Outpatient Installation in RSUD Pasar Rebo, Jakarta. This study was conducted using a prospective cohort to the patients using atorvastatin and simvastatin, the data obtained by interview with questionnaires, medical records, and patient prescriptions. The data collected analyzed using chi-square and logistic regression. ADR occurred in 38.20% patients who treated with statins, the most often ADR experienced by patient are gastrointestinal disorder (35.45%) and nerve system disorder (23.64%). Muscle and liver disorder experienced by 2.73% patients respectively. The patients using simvastatin have a greater risk of experiencing ADR compared to atorvastatin (RR: 6.439; CI: 2.963-13.992). Physical activity is the confounding variable significantly influence the incidence of ADR. Patients who experience ADR had a greater risk for experiencing drug withdrawal than patients who did not experience ADR (RR: 2.554; CI: 1.724- 3.754)., The use derivate of statin (hydroxymethylglutaryl-CoA reductase inhibitors) for management of hypercholesterolemia can cause advers drug reactions (ADR). The purpose of this study was to assess the risk of the use of statins on the incidence of ADR in hypercholesterolemic patients in the Outpatient Installation in RSUD Pasar Rebo, Jakarta. This study was conducted using a prospective cohort to the patients using atorvastatin and simvastatin, the data obtained by interview with questionnaires, medical records, and patient prescriptions. The data collected analyzed using chi-square and logistic regression. ADR occurred in 38.20% patients who treated with statins, the most often ADR experienced by patient are gastrointestinal disorder (35.45%) and nerve system disorder (23.64%). Muscle and liver disorder experienced by 2.73% patients respectively. The patients using simvastatin have a greater risk of experiencing ADR compared to atorvastatin (RR: 6.439; CI: 2.963-13.992). Physical activity is the confounding variable significantly influence the incidence of ADR. Patients who experience ADR had a greater risk for experiencing drug withdrawal than patients who did not experience ADR (RR: 2.554; CI: 1.724- 3.754).]
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Faridasari Kusumawaty
Abstrak :
Latar Belakang: Hiperlipidemia memiliki angka prevalensi yang tinggi pada penerbang di Indonesia. Penanganan hiperlipidemia tersebut salah satunya diterapi oleh statin dengan salah satu efek samping gangguan musculoskeletal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan terapi statin dengan gangguan muskuloskeletal pada penerbang dengan hiperlipidemia di Indonesia. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode potong lintang. Pengambilan data di Balai Kesehatan Penerbangan Indonesia pada bulan Mei-Juni 2018 dengan cara pengisian kuesioner terstruktur dan data rekam medis. Kuesioner diberikan kepada penerbang yang melakukan pemeriksaan kesehatan per enam bulan sebanyak 203 penerbang. Penerbang yang masuk kriteria mengalami hiperlipidemia dan menggunakan statin sebanyak 57 orang. Data kemudian diolah dengan program SPSS versi 22 dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, Fisher, dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil : Dari 203 responden, 85 41,87 penerbang mengalami hiperlipidemia dengan 57 penerbang pengguna statin. Sebanyak 5 orang 8,77 penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia mengalami gangguan musculoskeletal. Faktor ndash; faktor risiko yang berperan seperti jenis kelamin, umur, jam terbang total, indeks massa tubuh, jenis pesawat dan jabatan tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap gangguan muskuloskeletal. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara gangguan otot yang dialami penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia p > 0,05. Kesimpulan: Dapat disimpulkan penggunaan statin pada penerbang yang mengalami hiperlipidemia tidak berhubungan dengan gangguan musculoskeletal. Dengan demikian penggunaan statin bisa disarankan pada penerbang. ...... Background : Hyperlipidemia has a high prevalence rate among pilots in Indonesia. One of Treatment of hyperlipidemia treated by statins with one of the side effects of musculoskeletal disorders. The purpose of this study to examine the relationship between statin therapy with musculoskeletal disorder among pilots with hyperlipidemia in Indonesia. Methods : This study using cross-sectional design. Data retrieve in Indonesian Aviation Medical Centre in May-June 2018 by structured questionaires and medical records. questionnaires is given to pilots who do general check up in six months periodically N=203 . Pilots who met with criteria statin user and hyperlipidemia 57 participants. Data processed by SPSS version 22 and analyzed using Chi-Square, Fisher and Kolmogorov-smirnov test. Result: From 203 respondents, 85 41,87 pilot have hyperlipidemia with 57 pilots use statin. The result shows 5 participant experience muscoskeletal disorder 8,77 . The risk factors such as gender, age, total flight hour, body mass index, type of aircraft and position have no significant meaning with musculoskeletal disorders. There is no association between statin therapy among hyperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder p>0,05. Conclusions : There is no association between statin therapy among hiperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder. Therefore statin therapy can be suggested to pilots.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vika
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan uji validitas dan reliabilitas kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) versi bahasa Indonesia untuk mengukur kepatuhan konsumsi statin pada 40 penerbang militer di Skadron Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 6 April-15 Mei 2016. Hiperkolesterolemia merupakan penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan inkapasitasi dalam penerbangan. Salah satu cara untuk mengontrol hiperkolesterolemia adalah dengan minum obat antikolesterol golongan statin, namun belum ada instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum obat statin di kalangan penerbang militer di Indonesia. Validitas diuji dengan validitas kriteria. Reliabilitas diuji dengan konsistensi internal dan uji ulang (test-retest). Didapatkan korelasi negatif lemah dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara antara kadar kolesterol dan tingkat kepatuhan minum statin (koefisien Spearman -0,199; p=0,218). Konsistensi internal moderat (Cronbach?s α=0,759) dengan reliabilitas tes ulang yang baik (koefisien Spearman=0,860). Hasil uji validitas dan reliabilitas MMAS 8 versi bahasa Indonesia pada penerbang militer belum dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum statin pada penerbang militer di Indonesia.
ABSTRACT
This study analyzed the validity and reliability of Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) Bahasa version to measure statin adherence among 40 military pilots in Halim Perdanakusuma Air Force Base on April 06th-May 15th 2016. Hypercholesterolemia is the cause of cardiovascular disease which lead to inflight incapacitation. One of the way to control hypercholesterolemia is using statin medication, however there has not been an instrument to measure statin adherence in military pilots in Indonesia. Validity was confirmed using crirerion-related validity. Reliability was tested for internal consistency and test-retest reliability. Negative weak correlation and no significant association between cholesterol and statin adherence level (Spearman coefficient -.199, p=0.218) was found. Moderate internal consistency and excellent test-retest reliability were found (Cronbach?s α=0.759; Spearman correlation=0.860). Validity and reliability of MMAS 8 Bahasa version has not been able to be used to measure statin adherence among military pilots in Indonesia.
2016
T46639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Tri Wahyuni
Abstrak :
Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian pada pasien penyakit ginjal kronis adalah gangguan kardiovaskular. Adanya hipertrofi pada ventrikel kiri dijadikan surrogate marker kondisi kardiomiopatik dan progresivitas penyakit ginjal kronis. Penelitian terbaru menunjukkan adanya peran FGF23 dalam menstimulasi terjadinya hipertrofi jantung dan meningkatkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron serta berfungsi sebagai faktor parakrin dengan peran dalam remodelling jantung. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus model nefrektomi 5/6 yang diberikan terapi irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya selama satu bulan. Tekanan darah diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian obat. Tikus kemudian ditempatkan pada kandang metabolik selama 24 jam untuk pengambilan urin. Nekropsi dilakukan untuk mengambil darah dan jantung. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan indeks massa ventrikel kiri jantung, volume dan kadar protein dalam urin, kadar urea dan kreatinin dalam serum, serta kadar FGF23 dan hormon PTH dalam serum. Hasil: Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan irbesartan dapat menurunkan tekanan darah dan indeks massa ventrikel kiri secara signifikan. Penggunaan irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya tidak menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan fungsi ginjal, kadar hemoglobin, indeks massa ventrikel kiri, FGF23 dan hormon paratiroid. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa baik penggunaan irbesartan, simvastatin, maupun keduanya memiliki kecenderungan untuk mengurangi kejadian kardiomiopatik uremik pada tikus model nefrektomi 5/6 ......Introduction: Cardiovascular events is one of the causes of chronic renal disease’s mortality. Left ventricular hypertrophy was a surrogate marker for cardiomyopathy and progressivity of chronic renal disease. Latest study mentioned about the role of FGF23 on stimulating cardiac hypertrophy and renin-angiotensin-aldosterone activity and also a paracrine factor of cardiac remodeling. Methods: This study was done using 5/6 nephrectomy rats getting irbesartan, simvastatin and combination of both treatments for 30 days. Blood pressure was measured before and after the treatment. Urine sample was collected for 24 hours for protein assay. Sacrificing the animals was done at the end of study to harvest the heart and blood sample. Heart sample was weighed and measured for left ventricle mass index. Blood sample was used for hemoglobin assay. Serum sample was used for urea, creatinine, FGF23 and PTH assay. Result: Irbesartan significantly lowered the blood pressure and cardiac mass index, but not significantly improved renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Simvastatin and combination of both treatments did not significantly improve renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Conclusion: The use of irbesartan, simvastatin and both combinations tend to improve uremic cardiomyopathy condition on 5/6 nephrectomy rats’ heart.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Zahara
Abstrak :
Edema miokardium dapat menyebabkan disfungsi miokardium. Pada operasi bedah pintas arteri koroner (BPAK), proses inflamasi dan reperfusion injury menyebabkan edema miokardium. Berbagai cara telah dilakukan untuk menghambat edema miokardium namun belum ada yang terbukti efektif. Statin merupakan obat yang memiliki efek pleiotropik sebagai anti inflamasi. Penelitian pada subjek hewan menunjukkan bahwa statin dapat mengurangi edema miokardium. Sebagai respons terhadap kondisi stress, jantung mengeluarkan berbagai sitokin seperti follistatin-like 1 (FSTL1). FSTL1 berperan dalam proses edema miokardium. Untuk mengurangi edema miokardium pasien BPAK dilakukan pemberian Atorvastatin 80 mg selama 2 minggu sebelum operasi. Penelitian dilakukan secara uji klinis tersamar ganda pada pasien berusia 40–65 tahun yang menjalani operasi BPAK. Dilakukan dari Februari 2017 hingga Maret 2018 di rumah sakit jantung dan pembukuh darah Harapan Kita. Subjek penelitian diacak ke dalam dua kelompok, kelompok Atorvastatin dosis 80 mg dan Atorvastatin dosis 10 mg. Pemeriksaan edema miokardium dilakukan dengan MRI pada hari ke-6 pascaoperasi. Pemeriksaan FSTL1, PKA, PKB dan hs-CRP diambil dari plasma darah 1 hari sebelum operasi, hari ke-1 dan hari ke-6 pasca operasi. Parameter MRI yang dinilai adalah nilai T2 relaxation time. Sebanyak 20 pasien termasuk dalam kelompok Atorvastatin 80 mg dan 20 pasien dalam kelompok Atorvastatin 10 mg. Terdapat 7 subjek yang drop out. Pemeriksaan MRI mendapatkan nilai T2 relaxation time yang lebih rendah pada kelompok Atorvastatin 80 mg (50,11 ms vs. 59,03 ms, p = 0,01). Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara FSTL1 dengan T2 relaxation time. Pemeriksaan FSTL1, PKA dan PKB tidak berbeda secara bermakna antara kedua kelompok sedangkan kadar hs-CRP lebih rendah serta bermakna secara statitistik pada kelompok Atorvastatin 80 mg. Simpulan: Pemberian Atorvastatin dosis 80 mg dapat menurunkan kejadian edema miokardium pasca BPAK dan menunjukkan efek antiinflamasi yang lebih baik dari pada Atorvastatin 10 mg. ......Myocardial edema can cause myocardial dysfunction in many pathological states. During coronary artery bypass surgery (CABG), there is inflammatory system activation as well as reperfusion injury which can produce myocardial edema. Many efforts has been applied in order to prevent those process but none has proven effective. Statin is a drug with many pleiotropic effects as anti inflammatory. Animal study revealed that statin can decrease myocardial edema, In response to stress conditions, heart produced many cytokines, such as follistatin-like 1 (FSTL1). FSTL1 has a principal role in reducing myocardial edema. This study tried to find the effectiveness of Atorvastatin 80 mg, also known as high dose statin, in decreasing myocardial edema after CABG surgery. Double blinded clinical trial was performed, in patients 40–65 years of age who underwent CABG surgery. This study was conducted from February 2017 until March 2018 at National Cardiovascular Centre Harapan Kita. Subjects were randomized and divided in two groups, high dose Atorvastatin (80 mg) and low dose atorvasatin (10 mg). Myocardial edema evaluation using magnetic resonance imaging (MRI) was done in day-6 after surgery. FSTL1, PKA, PKB, and hs-CRP were evaluated before surgery, day-1 after surgery, and day-6 after surgery. T2 relaxation time was used as the MRI parameter of myocardial edema. There were 20 patients treated with Atorvastatin 80 mg and 20 patients at Atorvastatin 10 mg. There were 7 subject who dropped out. MRI evaluation found lower T2 relaxation time in high dose group (50,11ms vs. 59,03 ms, p = 0,01). There was no significant correlation between FSTL1 and T2 relaxation time. FTSL1, PKA and PKB in both groups were not statistically different but hs-CRP value was statistically lower in high dose group. Conclusion: Atorvastatin 80 mg can decrease the incidence of myocardial edema after CABG surgery and shows a better anti-inflammatory effect than Atorvastatin 10 mg. The correlation between statin and FSTL1 in term of myocardial edema has not been defined yet.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabbath Marchend
Abstrak :
Statin telah diketahui dapat menurunkan kandungan kolesterol dalam darah. Statin menurunkan kandungan kolesterol dengan cara menghambat kefja enzim HMG Co-A reduktase yang dibutuhkan pada biosintesis kolesterol, Enzim tersebut mengkatalis reaksi perubahan p^iidrokshpmetilglutaril Co-A menjadi asam mevalonat. Statin biasanya dihasilkan melalui fermentasi dengan menggunakan kapang jenis Aspergillus dan Monascus. Akan tetapl, statin yang dihasilkan dari kapang Monascm tipe liar, kadamya masih relatif kecil. Untuk Itu dilakukan upaya peningkatan galur untuk mendapatkan galur yang leblh potensial dafem menghasilkan statin. Jenis Monascus yang dipakal adalah Monascus purpumus. Upaya peningkatan galur dilakukan dengan mutasi sinar gamma (y) pada beberapa dosis irradiasi yaitu 0,1-0,5 kGy. Seleksl mutan dilakukan secara aoak trerdasarican pola penampakan koloni pada cawan petii dan setelah itu dipilih dosis optimum irradiasi (dosis yang memberikan persentasi survival terkecil) berdasarkan jumlah koloni tunggal yang terbentuk. Dosisdosis optimum yang didapatkan adalah 0,2 ; 0,3 dan 0,4 kGy. Fermentasi yang dilakukan terhadap Monascus purpureus tipe liar dan isolat-isolatnya tidak menunjukkan adanya statin. Beberapa senyawa yang diperkirakan dihasilkan pada fermentasi dari isolat Monascus purpureus dan tipe liarnya adalah pigmen warna monascin, monascorubrin, ankaflavin, serta rubropunctatin ......Statin has been known capable of reducing cholesterol content in blood by inhibiting HMG Co-A reductase enzyme (an enzyme which is needed in cholesterol biosynthesis). This enzyme catalysts the formation of mevalonic acid from p-hydroxyl- p-methylglutaryl Co-A. Statin is usually produced from the fermentation of AspergUlus and Monascus, but the statin yield from the fermentation of Monascus wild type is still low. Therefore, it needs strain improvement to increase the statin production which is done by modifying the genetics. The strain used in this experiment Is Monascus purpureus. The strain improvement is done by mutating Monascus purpureus wild type using gamma (y) ray in several doses. The doses used in the irradiation are 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 and 0,5 kGy. Mutant selection is done randomly based on the single colony pattern on petri dish. Before random selection, the optimum doses of irradiation are needed to be determined. The optimum doses are those which give the smallest survival fractions. Those optimum doses are 0,2 kGy, 0,3 kGy and 0,4 kGy. Monascus purpureus wild type and its isolates did not produce any statin under fermentation in Miyake's medium. Several compounds which were predicted produced from Monascus purpureus wild type and its isolates are monascin, monascorubrin, ankaflavin and rubropunctatin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dwi Sukmawati
Abstrak :
Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dengan statin sebagai lini pertama pengobatannya. Keadaan dislipidemia biasanya diikuti oleh penyakit lain sehingga untuk terapinya diperlukan kombinasi obat. Penggunaan kombinasi obat akan meningkatkan risiko dari interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis interaksi obat golongan statin pada resep pasien rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto periode Februari-April 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pengambilan data secara prospektif. Penapisan interaksi menggunakan Micromedex dan Medscape Drug Interaction Checker. Hasil analisis didapatkan 558 kasus interaksi dari 490 jumlah resep yang memenuhi kriteria inklusi. Interaksi obat terbanyak memiliki tingkat keparahan moderat 88 diikuti dengan tingkat keparahan mayor 11 , dan minor 1 . Kombinasi statin dan klopidogrel merupakan kombinasi obat yang paling banyak mengalami interaksi. Mekanisme interaksi yang paling banyak terjadi pada penelitian ini adalah interaksi farmakokinetik. Hasil analisis bivariat menggunakan SPSS dengan uji Chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah obat tiap resep dan interaksi p= 0,000. ......Dyslipidemia is a risk factor for cardiovascular disease with statins as the first line treatment. Dyslipidemia is usually followed by other diseases that lead to the need of drugs combination therapy. Drugs combination will increase the risk of drug interactions. The purpose of this study was to analyze statin drug interactions in prescription of hospitalized patients at Gatot Soebroto Army Center Hospital in period of February April 2017. This study was analytical descriptive with prospective data collection. Drug interaction screening used Micromedex and Medscape Drug Interaction Checker. The analysis results obtained 558 cases of interactions of 490 prescriptions that complied the inclusion criteria. The most common drug interaction contained moderate severity of 88 followed by major severity of 11 , and minor 1 . Statin and clopidogrel were the most frequent combination that lead to interactions. The most frequent interaction mechanism in this study was pharmacokinetic interactions. The result of bivariate analysis which used SPSS with Chi square test showed that there was a significant correlation between the number of drug each prescription and the interaction p 0,000.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sirojul Millah
Abstrak :
Latar belakang: Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi dan mortalitas yang meningkat dalam tiga dekade terakhir. PGK dipicu oleh kerusakan sebagian nefron dan menyebabkan peningkatan beban kerja nefron lainnya. Proses ini memicu aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler glomerulus, stress oksidatif, dan mediator inflamasi sehingga berujung pada kerusakan nefron yang lebih luas. Angiotensin receptor blocker (ARB) sebagai obat penghambat SRAA yang telah menjadi lini pertama terapi PGK. Statin merupakan obat antihiperlipidemia yang memiliki efek antiinflamasi dan digunakan untuk mencegah komplikasi kardiovaskular pada PGK. Kerusakan ginjal pada PGK dapat diamati dengan adanya perubahan struktur histologis pada glomerulus dan tubulus ginjal. Belum banyak penelitian yang membahas pengaruh ARB dan statin terhadap perbaikan PGK ditinjau dari perbaikan histologi glomerulus dan tubulus nefron ginjal. Tujuan: Menganalisis pengaruh pemberian ARB dan statin terhadap histopatologi ginjal tikus model PGK dengan 5/6 nefrektomi (5/6 Nx). Metode: Penelitian ini melakukan uji eksperimental dengan menggunakan bahan biologis tersimpan ginjal tikus Sprague-Dawley untuk melihat pengaruh ARB, statin, dan kombinasi ARB + statin pada hipertrofi glomerulus dan kerusakan tubulus ginjal tikus PGK dengan 5/6 Nx. Sediaan histologi menggunakan pewarnaan H&E dan dilakukan pengamatan terhadap diameter glomerulus dan tubular injury score. Analisis data menggunakan SPSS dengan uji anova satu arah dan post hoc bonferroni untuk diameter glomerulus dan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Mann-Whitney untuk tubular injury score. Hasil: Pada pengukuran diameter glomerulus, hasil menunjukkan bahwa kelompok 5/6 Nx mempunyai diameter glomerulus yang lebih besar signifikan dibanding kelompok lainnya. Kelompok ARB, statin, dan kombinasi ARB + statin menunjukan diameter glomerulus yang lebih kecil secara signifikan dibandingkan kelompok 5/6 Nx. Tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok pemberian obat. Kombinasi ARB+statin memiliki skor tubular injury lebih kecil signifikan dibandingkan kelompok 5/6 Nx. Monoterapi ARB atau statin menunjukkan tren lebih kecil pada skor tubular injury dibandingkan 5/6 Nx namun tidak signifikan secara statistik. Kesimpulan: Kombinasi Angiotensin receptor blocker dan statin dapat menghambat kerusakan histologi ginjal tikus model penyakit ginjal kronis dengan 5/6 nefrektomi. ......Background: Chronic kidney disease (CKD) is a global health problem with increased prevalence and mortality in the last three decades. CKD is started by damage of nephrons that causes an increase in the workload of the remaining nephrons. This process triggers activation of the renin-angiotensin-aldosterone system (RAAS) which causes increased glomerular capillary pressure, oxidative stress, and inflammatory mediators, leading to more extensive nephrons damage. Angiotensin receptor blocker (ARB) as an inhibitor of RAAS has become the first line of CKD therapy. Statins are antihyperlipidemic drugs that have anti-inflammatory effects and are used to prevent cardiovascular complications in CKD. Renal damage in CKD can be observed with changes in the histological structure of the glomerulus and renal tubules. However, there are few studies that discuss the effect of ARBs and statins on the improvement of CKD in terms of the histology of glomerular and tubular renal nephrons. Aim: Analyzing the effect of ARB and statin administration on kidney histopathology of CKD-model rats with 5/6 nephrectomy (5/6 Nx). Method: This study is an experimental study using stored biological material of Sprague-Dawley rat kidney. This study want to see the effect of ARB, statin, and ARB + statin combination on glomerular hypertrophy and renal tubular damage in CKD rats with 5/6 Nx. Histology slides are stained with H&E staining and glomerular diameter and tubular injury score are observed. Data analysis using SPSS with one-way ANOVA test and bonferroni hoc post test for glomerular diameter and with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney post hoc test for tubular injury score. Result: in comparison with control, the 5/6 Nx group significantly had a larger glomerular diameter. The ARB, statin, and combination groups showed significantly smaller glomerular diameter than the 5/6 Nx group. There were no significant differences between the drug administration groups. The ARB + statin combination group significantly had a smaller tubular injury scores compared to the 5/6 Nx group. ARB or statin monotherapy groups showed a smaller tubular injury scores compared to 5/6 Nx but was not statistically significant. Conclusion: The combination of angiotensin receptor bocker and statin inhibit renal histological damage in chronic kidney disease rat model with 5/6 nephrectomy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>