Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ferdy Agustian
"Latar Belakang: Saat ini, endovascular aneurysm repair (EVAR) lebih diutamakan pada sebagian besar kasus aneurisma aorta abdominalis (AAA) dibandingkan open surgical repair (OSR). Namun, terdapat kontroversi keluaran jangka panjang yang diperlihatkan kedua pilihan tatalaksana tersebut, terutama pada kelompok usia tua. Metode: Tinjauan sistematis dilakukan dengan mengikutsertakan studi yang membandingkan mortalitas jangka panjang, kesintasan jangka panjang, tingkat reintervensi, dan ruptur sekunder antara EVAR dan OSR pada pasien AAA berusia ≥65 tahun dengan minimal follow-up selama dua tahun. Pencarian artikel dilakukan pada empat pangkalan data elektronik yaitu Cochrane, Pubmed, EBSCOHost, dan Scopus. Studi yang diikutsertakan merupakan publikasi dari titik waktu awal yang tidak ditentukan sampai dengan bulan Maret 2024. Telaah kritis melalui instrumen yang sesuai dengan desain studi juga dilakukan untuk memastikan kualitas studi. Keluaran pada setiap studi disintesis ulang, disajikan dalam bentuk tabel, serta dilakukan pembahasan. Hasil: Studi sistematis ini berhasil mengikutsertakan 6 studi, yakni 1 studi meta-analisis dan 5 studi kohort. Mayoritas studi menunjukkan tidak adanya perbedaan mortalitas jangka panjang, kesintasan jangka panjang, tingkat reintervensi, dan tingkat ruptur sekunder antara EVAR dan OSR. Terdapat peningkatan mortalitas dan penurunan kesintasan EVAR dibandingkan OSR pada follow-up sampai dengan tahun keempat, namun tidak ada perbedaan pada tahun kelima dan rerata keseluruhan. Terdapat peningkatan mortalitas dan penurunan kesintasan EVAR pada kelompok usia ≥80 tahun dibandingkan kelompok usia 65-79 tahun. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan keluaran jangka panjang antara EVAR dan OSR pada pasien AAA berusia ≥65 tahun.

Introduction: Nowadays, endovascular aneurysm repair (EVAR) is preferred in most cases of abdominal aortic aneurysm (AAA) than open surgical repair (OSR). However, there are controversies regarding the long-term outcomes of both modalities, especially in the geriatric population. Method: We conducted a systematic review of studies comparing the long-term mortality, long-term survival, reintervention rate, and secondary rupture rate between EVAR and OSR in ≥65-year patients with AAA with a minimum of two years of follow-up. The literature search was conducted in four electronic databases, Cochrane, Pubmed, EBSCOHost, and Scopus, from an undefined start point until March 2024. Studies included also critically appraised with relevant instruments based on the study design. The long-term outcomes of every study were synthesized, presented in tables, and discussed thoroughly. Result: A total of six studies were included, consisting of one systematic review/meta-analysis and five cohort studies. Most studies did not show differences in long-term mortality, long-term survival, reintervention rate, or secondary rupture rate between EVAR and OSR. There was higher mortality and lower survival in EVAR compared to OSR after four years of follow-up, but no differences were found in five years and overall follow-up. There was higher mortality and lower survival after EVAR in patients≥80 years old compared to those 65-79 years old. Conclusion: There are no differences in long-term outcomes between EVAR and OSR in ≥65-year patients with AAA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Florence
"Ruptur septum ventrikel merupakan komplikasi mekanik yang jarang namun mengancam nyawa infark miokard akut. Operasi perbaikan ruptur merupakan tatalaksana utama. Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) direkomendasikan untuk dlakukan secara konkomitan untuk revaskularisasi jantung. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tindakan konkomitan BPAK terhadap mortalitas pasca operasi perbaikan rupture septum ventrikel. Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang pada pasien terdiagnosis ruptur septum ventrikel pasca infark miokard yang menjalan operasi perbaikan ruptur dengan atau tanpa tindakan konkomitan BPAK di Unit Bedah Jantung Dewasa PJNHK sejak Januari 2018 hingga Desember 2023. Data yang diambil meliputi karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, komorbiditas, fraksi ejeksi jantung kiri, status syok kardiogenik, dan lokasi ruptur septum ventrikel. Sebanyak tiga puluh empat pasien termasuk dalam kriteria penelitian. Tindakan konkomitan BPAK dilakukan pada 22 pasien (64,7%). Insidens kematian pasca operasi konkomitan BPAK lebih rendah dibandingkan kelompok pasien yang menjalani operasi perbaikan ruptur septum saja. Perhitungan multivariat menunjukkan bahwa operasi konkomitan BPAK memberikan efek protektif terhadap pasien pasca operasi (Adjusted OR 0,3, p = 0,167). Walaupun secara statistik tidak bermakna, fraksi ejeksi jantung kiri, status syok kardiogenik, dan lokasi ruptur septum ventrikel diasosiasikan dengan peningkatan mortalitas pasca operasi. Tindakan konkomitan BPAK diasosiasikan dengan mortalitas pasca operasi yang lebih rendah and memberikan efek protektif. Faktor preoperatif seperti fraksi ejeksi jantung kiri, status syok kardiogenik, dan lokasi rupture septum ventrikel memengaruhi mortalitas pasca operasi perbaikan septum ventrikel.

Post-infarction ventricular septal rupture (VSR) is a rare life-threatening complication of acute myocardial infarction (AMI). Surgical repair of VSR remains the treatment of choice. Concomitant CABG is recommended as an additional procedure as a way of revascularization. This study aims to investigate the association between concomitant CABG and early post-operative mortality in post-infarction VSR undergoing surgical repair. This is a retrospective cohort study which includes patients who underwent VSR surgical repair with and without concomitant CABG at the Adult Cardiac Surgery Unit, National Cardiovascular Center Harapan Kita from January 2018 to December 2023. Preoperative factors include preoperative left ventricular ejection fraction (LVEF), cardiogenic shock, location of rupture and concomitant CABG surgery. Post operative outcomes recorded were early mortality which includes in-hospital and thirty-day mortality. A total of thirty-four subjects were included in this study with 22 patients (64.7%) undergoing concomitant CABG. Incidence of mortality in patients undergoing concomitant CABG is lower than patients without CABG. Adjusted OR showed a slight protective effect of CABG towards post-operative mortality (Adjusted OR 0.3, p = 0.167). Although it is not statistically significant, preoperative LEVEF, preoperative cardiogenic shock, and location of rupture are also associated with post-operative mortality. In conclusion, VSR surgical repair in concomitant with CABG showed lower post-operative mortality and protective effect while preoperative LVEF, cardiogenic shock, location of rupture are associated with post-operative mortality in patients undergoing VSR surgical repair."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library