Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosa Widiyastuti
"ABSTRAK
Di seluruh dunia, kemalian bayi bam lahir (neonatus) merupakan 36%
kematian anak di bawah usia lima tahun. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005,
angka kematian neonatus Indonesia adalah 18 kemalian per 1000 kelahiran hidup,
tertinggi se-Asia Tenggara Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini,
morbiditas maupun mortalitas pada bayi baru lahir yang disertai penyulit dapai
ditekan. Unit perinatologi mempakan fasilitas yang terbilang baru di Iingkungan RS
Tugu Ibu dimana tingkat pemanfaatanya masih tergolong rendah. Berdasarkan data
rekarn medis tahun 2007, BOR unit perinatologi adalah 37,l6%. Agar dapat
memaksimalkan pemanfaatan fasilitas perinatologi ini, terlebih dahulu perlu
diketahui karakteristik pasien- pasiennya. Penelitian ini berlujuan untuk mengelahui
hubungan karakteristik pasien dengan pemanfaatan fasilitas perinatologi di RS Tugu
Ibu Depok tahun 2007.
Rancangan penelitian ini adalah studi potong Iintang dengan pendekatan
kuantitalif. Lokasi penelitian adalah unit perinatologi RS Tugu lbu, dan dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Mei 2008. Data yang di gunakan adalah data sekunder yang
diperoieh dari buku register pasien perinalologi selama tahun 2007 dengan jumlah
sampel sebanyak 96. Daftar cocok (check list) digunakan sebagai instrumen
pengumpul data. Variabel independen dalam penelilian ini lerdiri dari faklor
predisposisi (umur, jenis kelamin, berat badan dan riwayal asal bayi serta tempat
tinggal orang lua), Faktor enabling (jenis pembiayaan) dan faktor (lama hari
rawat dan lindak Ianjut). Sebagai variabel dependen adalah pemanfaatan fasilitas
perinalologi (inkubator, alat fototerapi, ifgfizs pump. nasal canule dan nnsogaslric
lube). Dala kemudian dianalisa secara mivariat, bivariat (menggunakan uji Kai
Kuadral) dan multivarial (uji regresi logislik).
Dari hasil penelitian didapalkan 25% pasien meunanfaalkan fasilitas
perinatologi selama menjalani perawatan.Didapatkan hubungan yang bermakna
anlara variabel umur, berai badan, riwayat asal, lama hari rawat dan tindak lanjut
dengan pemanfaatan fasilitas perinalologi. Sedangkan variabel tindak lanjut
mempakan faktor dominan dalam pemanfaatan fasilitas perinalologi di RS Tugu Ibu
tahun 2007.
Saran yang dapat diberikan berkaitan penelitian ini adalah menetapkan suatu
kriteria tertenlu bagi pasien yang akan dirawai di unit perinalologi dan
mengembangkan unit perinatologi menjadi NICU (Neonami lntensive Care Unit).

ABSTRACT
Newborn mortality is 36% of under 5 children mortality over the world.
Based on WI-IO?s report in 2005, the newborn mortality in Indonesia was I8
mortalities of l000 live birth, which were the highest in South East Asia The
advance medical technology now days could reduce morbidity and mortality of` the
newborn that?s had trouble around their conditions. Perinatology unit in Tugu Ibu
Hospital was still underutilization. Based on medical report, Bed Occupancy Rate
perinatology unit was 37,16% in 2007. In order to maximize it, the identification of
patients characteristic was urgently needed. This study is to identify the relationship
between patienfs characteristic and utilization ot? perinatology facilities in Tugu Ibu
Hospital in 2007.
The study is quantitative study with a cross sectional design. The location of
this study is at pcrinatology unit in Tugu Ibu Hospital on March- May 2008. The
subject is perinatology patient?s register book in 2007 as a secondary data and the
sample is 96 data. Check list is used as an instrument of this study. Variables studied
are consisting of predisposing factors (age, sex and weight of the newborn; parents
address and referral history), enabling factors (type of financing) and need (length of
Slay and outcome). As a dependent variables is utilization of perinatology facilities
(incubator, phototheraphy device, infusion pump, nasal canule and nasogastric tube).
Data are analyzed by univariate, bivariate (Chi?s square test) and multivariate
(logistic regression test) analysis.
lt was fotmd that 25% patients use perinatology facility during their
treatment. The independent variables, which have significantly related to the
utilization of perinatology facilities are: age, weight, referral history, length of stay
and outcome. The multivariate analysis found that the dominant factor is outcome of
the utilization of perinatology facilities in Tugu Ibu Hospital in 2007.
Based on the study result, it is suggested that hospital must create a specific
criterias for newborn whose need perinatoiogy treatment and up grade this unit
become Neonatal Intensive Care Unit (NICU)."
2008
T31593
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kindah Mahdiyyah
"Empati penting dimiliki manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan. Untuk beradaptasi di kehidupan sosial, manusia membutuhkan soft skill berupa manajemen perilaku prososial yang baik dan kemampuan dalam membangun relasi teman sebaya. Penelitian ini menggambarkan hubungan empati dengan perilaku prososial dan relasi teman sebaya pada anak sekolah dasar usia 4-14 tahun. Studi dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner EQ-C/ SQ-C berbahasa indonesia yang sudah tervalidasi dengan nilai alpha 0,979. Kuesioner EQ-C/SQ-C digunakan untuk mengukur empati anak. Sedangkan, untuk mengukur perilaku prososial dan relasi teman sebaya, peneliti menggunakan kuesioner SDQ. Sejumlah 620 kuesioner diisi oleh orangtua anak sekolah dasar dan dijadikan sampel dari penelitian ini. Orangtua yang dapat mengisi kuesioner memiliki riwayat pendidikan minimal sekolah menengah pertama. Setelah mendapatkan seluruh sampel, dilakukan random sampling dan didapatkan data sejumlah 384 data yang akan dianalisis. Pada proses analisis, brain type dibagi menjadi tiga kelompok, yakni brain type E (Extreme E dan E), brain type B, dan brain type S (Extreme S dan S). Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square menggunakan windows SPSS versi 20. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara empati terhadap perilaku prososial dan relasi teman sebaya (p<0.05).

Empathy is the ability to understand and relate to others feelings or emotion. Empathy is one of the critical skills to alter in life. To adapt in human social life, people requires soft skills in the form of good prosocial behavior and good management in building peer relations. This cross-sectional study describes the relationship of empathy skills with prosocial behavior and peer relations in primary school children aged 4-14 years. The instrument used for this study is Indonesian language EQ-C/SQ-C questionnaire which value 0,979 in Cronbachs alpha to measure childrens empathy skills. To measure prosocial behavior and peer relationships, researchers used the SDQ questionnaire. A total of 620 questionnaires were filled in by parents of primary school children in Indonesia and were sampled for this study. Parents who can fill out the questionnaire have a minimum education of junior high school. Researchers obtained 384 data through random sampling to be analyzed. In the analysis process, empathy skills are devided into three groups, namely type E (Extreme E and E), type B and type S (Extreme S and S). Data analysis was done by Chi-Square test with SPSS program version 20 for both sample. Due to lack of sample (<5) for abnormal prosocial behavior, we look for Fisher test for the result of prosocial behavior. The result shows siginificant outcome. State that there is a relationship between empathy skills with prosocial behavior and peer relationships (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Sofia Garnetta
"Latar Belakang
Peningkatan insiden setiap tahun menjadikan meningioma sebagai salah satu masalah primer tumor jinak sistem saraf pusat (54,5%), dengan karakteristik laju pertumbuhan dan rekurensi tinggi. Maka, diperlukan penetapan rangkaian tatalaksana meningioma yang efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan faktor pasien, lokasi tumor, volume, dan riwayat medis.
Metode
Penelitian menggunakan pendekatan studi potong lintang deskriptif-analitik untuk mengamati luaran radiologis meningioma pasca-GKRS. Digunakan data rekam medis pasien meningioma dari tahun 2018 hingga 2023 berupa MRI follow up satu tahun pasca- GKRS. Selain penyajian data pasien meningioma pasca-GKRS secara deskriptif, dilakukan analisis data laju pertumbuhan meningioma pasca-GKRS terhadap volume awal, lokasi, dan riwayat tindakan pra-GKRS.
Hasil
Dari 50 data rekam medis, sebanyak 44% tumor alami regresi; 44% tumor ukuran stabil, dan 12% tumor mengalami peningkatan ukuran. Mayoritas pasien meningioma pasca- GKRS berjenis kelamin perempuan, berusia 46 – 59 tahun, memiliki lokasi tumor supratentorial, volume awal ≤30 cc, dan tanpa riwayat tindakan pra-GKRS. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara laju pertumbuhan meningioma pasca- GKRS terhadap volume awal, lokasi, maupun riwayat tindakan pra-GKRS. Kesimpulan
Laju kontrol pertumbuhan tumor meningioma mencapai efektivitas 88% dalam jangka satu tahun pasca-GKRS. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara volume awal, lokasi meningioma, maupun riwayat tindakan pra-GKRS terhadap luaran laju pertumbuhan tumor tertentu.

Introduction
Increasing incidence of meningioma every year makes it one of the primary problems of benign tumors of the central nervous system (54.5%), with characteristics of high growth rate and recurrence. Therefore, it is necessary to determine an effective and efficient management of meningioma by considering patient factors, tumor location, volume, and medical history. One of the newest meningioma treatment modalities in Indonesia is Gamma Knife Radiosurgery, a minimally invasive radiation surgery. Although it has been implemented since 2018, there are no studies analyzing the outcomes of Gamma Knife treatment for meningioma patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Method
The study used a descriptive-analytic cross sectional study approach to observe the radiological outcomes of meningioma after Gamma Knife. Medical record data of meningioma patients from 2018 to 2023 in the form of MRI follow-up one year after GKRS was used. In addition to descriptive presentation of Gamma Knife meningioma patient data (age and gender), significance tests of meningioma control rate after Gamma Knife have been analyzed towards the initial volume, location, and medical history prior to GKRS.
Results
Of the 50 medical records, 44% had regression, 44% had stable size, and 12% had increased size. The majority of GKRS meningioma patients were female, aged 46 - 59 years, had supratentorial tumor location, initial volume ≤30 cc, and no history of pre- GKRS treatment. There was no significant relationship between meningioma control rate after GKRS and initial volume, location, or history of pre-GKRS treatment.
Conclusion
The meningioma tumor growth control rate reached 88% effectiveness within one year after Gamma Knife. There was no significant association between initial volume, meningioma location, or history of pre-GKRS treatment on the trend of specific tumor control rate outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library