Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brata Sanjaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kecukupan keuangan lansia di Indonesia dan pengaruh jenis sumber keuangan terhadap persepsi kecukupan keuangan, dikontrol karakteristik individu dan kewilayahan dengan
menggunakan data SUPAS 2015. Sebagian besar lansia memiliki persepsi
keuangan yang cukup atau merasa mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa
Penghasilan+transfer menjadi sumber keuangan yang memberikan
kecenderungan kecukupan tertinggi, diikuti dengan sumber keuangan
penghasilan. Sedangkan kategori transfer, menjadi mayoritas sumber keuangan
lansia, justru memberikan kecenderungan kecukupan terendah. Oleh karena itu, menjaga agar lansia tetap berpenghasilan serta menghadirkan sistem jaminan transfer yang baik akan menjamin kecukupan keuangan lansia di Indonesia

ABSTRACT
This research aims to understand the perceived income adequacy of older
persons in Indonesia. Furthermore, this research also analyzes the effect of types of source of income on older persons? perceived income adequacy controlled by individual and spatial characteristics using raw data of SUPAS 2015. Most older persons in Indonesia have adequate perceived of income. The binary logistic regression shows that income+transfer is the type of income which most likely gives older persons perceived adequacy, followed by income. Meanwhile, transfer, as the majority type of income of older persons in Indonesia, conversely becomes the type of income which less likely makes older persons perceive adequate. Therefore, assuring older persons to have income and an effective transfer system would ensure the income adequacy of older persons in Indonesia"
2016
T45874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madris
"Titik fokus penelitian ini, adalah untuk mengetahui pengaruh upah terhadap jam kerja yang dikaitkan dengan berbagai karakteristik individu tenaga kerja seperti pendidikan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Di samping karakteristik individu tersebut juga dikaitkan dengan karakteristik secara makro seperti rasio ketergantungan, produk domestik regional bruto dan nilai investasi menurut daerah tingkat II di Sulawesi Selatan, yang kemudian disebut variabel kontekstual. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis penawaran tenaga kerja secara individu (invidual labor supply).
Penelitian ini didasarkan pada dua literatur utama. yakni teori ekonomi rumah tangga (New-Homes Economics) dan teori penawaran tenaga kerja (Economics Labor Supply) dalam aspek mikro. New-homes ecomics didasari konsep Utility, sedangkan konsep individual labor supply berkaitan dengan konsep biaya alternatif (opportunity cost), Kedua konsep tersebut, akan melahirkan konsep efek subtitusi (subtitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Perpaduan antara kedua konsep ini akan melahirkan, apakah individu akan menambah alokasi waktu untuk bekerja atau tidak. Seandainya pun harga jasa tenaga kerja (upah/gaji) mengalami peningkatan (asumsi leisure merupakan barang normal), maka belum tentu individu menambah jam kerjanya. Hal tersebut sangat tergantung pada utility yang diterima jika dia mengkonsumsi jam leisure lebih sedikit dan juga tergantung opportunity cost-nya jika dia melepaskan sejumlah jam kerjanya yang sudah dia miliki sebelumnya.
Dari latar belakang teori inilah muncul, Bak-ward Bending Supply Curve dalam fungsi penawaran tenaga kerja, yang dimulai dari arah positif kemudian berubah menjadi negatif setelah harga leisure menjadi lebih terjangkau.
Studi ini menggunakan data mentah (row data) Shpas 1995, Jumlah sampel sebanyak 49.816 observasi; terdiri atas 22.105 tenaga.kerja yang bekerja dan mempunyai informasi jam kerja dan sebanyak 4.793 di antara yang bekerja berstatus buruh/karyawan. Di samping menggunakan data individu Supas 1995 juga menggunakan data kelompok, yaitu masing-masing PDRB harga konstan 1993 tahun 1995, nilai investasi tahun 1994, dan rasio ketergantungan tahun, masing-masing menurut daerah tingkat II se Sulawesi Selatan.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja dan berstatus buruh/karyawan. Untuk mengestimasi- fungsi penawaran tenaga kerja yang diduga berbentuk Bakward Bending Supply Cuve, digunakan model regresi dengan metode OLS. Variabel utama adalah jam kerja dan upah. Sedangkan variabel pendidikan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal merupakan variabel kontrol. Rasio Ketergantungan merupakan variabel kontekstual.
Penelitian ini berhasil menemukan pola penawaran tenaga kerja berbentuk parabola, mengikuti model teoretis, yakni pada awalnya arahnya positif, namun setelah mencapai backward bending supply curve hubungan antara jam kerja dengan upah berubah menjadi negatif.
Terdapat hubungan yang singnfikan antara jam kerja dengan masing-masing variabel upah, pendidikan, umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan rasio ketergantungan pada taraf alpha 0,05.
Pola hubungan antara umur dengan jam kerja berbentuk parabola, mirip huruf U terbalik, yakni pada umur yang relatif muda hubungan antara umur dengan jam kerja positif, tetapi setelah umur semakin tua hubungannya menjadi negatif Hubungan tersebut menyerupai pola APAK (Angka Partisipasi Angkatan Kerja) secara universal.
Rata-rata jam kerja masing-masing kelompok tenaga kerja yang berpendidikan di bawah SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja yang berpendidikan SLTA ke atas. Rata-rata jam kerja laki-laki lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja perempuan Demikian halnya, rata-rata jam kerja di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Rasio ketergantungan berhubungan negatif dengan jam kerja yang ditawarkan ke pasar kerja."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syaukat
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang diperkirakan mempengaruhi keputusan penduduk Jawa Barat untuk memilih daerah tujuan migrasi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor individu seperti umur, pendidikan, jenis kelamin, dan status kawin; serta faktor-faktor sosial ekonomi daerah asal dan daerah tujuan seperti tingkat pengangguran dan kondisi ekonominya yang didekati melalui nilai pertumbuhan PDRB, PDRB perkapita dan peran sektor industri terhadap PDRB.
Alat statistik yang digunakan untuk menganalisis masalah yang ingin dipelajari adalah Multinomial Logistik. Model ini digunakan karena variabel tak bebas dari permasalahan yang dihadapi, yaitu pilihan daerah tujuan migrasi, adalah kategorik dan kategorinya lebih dari dua.
Ada empat kelompok pilihan daerah tujuan migrasi, yaitu migrasi intra Jawa Barat, migrasi ke DKI, migrasi ke Jawa, dan migrasi ke luar Jawa.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mentah (raw data) dari SUPAS 1985 untuk data tingkat individu. Sedangkan untuk data tentang kondisi sosial ekonomi diambil dari data sekunder yang telah dipublikasikan.
Signifikansi yang diperoleh dari hasil estimasi terhadap model yang digunakan adalah pada pengaruh variabel bebas terhadap proporsi relatip migran memilih tujuan migrasinya. Selanjutnya melalui tabel MCA dapat dilihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap proporsi migran memilih suatu tujuan migrasi, meskipun tingkat signifikansinya tidak diketahui.
Dari hasil estimasi, ternyata untuk variabel individu hanya tingkat pendidikan yang signifikan pengaruhnya terhadap proporsi relatip. Sedangkan untuk variabel sosial ekonomi, semuanya mempunyai pengaruh signifikan terhadap proporsi relatip.
Pendidikan mempengaruhi pola migrasi penduduk Jawa Barat. Untuk migran antar WP, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi proporsi responden untuk bermigrasi antar WP. Sedangkan proporsi responder yang pindah ke DKI ternyata semakin kecil dengan semakin tingginya pendidikan. Proporsi migran menuju luar Jawa, nampak yang lebih tinggi adalah yang tidak tamat SD.
Dalam memilih daerah tujuan migrasi, penduduk Jawa Barat tampaknya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi daerah tujuan dan daerah asal.
Untuk migran Antar Wilayah Pembangunan di Jawa Barat, mereka ini nampaknya berasal dari daerah dengan angka penganggurannya dan peran sektor industri manufaktur nya yang agak rendah dan mereka cenderung menuju ke daerah yang angka penganggurannya relatif tinggi dan peran sektor industrinya juga relatip tinggi pula dibandingkan di daerah asal, atau jika mereka berasal dari derah yang angka penganggurannya atau peran sektor industrinya sudah tinggi, maka nampaknya mereka berusaha untuk pindah ke daerah yang tidak banyak berbeda dengan daerah asal. Sementara itu migran antar WP ini berasal dari daerah dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan daerah tujuan dalarn hal pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita.
Migran dari Jawa Barat yang menuju ke DKI umumnya berasal dari daerah yang angka penganggurannya relatip rendah, pertumbuhan PDRB yang relatip rendah dan PDRB perkapita yang relatip rendah. Migran yang menuju ke Jawa nampaknya kurang dipengaruhi oleh perbedaan angka pengangguran daerah tujuan dan daerah asal. Sedangkan perbedaan pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita mempunyai hubungan yang negatip terhadap probabilitas pindah ke Jawa. Probabilitas migran yang menuju ke luar jawa semakin rendah dengan semakin kecilnya perbedaan angka pengangguran."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifkin, Bernard
"Salah satu masalah kependudukan yang terjadi sekarang ini adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk. Salah satu usaha menangani masalah tersebut adalah dengan menurunkan fertilitas.
Analisis pada penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan fertilitas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil SUPAS 1985 untuk propinsi Sulawesi Selatan. Responden yang diperhatikan adalah ibu-ibu yang pernah kawin berumur dibawah 50 tahun yang jumlahnya 5548 orang.
Variabel yang diperhatikan adalah. : Anak lahir hidup (CEB) sebagai dependen variabel sedangkan untuk independen variabelnya adalah: Umur kawin pertama, status pemakaian alat kontrasepsi, pendidikan yang ditamatkan, jenis pekerjaan, kematian anak, tempat tinggal dan umur ibu.
Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik infrensial. Pada statistik infrensial dipakai metode statistika Regresi Ganda dan Garis Patah Paritas.
Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah:
1. Terdapat perbedaan pola paritas menurut umur berdasarkan status pemakaian alat kontrasepsi dan latar belakang ibu.
2. Dengan hanya memperhatikan variabel antara maka setelah memperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model diperoleh hasil bahwa umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas baik di kota maupun di desa. Kemudian ibu yang tinggal di kota dan menggunakan slat kontrasepsi mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sedangkan untuk ibu yang tinggal di desa dan menggunakan alat kontrasepsi jumlah anak lahir hidupnya lebih rendah dari ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
3. Dengan hanya memperhatikan variabel latar belakang maka hasil yang diperoleh setelah meperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model yang diperhatikan adalah: Kelompok ibu yang tidak bekerja dan kelompok ibu yang bekerja di sektor pertanian mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih banyak dari ibu kerja di sektor non pertanian. Diperoleh pula bahwa ibu yang tidak sekolah, tidak tamat SD, serta ibu yang tamat SD mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih sedikit dibanding dengan ibu yang tamat SLP+, namun perbedaan antara yang tidak tamat SD dan tamat SD tersebut tidak signifikan. Dan bagi ibu yang pernah mengalami kematian anak, jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang tidak pernah mengalami.
4. Variabel latar belakang dan variabel antara jika diperhatikan dalam suatu model maka hasil yang diperoleh setelah memperhatikan pengaruh variabel lain dalam model adalah: umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas, ibu yang menggunakan alat kontrasepsi, di kota anak lahir hidupnya lebih banyak tetapi di desa anak lahir hidupnya lebih sedikit. Kelompok ibu yang tidak bekerja dan ibu yang bekerja di sektor pertanian jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang kerja di sektor non.
Kemudian ibu yang tidak sekolah, ibu tidak tamat SD serta ibu yang tamat SD jumlah anak lahir hidupnya lebih sedikit dari yang tamat SLP+. Selanjutnya diperoleh pula bahwa ibu yang pernah mengalami kematian bayi jumlah anak lahir hidupnya lebih tinggi.
Secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan asosiasi dari variabel yang diperhatikan berdasarkan tempat tinggal kecuali perbedaan pengaruh penggunaan alat kontrasepsi pada model yang memuat variabel antara dan variabel latar belakang secara bersama-sama. Serta diperoleh pula hasil pada semua model yang diperhatikan bahwa terdapat perbedaan jumlah anal lahir hidup dari ibu yang tinggal di kota dan di desa yang mana anak lahir hidup ibu yang tinggal di kota lebih tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Saepudin
"Tujuan penelitian pada tesis ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi risen tenaga kerja masuk ke wilayah Bodetabek, termasuk menganalisis hubungan antar variabel serta pola dan kecenderungannya. Penelitian ini menggunakan model Regresi Multinomial Logistik (Polytomus Logit Regression), dengan variabel terikat daerah asal migran yang bermigrasi ke Bodetabek yaitu yang berasal dari: internal Bodetabek; DKI Jakarta; Jabanten (Jawa Barat dan Banten); Pulau Jawa (DIY, Jateng dan Jatim) serta Luar Pulau Jawa (seluruh daerah - Jawa). Sedangkan variabel indevenden yang digunakan adalah variabel individu (yaitu: umur, Janis kelamin, stutus kawin, tingkat pendidikan dan status kerja), dan variabel kontekstual (yaitu: pertumbuhan ekonomi, peran sektor industri, upah dan tingkat pengangguran) dari daerah asal dan daerah tujuan migrant. Data yang digunakan adalah data Supas (Survei Antar Sensus) dan Sakrenas (Survei Angkatan Kerja Nasional) Tahun 2005, serta data publikasi lainnya dari Biro Pusat Statistik (BPS).
Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa jumlah migran risen tenaga kerja yang masuk ke Bodetabek terbesar adalah berasal dari DKI Jakarta yaitu sebesar 420.899 orang (42%) dari total migran yang masuk ke Bodetabek yaitu sejumlah 1.009.565 orang (Data supas 2005, BPS, diolah). Urutan kedua adalah migran asal Jawa 191.290 orang (19%) dan yang terendah adalah migran asal Luar Jawa hanya (11%).
Berdasarkan variabel individu, ditemukan bahwa migran risen tenaga kerja dari berbagai daerah, jumlah terbesar yang masuk ke Bodetabek memiliki karakteristik sebagai berikut: migran berumur muda (20-34 tahun) sebesar (59%); berjenis kelamin laki-laki (51%); berpendidikan SMU (46%); berstatus kawin (65%) dan bekerja di sektor informal (57%). Secara umum karakteristik migran tersebut mempunyai pola yang sama baik berdasarkan daerah asal maupun daerah tujuan.
Analisis inferensial menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan peran sektor industri mempunyai hubungan yang negatif. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi atau peran sektor indutri yang tinggi di daerah asal migran menjadi faktor penghambat terjadinya migran pindah ke Bodetabek. Sedangkan variabel upah dan variabel tingkat pengangguran tidak sesuai dengan hipotesis (teori), artinya peningkatan tingkat upah di daerah asal migran (dari berbagai daerah) tidak menjadi pengahambat terjadinya migran untuk pindah ke Bodetabek. Demikian juga variabel tingkat pengangguran mempunyai nilai koefisien parameter negatif untuk semua daerah asal migran. Artinya bahwa walaupun terjadi peningkatan rasio tingkat pengangguran daerah asal relatif terhadap Bodetabek, namun kecenderungannya migran untuk pindah ke Bodetabek masih lebih besar."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 20731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library