Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roza Adriany
"Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap produk aditif impor telah dipelajari sintesis salah satu jenis aditif deterjen minyak. lumas otomotif yaitu kalsium petroleum sulfonat netral. Bahan dasar yang digunakan adalah minyak lumas dasar 1-M-650, oleun1 30 o/o sebagai stttn.ber gas S03, amil alkohol, dan kalsium hidroksida. Sintesis dilakukan dengan tiga tahap reaksi, yaitu proses sulfonasi terhadap HVI-650 de:ngan adanya gas S03 , menghasilkan asam sulfortat m.inyak. bumi (petroleum sufonates) baik yang bersifat larut. dalam rninyak ( disebut asam mahogani) maupun yang bersifat larut dalam air (green acids), yang takandung dalam sludge. Asam mahogani yang terlarut dalam minyak. dipisahkan dmi sludge dan selanjutny!l diubah ke dalam bentuk esta sulfa1at dengan adanya amil alkohcl.. Tahap akhir dari sintesis ini adalah pembentukan garam kalsium petrcl.eum _sulf
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Supriningsih
"Telah dilakukan proses pembuatan metil ester sulfonat (MES) dengan bahan awal metil ester (ME) dari crude palm oil (CPO) dan H2SO4 sebagai agen pensulfonasi. Reaksi pembuatan MES terdiri dari 3 tahap: sulfonasi dengan H2SO4, pemurnian dengan metanol, dan penetralan dengan NaOH. Optimasi dilakukan dengan variasi waktu reaksi ( 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 jam) dan variasi penambahan metanol (25, 30, 35, 40, dan 45 %). Produk reaksi dianalisis dengan spektrofotometer infra merah dan dilakukan uji angka asam, angka iod, kandungan surfaktan anionik, dan uji screening surfaktan. Screening surfaktan terdiri dari: uji kompatibilitas, tegangan antar muka, stabilitas termal dan kelakuan fasa.
Produk reaksi pembuatan MES menunjukkan bahwa MES adalah suatu ester yang diperkirakan tersulfonasi pada Cα. Kondisi optimum proses pembuatan MES diperoleh pada waktu reaksi optimum 1,5 jam dan penambahan jumlah metanol optimum 40 %. Pada kondisi optimum tersebut diperoleh MES dengan nilai tegangan antar muka 3,68.10-2; 3,52.10-2; 3,17.10-2; dan 3,07.10-2 dyne/cm pada konsentrasi surfaktan 0,3; 0,5; 0,7; dan 1,0 %. Produk MES yang diperoleh dapat dipertimbangkan sebagai surfaktan untuk enhanced oil recovery (EOR).
......The synthesis of methyl ester sulfonate (MES) was conducted using methyl ester (ME) produced from crude palm oil (CPO) with H2SO4 as sulfonating agent. The synthesis consisted of three steps-processes : sulfonation reaction with H2SO4, purification with methanol and neutralization with NaOH. The sulfonation reaction was carried out in time interval of 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 hours and variation of addition methanol of 25, 30, 35, 40, and 45 %. The products were analyzed with FTIR method, in addition to the determination of acid number, iodine number, surfactant content, and screening of surfactant. The screening of surfactant consisted of compatibility test, interfacial tension test, thermal stability test, and phase behavior test.
The synthesized MES showed that MES was an ester compound and the sulfonate group was bond at Cα.The optimum sulfonation reaction was achieved for 1,5 hours and 40 % methanol addition, in which the interfacial tension (IFT) of MES 3,68.10-2; 3,52.10-2; 3,17.10-2; and 3,07.10-2 dyne/cm at concentration of surfactant 0,3; 0,5; 0,7; and 1,0 % respectively. The product of MES can be considered as a surfactant for enhanced oil recovery (EOR)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29074
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syukur Hidayat
"Masalah pitch pada pembuatan kertas menyebabkan kerugian yang besar setiap tahun. Oleh karena itu dilakukan berbagai upaya untuk menghilangkannya.
Pitch merupakan kelompok senyawa non polar bersifat hidrofobik, seperti trigliserida ester, asam resin, dan asam lemak. Bila terbawa sampai proses akhir akan menyebabkan kertas yang dihasilkan berbintik-bintik, kotor, dan berlubang, sehingga mutunya kurang baik.
Pada penelitian ini dilakukan usaha penghilangan pitch dengan pemberian surfaktan anionik. Pitch yang non polar diubah menjadi polar kemudian dibawa air pencuci melalui proses emulsi.
Dari hasil penelitian diperoleh data yang menunjukkan pitch bisa dipisahkan dari pulp dengan surfaktan anionik jenis linear alkil benzena sulfonat. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang diberikari , semakin banyak pitch yang bisa dipisahkan dari pulp. Pada konsentrasi surfaktan sebesar 450 mg untuk setiap kg kayu yang dimasak diperoleh persen pemisahan pitch yang tertinggi yaitu sebesar 33,45%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Priana
"Ampisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam, dikeluarkan dalam jumlah besar ( ± 90%) melalui urin dalam bentuk utuh atau tidak berubah. Penetapan kadar ampisilin dalam urin umumnya dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), untuk itu perlu dikembangkan metode dengan alat yang lebih sederhana seperti spektrofotometri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi penetapan kadar ampisilin dalam urin secara spektrofotometri. Ampisilin akan bereaksi dengan natrium 1,2 naftoquinon-4- sulfonat dalam larutan buffer fosfat pH 9,5 menghasilkan warna coklat tua jernih, yang dianalisis dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum 401 nm, dengan kondisi optimasi pH ± 9 dan lama reaksi 1 jam. Urin yang digunakan merupakan urin segar, agar tidak mempengaruhi stabilitas serapan. Pada kondisi optimum ini didapat nilai perolehan kembali dari hasil analisis sebesar 95,41 ? 110,53%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33132
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuni Fatisa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Transportasi minyak bumi dari offshore ke daratan melalui pipa sering kali mengalami hambatan. Karena pada suhu dingin terjadi pengkristalan wax. Untuk mengurangi pembentukan kristal wax ini dilakukan penambahan zat aditif alkil benzena sulfonat (ABS). Pada penelitian ini aditif ABS ditambahkan ke dalam model crude oil yang terdiri bensin, kerosin, oli, wax dan asphaltene. Konsentrasi ABS divariasikan 2%, 5%, dan 10% dengan variasi volume (20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 μL ), kemudian diuji pour point dan viskositas. Untuk mengamati pertumbuhan kristal wax dengan penambahan aditif menggunakan Cross Polarized Microscopy (CPM). Interaksi antara wax dengan aditif di analisis menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian 15 model crude oil, model 1-3 tidak stabil karena terbentuk dua fasa. Penurunan pour point optimum dicapai hingga suhu 7°C mulai dari 21°C. Untuk mencapai penurunan pour point 7°C, ABS 2% membutuhkan 450 μL, ABS 5% membutuhkan 250 μL dan ABS 10% membutuhkan 150 μL. Aditif ABS mampu mendeagregasi wax dibuktikan dengan analisa CPM. Hasil spektrum FTIR memperlihatkan adanya interaksi antara aditif dengan wax maupun asphaltene.

Transportation of oil from offshore to the mainland through a pipeline often encounter obstacles. Due to cold temperatures occur crystallization of wax. To reduce the formation of wax crystals is the addition of additives alkyl benzene sulfonate ( ABS ). In this study ABS additives are added into the model consisting of crude oil gasoline, kerosene, oil, wax and asphaltene. Concentration ABS varied 2 %, 5 %, and 10 % by volume variation ( 20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, and 500 mL ), and then tested pour point and viscosity. To observe the wax crystal growth with the addition of additives using Cross Polarized Microscopy ( CPM ). The interaction between the wax additives in using FTIR analysis. From the research, 15 models of crude oil, models 1-3 unstable since formed two phases. Achieve optimum pour point decline to 7 ° C from 21 ° C. To achieve a reduction in pour point 7 ° C, ABS 2 % requires a 450 mL, ABS 5 % requires 250 mL and ABS 10 % requires 150 mL. Additives ABS able mendeagregasi wax evidenced by CPM analysis. The results of FTIR spectra showed the interaction between additives with wax and asphaltene."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Alfis Firdausyah
"ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Proses bleaching pada pengolahan refineryCrude Palm Oil CPO menjadi minyak goreng menggunakan bleaching earth BE menghasilkan limbahSpent bleaching earth SBE yang berdasarkan PP No. 101 tahun 2014 dapat dikategorikan sebagai limbah Bahan Buangan Berbahaya. Pada penelitian ini akan dibuat surfaktan Methyl Ester Sulfonate MES yang berasal dari minyak kelapa SBEoil. SBE oil melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi untuk menjadi metil ester dengan yield 85 . Metil Ester yang dihasilkan lalu melalui proses sulfonasi dengan gas SO3. Gas SO3 yang digunakan untuk proses sulfonasi berasal dari uap sulfur yang direaksikan dengan udaraberlebih pada suhu yang sangat 510oC dan kecepatan udara 7,3 m/s. MES hasil penelitian dapat menurunkan tegangan permukaan hingga 40,5 dyne/cm dan memiliki kelarutan dan daya detergensi yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembersih pada alat berat pada berbagai macam industri yang tidak food-grade.

ABSTRAK
Indonesia is the largest palm oil producing country in the world. The bleaching process of refinery processing Crude Palm Oil CPO into cooking oil using bleaching earth BE resulted in Spent bleaching earth SBE waste based on PP no. 101 of 2014 can be categorized as Harmful Dangerous Wastes. In this research will be made Methyl Ester Sulfonate MES surfactant derived from coconut oil SBE oil. SBE oil through esterification and transesterification process to become methyl ester with yield 85 . Methyl Ester produced then through a sulfonation process with SO3 gas. The SO3 gas used for the sulfonation process comes from sulfur vapor which is reacted with excess air at a very temperature of 510 C and an air velocity of 7.3 m s. MES research results can reduce surface tension to 40.5 dyne cm and have high solubility and detergency power that can be used as a cleaning agent on heavy equipment in various industries that are not food grade."
2017
S67089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Pratomo
"Studi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja inhibitor korosi dengan metoda uji rendam yang menyimpang dari standar NA CE, untuk mendapatkan metoda alternatif yang sederhana, akurat dan relatif murah. Kupon baja AISI 1018 direndam selama 10 hari didalam bejana gelas yang berisi fluida dari sumur produksi lapangan minyak X, bejana tersebut kemudian diletakkan didalam penangas air dengan variasi suhu 30 - 85 °C, Garam natrium bikarbonat sejumlah 10.000 ppm ditambahkan kedalam fluida uji untuk mensimulasi produksi gas CO2 . Variabel lain yang digunakan untuk mengetahui kinerja inhibitor tersebut adalah kadar inhibitor (0 - 1.000 ppm) dan jenis inhibitor (3 jenis inhibitor). Inhibitor yang digunakan sebagai variabel adalah immidazoline yang terdispersi didalam air, ethoxylated quat amine & garam pyridine yang larut didalam air, dan alkil benzene sulfonat yang larut didalam air.
Sejumlah gambar visual dari permukaan kupon dengan perbesaran 60 kali yang direndam pada suhu 60 °C dan variasi inhibitor 0 - 50 ppm, diambil untuk studi banding. Gambar visual tersebut menyatakan adanya korosi sumuran yang terjadi pada permukaan kupon yang direndam oleh larutan inhibitor, dengan urutan proteksi terhadap korosi sumuran adalah : alkil benzene < ethoxylated quat amine < immidazoline. Untuk laju korosi merata pada studi di laboratorium, kinerja yang paling baik ditampilkan oleh ethoxylated quat amine dengan urutan ethoxylated > immidazoline alkil benzene sulfonat.
Uji lapangan selama 1 bulan pada salah satu sumur produksi dilakukan untuk inhibitor jenis immidazoline dan ethoxylated quat amine. Uji ini dilakukan untuk mengkonfirmasi basil studi di laboratorium. Hasil uji lapangan menyatakan kinerja inhibitor immidazoline lebih baik daripada ethoxylated, menurunkan laju korosi merata dari 9,5 mpy menjadi 0,12 mpy dibanding dengan ethoxylated yang 0,51 mpy. Sejumiah kecil korosi sumuran pada kupon baja AISI 1018 didapat pads sumur yang diinjeksi oleh ethoxylated.
Secara umum, imidazoline adalah inhibitor yang terbaik untuk memproteksi material AISI 1018 dari serangan korosi merata dan sumuran fluida lapangan X. Dengan adanya korelasi yang cukup baik untuk data yang didapat antara studi laboratorium dan hasil di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa metoda uji rendam ini cukup representatif dan dapat dipakai sebagai prapemilihan / praevaluasi inhibitor korosi sebelum inhibitor korosi tersebut diajukan untuk ujicoba di sistem perpipaan lapangan minyak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>