Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfan Kurnia
"Rumah Sakit "X" sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan pelayanannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Peningkatan kuantitas pelayanan antara lain dilakukannya penambahan jumlah tempat tidur, kamar perawatan maupun unit-unit pelayanan baru. Sedangkan peningkatan kualitas dilakukan melalui program pendidikan dokter, paramedis, penambahan peralatan kedokteran dan lain sebagainya. Konsekuensi dari tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan tersebut adalah bahwa Rumah Sakit "X" memerlukan dana operasional yang besar. Kenyataannya sebagai rumah sakit swasta tentu dituntut untuk swadana dalam arti harus mampu untuk membiayai sendiri semua biaya operasionalnya, sehingga menjadikan tarif yang dibebankan kepada pasien menjadi sumber dana utama untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Mengingat masalah rumah sakit menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka tidaklah mengherankan apabila pemerintah masih memberikan pembatasan dalam hal penentuan tarif. Sebagai akibatnya Rumah Sakit "X" tidak dapat semaunya dalam menentukan tarif yang dibebankan kepada pasien untuk masing-masing kelas, yaitu untuk kelas I, II dan kelas III. Untuk kelas-kelas tersebut Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta telah menentukan plafon tarif atas dasar masukkan dari IRSJAM. Dari sini nampak adanya tantangan yang dihadapai oleh rumah sakit-rumah sakit swasta khususnya Rumah Sakit "X" , yaitu keterbatasan dana untuk menjalankan usahanya. Menghadapi tantangan dana tersebut, pihak manajemen rumah sakit harus pandai-pandai mencari dan memperbanyak alternatif sumber pendapatan, mengelola dana yang didapat, melakukan perencanaan dan pengendalian secermat mungkin dalam hal pengeluaran baik yang sifatnya investasi maupun yang bersifat operasional. Salah satu upaya yang selama ini dilakukan oleh Rumah Sakit "X" untuk mengatasi keterbatasan sumber pendapatan karena adanya pembatasan tarif dari pemerintah tersebut adalah pihak manajemen telah membebankan tarif yang relatif tinggi kepada pasien yang mampu, yaitu pasien yang dirawat dikelas VIP dan kelas Utama. Tujuannya adalah untuk mensubsidi kepada kelas-kelas yang tarifnya telah ditentukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas tentu saja Rumah Sakit II XI, memerlukan perangkat manajemen yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian, sehingga pihak manajemen akan dapat menentukan tarif minimum yang harus dibebankan kepada pasien atau sebagai alat pengendalian biaya, sehingga diharapkan Rumah Sakit "X" dapat berkembang atau minimal mempertahankan kelangsungan operasionalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Hana Nadia
"PT. ABC sebagai pihak ketiga memiliki tugas mengelola klaim peserta asuransi dari perusahaan asuransi rekanannya. Biaya klaim terbesar berasal dari pengeluaran biaya rawat inap. Biaya pelayanan dasar rawat inap rumah sakit di Indonesia terdiri dari biaya kamar perawatan, konsultasi dokter UGD, observasi UGD, kamar perawatan khusus (ICU), jasa visit dokter umum dan spesialis, jasa konsultasi dokter spesialis, dan biaya operasi. Setiap rumah sakit memiliki tarif yang berbeda ? beda, dikarenakan pemerintah hanya mengatur tarif perawatan kelas III. Karena itu penelitian ini difokuskan pada kelas II yang memiliki tarif kamar perawatan dengan range Rp 181.000,- s/d Rp 361.000,- dan kelas I yang memiliki range tarif Rp 362.000,- s/d Rp 542.000,-. Penelitian ini dilakukan untuk mengelompokkan rumah sakit berdasarkan tarif pelayanan dasar rawat inap menjadi 7 kelompok rumah sakit dan melihat karakteristik setiap kelompok yang terbentuk. Dari hasil clustering diketahui daftar rumah sakit setiap kelompok dengan karakteristik yang berbeda setiap kelompok.

PT. ABC as a third party administration has a job to manage claims of insurance participants from his insurance company partners. The biggest claim cost came from inpatient service charge. Inpatient basic service charge of hospital consist of treatment room?s charge, ER doctor consultation, ER observation, ICU?s charge, doctor visit, specialist doctor visit, specialist doctor consultation, and operation charge. Each hospitals have different inpatient basic service charge because the government just manage the charge of grade 3. Therefore, this research focus on grade 2 which has treatment room?s charge range from Rp 181.000,- to Rp 361.000,- and grade 1 who has treatment room?s charge from Rp 362.000,- to Rp 542.000,-. The research is done to classify hospital based on inpatient basic service charge into seven hospital groups and determine the characteristics of each groups. From the result of this grouping are known the hospitals of each groups with different characteristics of each groups."
2016
S62589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library