Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Puja Suarsana Arya
Abstrak :
Kegagalan yang dialami bidang pertanian pada saat krisis melanda bangsa kita merupakan sejarah terburuk bagi bangsa kita. Kita tidak hanya mengalami krisis ekonomi, keadaan krisis pangan semakin memperburuk kondisi perekonomian bangsa. Padahal sejak tahun 1982, Indonsia merupakan salah satu negara penghasil beras terbanyak di dunia Swasembada Beras ). Ha ini sudah tentu merupakan pukula yang hebat bagi pertanian kita. Kein inan pemerin untuk mengangkat citra pertanian kita yang sempat terpiiruk akibat krisis yang melanda bangsa ini, dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang sedang dilaksanakan adalah dengan mengeluarkan Ikan Layanan Masyarakat mel;dui media televisi Kegiatan beriklan di televisi merup~an kegiatan yang sudah dilakukan bangsa kita sejak masa Orde Baru lalu. Tetapi bila kita lihat secara sekilas, tampak ada perbedaan gaya tayang antara iklan masa Orde Baru dengan masa Reformasi. Pada masa Orde Baru, kita akan melihat bagaimana kesuksesan-kesuksesan yang diraih oleh pertanian kita masa lalu. Sedangkan pada iklan masa Reformasi yang dapat k.ita lihat adalah penggambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh petani-petani kecil di negara kita. Dari perbedaan kedua iklan ini, yang ingin dilihat adalah fenomena apa yang sebenarnya ingin diangkat pada masing-masing iklan tersebut. Jika ada perbedaan pada fenomena yang diangkat, penelitian ini juga ingin melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengangkatan fenomena-fenomena yang ada pada masingmasing iklan tersebut. Untuk menganalisa masing-masing fenomena pada kedua iklan ini, digunakan meteode semiotik Pierce. Melalui tanda-tanda yang ada baik itu icon, indeks maupun simbol yang ada pada masing-masing frame, akan dianalisa dan dicari maknanya dengan mempergunakan segitiga makna Pierce. Realitas basil dati analisa merupakan realias yang masih semu. Kemudian dengan paradigma kritis penelitian ini dilanjutkan dengan melakikan interpretasi pada basil analisis, untuk mencari realitas yang sebenarnya dengan berdasarkan pada Historical Situatedness. Dari hasil analisa dan interpretasi peneliti, dapat disimpulkan bahwa memang teijadi perbedaan gaya tayang antara iklan masa Orde Baru dengan masa Reformasi. Masa Orde bani pertanian di negara kita dilandasi oleh paham Kapitalis semu (Crony Capitalism) . Kesuksesan yang diraih sebenarnya adalah kesuksesan yang didapat oleh sebagian kecil petani " Besar ". Hanya petani dengan modal yang besarlah yang dapat berproduksi secara maksimal. Sedangkan untuk iklan masa Reformasi kapitalis yang berkembang adalah kapitalis liberal, dimana · lebih dipengaruhi oleh paham PEGEL ( Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah ).Yang menjadi fokus utama adalah petani " Kecil " dengan segala permasalahan yang ada disekelilingnya. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan mampu menumbuhkan sikap kritis masyarakat terutama mahasiswa terhadap iklan yang beredar di media. Sedangkan bagi pengiklan sendiri, dengan basil penelitian ini diharapkan memikirkan lebih jauh lagi terna yang ingin diangkat dalam iklan-iklan selanjutnuya. Pengambilan tema yang sesuai dengan realitas tanpa ada manipulasi akan lebih bermanfaat, apalagi itu adalah !klan Layanan Masyarakat yang fokus utamanya adalah informasi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toyib Hadiwijaya
Jakarta: Gunung Agung, 1986
633.83 TOY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kajian kebijakan& peta jalan (Roadmap) pembangunan pertanian dlam rangka ketahanan & swasembada pangan bertujuan merumuskan dasar & arah kebijakan pembangunan pertanian dlm rangka ketahanan pangan , utamanya dlm hal kemandirian pangan pokok. Kajian dilaksanakan pd dlm th 2008, diawali dengan pertemuan tim untuk menyusun rencana kerja , diikuti debgab focus group discussion di Jakarta & seminar di Malang, Yogyakarta dan Bogor. Informasi & masukan yg diperoleh kemudian disusun menjadi laporan utuh yg meliputi kondis & perkembangan pertanian & pangan , tantangan & kendala, serta strategi yg dpt ditempuh , untuk mewujudkan ketahanan pangan. jenis data yg digunakan adalah data sekunder mengenai produksi , konsumsi & distribusi pangan serta di gunakan pula dokumen produk perundangan yg terkait dengan bidang ketahanan pangan. ruang lingkup kajian meliputi: (1) Rangkaian seminar yg dilaksanakan di tiga kota (2) roundtable (focused group discussion, serta(3) kajian (desk studi/literature review) . Hasil yg diharapkan adalah rekomendasi kebijakan dlm pembangunan pangan nasional. kajian mengindentifikasikan beberapa isu strategis ketahanan pangan di Indonesia beberapa th ke depan. Isu strategis tersebut diantaranya adalah (a) pengambilan keputusan yg lambat dlm mengantisipasi perubahan permintaan & penawaran produk pangan memperburuk kondisi krisi pangan global yg terjadi; (b) urbanisasi (yg didorong oleh pertumbuhan ekonomi perkotaan yg lebih cepat, , substitusi energi fosil dengan biofuel & perubahan iklim global menjadi variabel penentu ituasi pangan global (hasil proyeksi badan & lembaga internasional)(c)perubahan ekonomi & demografi yg terjadi dlm kurun waktu 2009 - 2015 berdampak pd ketahanan pangan nasional (d) terbatasnya kapasitas produksi pangan nasional karena terbatasnya lahan, menurunnya kualitas lahan, rusaknya prasarana tdk terealisasinya harga & persebaran (distribusi) optimal pupuk bersubsidi dll (e) terhambatnya distribusi & akses pangan krn lambannya pengembangan sarana & prasarana, kelembagaan sistem informasi, pembinaan standar kualitas dll.(f) adanya perubahan pola konsumsi beras & tepung terigu (g) merabaknya kasus keracunan pangan (h) kebijakan yg dikembangkan secara implisit menghendaki suatu sistem ketahanan pangan yg hierakis mulai dr level rumah tangga, desa kec, kab./kota, provinsi & nasional. Hal itu menjadi masalah krn terkait dengan desentralisasi pembangunan yg terjadi di Ind, keterpaduan lintas sektor & lintas daerah, serta kondis keragaman selera, budaya,kelembagaan & sumberdaya bahan pangan...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
James Budiono
Abstrak :
Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar. Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia. Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya. Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradana Elok Pambudi
Abstrak :
ABSTRACT
Gula sempat menjadi komoditas ekspor utama Indonesia pada masa era kolonialisasi Belanda. Akan tetapi, produksi gula saat ini cenderung stagnan dan tidak dapat lagi memenuhi permintaan dalam negeri sehingga impor dilakukan agar kebutuhan dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran gula dengan menggunakan pendekatan deskriptif and estimasi Least Square serta menganalisis dampaknya terhadap keadaan pergulaan di Indonesia saat ini. Penelitian ini memperlihatkan luas lahan tebu dan harga konsumen berpengaruh terhadap kuantitas penawaran sedangkan permintaan dipengaruhi oleh harga gula konsumen, konsumsi masa lampau, konsumsi per kapita, konsumsi kalori makanan olahan dan PDB.
ABSTRACT
The Growth of the State of Sugar in Indonesia Sugar had become Indonesias main export commodity during the Dutch colonial era. However, the current production of sugar tends to be stagnant and can no longer meet its demands, resulting in imports. This study aims to identify the factors that influence sugar demand and supply through descriptive approach and Least Square method and analyzes the impacts they cause to the current situation in Indonesia. This study shows that size of plantation area of sugar cane and consumers price of sugar affect the quantity of sugar supplied while lag consumption, consumers price, GDP, consumption per capita and calories consumption through processed food affect the quantity demanded.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumaiddin
Abstrak :
Propinsi Sulawesi selatan selama ini dikenal sebagai daerah swasembada beras dan lumbung beras terbesar diluar Pulau Jawa Tahun 1990, produksi beras Sulawesi Selatan 1.547.882 ton dengan,konsumsi 743.226,369 ton, sehingga masih kelebihan produksi beras sebanyak 804.656,469 ton. MASALAH. Permasalahan yang dikemukakan adalah: · 1.Bagaimana tingkat kelebihan produksi beras perkapi ta daerah tingkat dua Propinsi Sulawesi Selatan ? 2.Faktor apakah yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kelebihan produksi beras perkapita daerah-daerah swasembada beras tersebut ?
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ketahanan pangan seringkali dipadankan dengan swasembada pangan , bahkan lebih disederhanakan menjadi swasembada beras dalam arti bahwa produksi pangan/beras di dalam negeri mampu mencukupi seluruh kebutuhan dalam negeri.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yasir Mulyansyah Fama
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, dengan garis pantai lebih dari 54.000 km yang menjadikan Indonesia sebagai garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Ironisnya, Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan garam nasional terkait kuantitas dan kualitas. Hingga saat ini, Indonesia masih mengandalkan garam impor untuk memenuhi kebutuhan nasional, terutama pada kebutuhan garam industri. Dalam penelitian ini, sebuah kajian dilakukan untuk menilai kesesuaian kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai produksi dan permintaan garam dengan menggunakan pendekatan Sistem Dinamika untuk memproyeksikan kebutuhan nasional baik garam konsumsi maupun garam industri untuk sepenuhnya dipenuhi oleh produksi lokal. Hasil analisis produksi garam dengan periode bulanan menunjukkan bahwa faktor cuaca secara dramatis masih mempengaruhi produksi garam nasional sehingga Indonesia masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan garam di musim hujan. Sementara hasil dari skenario menunjukkan bahwa Indonesia berhasil dalam swasembada garam konsumsi dan garam industri pada tahun 2028 dengan investasi teknologi untuk meningkatkan kualitas garam. Sementara skenario perluasan area tanaman menunjukkan bahwa Indonesia hanya dapat memenuhi kebutuhan garam industri non-CAP pada tahun 2021.
ABSTRACT
Indonesia has more than 17 thousand islands, with a coastline of more than 54,000 km which makes Indonesia the second longest coastline in the world after Canada. Ironically, Indonesia has not been able to meet the needs of national salt regarding quantity and quality. Until now, Indonesia still relies on imported salt to meet the national needs, especially on the needs of industrial salt. In this research, a study was conducted to assess the suitability of policies established by the government regarding production and demand of salt by using mathematical model and System Dynamics approach to project the national needs of both consumption salt and industrial salt to be entirely fulfilled by local production. The results of monthly production analysis indicate that the weather factor still dramatically influences the production of national salt so that Indonesia even difficulties in meeting the needs of salt in the rainy season. While the results of the scenarios showed that Indonesia succeeds in the self sufficiency of consumption and industrial salt in 2028 with technology investment to increase quality of salt. While the scenario of expanded plants area indicates that Indonesia can only meet the needs of non CAP industry salt in 2021.
2018
T50776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Deco Praha
Abstrak :
Pada 2014, Presiden Jokowi menargetkan swasembada kedelai akan terjadi pada tahun2018 sebagai upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan kerentanan pada pasar kedelai. Melalui metode 2SLS dan ARIMA, studi ini ingin melihat pencapaian pemenuhan swasembada kedelai domestik pada 2018 beserta mengetahi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi keselai dalam negeri. Haasilnya menunjukkan bahwa juatru produksi kedelai di Indonesia cenderung menurun sebesar 9% pada 2017 dan 4% pada 2018. Dengan peramalan jumlah konsumsi yang stagnan, maka rasio swasembada menurun menjadi 30% saja pada tahun 2018. Oleh karena target swasembada yang diprediksi tidak akan tercapai, peneliti ini juga menyuguhkan alternatif kebijakan seperti peningkatan luas area panen, meningkatkan harga impor kedelai, dan peningkatan harga produksi kedelai. Alternatif ini menghasilkan nilai prediksi yang positif untuk dapat menggenjot peningkatan jumlah produksi secara signifikan. Penelitian ini juga bersaha untuk mengkaji lagi program swasembada yang sebenarnya sudah pernah dicanangkan oleh pemerintah sebelumnya dan tidak pernah tercapai. Apabila Indonesia masih memaksa untuk dapt mencapai swasembada kedelai pada 2018 maka luas panen ataupun produktivitas harus ditingkatkan hingga dua kali lipat.
This undergraduate thesis focuses on predict the achievement of soybean self sufficiency program in Indonesia at 2018. By the combined method, 2SLS and ARIMA, this study wants to look the achievement of the self sufficiency in Indonesia by counting the mass of domestic production and consumption. As the result shown, the mass of soybean domestic production decreased by 9 in 2017 and 4 in 2018 along with the decline in soybean price import. With the consumption result predictions that tends to shown stagnancy value, then the self sufficiency ratio decreases to only 0.3 in 2018. If Indonesia still wants to achieve this program, the writer suggest that the harvest area or the productivity should be doubled.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khudori
Abstrak :
Bulog dan beras ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya seolah sejoli yang tak terpisahkan. Sejak berdiri pada 1967 sampai saat ini Bulog tak pernah lepas dari tetek bengek urusan beras. Akan tetapi, relasi Bulog dan beras tidak selalu manis. Ada masa pasang, ada saat surut. Secara korporasi bahkan Bulog serasa ditimpa ‘tsunami’ tatkala monopoli impor beras dicabut, penyaluran pasti beras untuk golongan anggaran (PNS, TNI-Polri) ditiadakan, dan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), kredit berbunga rendah, dihentikan. ‘Tsunami’ bagai kiamat berulang ketika outlet penyaluran pasti beras Bulog untuk program Raskin/Rastra diubah menjadi transfer tunai di program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), yang sekarang bernama Program Sembako. Itu salah satu ‘drama’ perubahan kebijakan yang bisa dibaca di buku ini. Akan tetapi, sesuai judulnya, Bulog dan Politik Perberasan, buku ini diniatkan untuk melacak secara mendalam relasi Bulog dan politik beras yang diformulasikan dalam pelbagai kebijakan publik pemerintah dari sejak BUMN ini berdiri hingga kondisi paling mutakhir. Posisi ekonomi-politik beras dalam percaturan politik-ekonomi Indonesia ditelusuri hingga berujung pada pertanyaan: masihkah Bulog harus mengurus beras? Bongkar pasang kebijakan dalam stok beras publik, baik untuk program Raskin/Rastra, beras operasional Bulog maupun cadangan beras pemerintah, dianalisis lewat pendekatan ekonomi-politik. Pembaca disuguhi analisis mendalam sejauhmana komitmen (politik) pemerintah lewat kebijakan perberasan yang pelaksanaannya diserahkan kepada Bulog. Baik komitmen anggaran maupun dukungan politik lewat regulasi dan kebijakan. Relasi Bulog dan (politik) beras ini bisa menjadi cermin bagaimana sebuah kebijakan publik seharusnya dibuat. Juga diulas mengapa Bulog masih berada di zona nyaman dengan mengandalkan penugasan publik. Padahal, potensi bisnis komersial yang bisa digeluti cukup luas. Lewat kajian terhadap puluhan regulasi juga dielaborasi bagaimana seharusnya Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) berperan, dan seperti apa negara lain merancang tata kelola pangan mereka. Inilah buku pertama yang merangkai titik-titik hulu hingga hilir bagaimana relasi Bulog dan politik perberasan dari era 1970-an hingga saat ini.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2022
338.19 KHU b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>