Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ermawati
Abstrak :
Isi skripsi ini berupa tanggapan-tanggapan yang terdapat diberbagai media cetak tentang pelarangan dan penangguhan pementasan Pak Kanjeng di Surabaya. Tanggapan tersebut bila diklasifikasikan maka dibagi menjadi dua. Tanggapan pertama dari pihak keamanan dan pemerintah. Kedua, dari pihak masyarakat yang diwakili oleh seniman dan budayawan. Tanggapan kedua selain dari seniman dan budayawan juga dari mahasiswa, Dosen, anggota DPR, LBH, KomNas Ham, dan pengamat Politik Skripsi ini juga berisi latar belakang pelarangan dan penangguhan pementasan Pak Kanjeng di Surabaya. Pada bagian ini penulis menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun penciptaan (1990) dan pada tahun pementasan (1993-1994). Penulis menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1990 mempengaruhi penciptaan Naskah Pak Kanjeng, dan pada tahun pementasan (1993 - 1994) peristiwa-peristiwa tersebut (1990) terulang lagi Berdasarkan hasil penelitlan maka saya menyimpulkan bahwa adanya beberapa persamaan masalah. Persamaan itu yaitu masalah tanah, penggusuran, dan kekuasaan. Dengan adanya kesamaan itu maka terjadilah pelarangan dan penangguhan pementasan Pak Kanjeng.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S10840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Agustiana
Abstrak :
ABSTRAK
Sandiwara Sunda Miss Tjitjih sebagai kelompok seni pertunjukkan Indonesia sudah ada sejak pertengahan abad ke-20. Miss Tjitjih merupakan pengolahan kembali dari Komedi Stambul, Komedi Stambul didirikan oleh Agust Mahieu, seorang Indo-Perancis pada tahun 1891. Komedi Stambul mengambil idiom-idiom dari teater bangsawan. Teater bangsawan adalah teater berbahasa Melayu yang berkembang di masyarakat Melayu.

Kelompok sandiwara Sunda ini tiba di Jakarta pada tahun 1928. Namanya diubah dari Opera Valencia menjadi Sandiwara Miss Tjitjih. Sandiwara Sunda ini dipimpin seorang keturunan Arab, Abu Bakar Bafagih. Yang unik adalah penggunaan idiom tradisional Sunda pada setiap pertunjukannya. Bintang primadonanya bernama Nyi Tjitjih yang juga merupakan istri dari Abu Bakar Bafagih.

Setelah berkeliling Jakarta, pada saat kedaulatan RI kembali pada tahun 1951 Miss Tjitjih mendapat tempat di jalan Kramat Raya No. 43, Jakarta Pusat. Di sinilah Miss Tjitjih mendapat zaman keemasan. Hampir setiap hari mereka melakukan pertunjukan. Penontonnya pun datang dari luiar Jakarta, seperti Bekasi, Bogor dan Bandung. Meski begitu mereka tetap melakukan pertunjukkan di daerah seperti Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon. Sebagai apresiasi terhadap kiprah mereka di seni tradisional, banyak pihak memberikan penghargaan pada mereka.

Sayangnya sepeninggal Abu Bakar Bafagih, keadaan menjadi terbalik. Gedung pertunjukkan Miss tjitjih di Kramat Raya No. 43 dijual oleh para ahli waris. Harun Bafagih, satu-satunya anak Abu Bakar Bafagih yang mempunyai jiwa seni memutuskan untuk meneruskan jejak ayahnya. Dia memulai dari awal sekali. Dengan jatah warisannya, is membangun sandiwara Sunda Miss Tjitjih di jalan Stasiun Angke No. 2, Jakarta Barat.

Di tempat ini, pengunjung yang datang untuk menonton sandiwara Sunda ini semakin berkurang. Seluruh awak sandiwara mengalami kesulitan. Mereka terpaksa melakukan pekerjaan sampingan seperti menjadi supir atau tukang cuci baju. Pemerintah DKI, mulai dari Ali Sadikin, Tjokropanolo sampai R. Suprapto memberikan subsidi bagi keberlangsungan nasib Miss Tjitjih. Mereka juga. mengusahakan sebuah gedung pertunjukan. Kisah pencarian lokasi gedung begitu panjang, hingga akhimya dibangun sebuah gedung pertunjukan Miss Tjitjih di jalan Label Pendek, Kemayoran, Jakarta pusat.
2001
S12378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Husnul Chatimah
Abstrak :
Akademi Teater Nasional Indonesia merupakan lembaga pendidikan kesenian pertama di Jakarta yang berdiri tahun 1955. Terbentuknya ATNI atas prakarsa tokoh kesenian yakni Usmar Ismail dan Asrul Sani. Dengan latar belakang pengalaman Usmar Ismail di bidang teater dan film serta juga Asrul Sani yang mengenyam pendidikan teater di Amerika serikat, sepakat untuk membentuk pendidikan teater di dalam ATNI mengacu pada kesenian teater Barat. Kondisi perkembangan pemikiran berbagai golongan politik, kesenian dan kebudayaan pada saat itu mendukung kehadiran ATNI di tengah masyarakat. Dukungan nyata kepada ATNI terlihat dari partisipasi tokoh `cendikiawan yang seniman' untuk menjadi pengajar di ATNI. Selain itu juga dukungan terlihat dari minat penonton di setiap pertunjukan yang ATNI tampilkan. Tak luput peran media massa yang pada saat itu sedang berkembang dengan pesat. Kebesaran nama ATNI yang nampak dari luar ternyata merupakan hasil dari suatu proses belajar mengajar yang kerap berpindah-pindah tempat belajar. Hal ini disebabkan minimnya dana yang dimiliki ATNI pada masa itu. Bantuan yang diterima ATNI selain dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga dari Rockefeller Foundation, sebuah yayasan dari Amerika yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dan kesenian di Indonesia. ATNI yang pada awal berdirinya telah memiliki serangkaian konsep dan peraturan yang jelas tentang cara menjalankan pendidikan, dalam prakteknya sering kali ATNI harus menyesuaikan diri dengan keadaan dan tidak berhasil menjalankan ketetapan yang telah dibuatnya sendiri. ATNI dengan konsep teater Barat menggunakan metode teater Stanislavsky di dalam pelajaran dan praktek teater. Wujud karya ATNI terlihat dari berbagai pementasan teater yang berhasil ATNI pentaskan selama kurun waktu 1957-1963. Kondisi jaman pada masa itu tidak sedikit memberikan dampak pada ATNI. Sebuah kondisi masyarakat yang sedang meneari dan membutuhkan alternatif lain dalam bentuk apresiasi kesenian menerima kehadiran ATNI dengan baik di tengah-tengah masyarak.at. Model Barat dianggap suatu bentuk modern. Namun juga karena Barat dan bekerjasama dengan sebuah yayasan Barat (Rockefeller Foundation) ATNI menerima kecaman dari tokoh kesenian dan politik yang beraliran Realisme sosialis. Meski kecaman ini hanya berupa perdebatan pemikiran di media massa, namun cukup membuat kondisi ATNI tidak lagi memiliki kegiatan di tahun 1965-1966. Kelumpuhan ATNI selain dikarenakan masalah teknis keuangan juga kondisi politik yang tidak kendusif serta para pengajar ATNI yang terlibat kegiatan lain di luar Akademi. ATNI, meski hanya berusia 13 tahun telah mampu menghasilkan anak didik yang dapat mengembangkan kesenian teater di masa setelahnya dan membawa altematif bentuk teater di dalam sejarah teater modern Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sri Danardana
Abstrak :
Tesis ini menelaah struktur teks dramatik lakon Samar Gugat (SG) karya N. Riantiamo. Telaah mencakupi tiga hal, yakni (1) analisis struktur teks dramatik, (2) analisis sumber konflik, konflik-konflik, dan tema, serta (3) analisis makna. Dari hasil analisis struktur teks dramatiknya, dapat diketahui bahwa lakon SG sedikit-banyak dikemas mengikuti logika wayang. Bukan hanya latar dan tokoh-tokohnya yang diambil dari dunia wayang, tetapi juga wujud atau bentuk teks dramatiknya Bentuk teks dramatik lakon SG dibangun tidak hanya melalui adegan-adegan dialog antartokoh, tetapi juga melalui adegan-adegan nondialog ala, janturan dan pocapan yang diucapkan dalang dalam lakon wayang. Sebagai konsekuensi logis atas pemanfaatan mitologi wayang itu, teks dramatik lakon SG tidak terkesan "cerewet" dan "bawel". Karena wayang sudah menjadi pengetahuan umum, Riantiarno tidak perlu lagi memberi penjelasan dengan panjang lebar (dalam petunjuk pemanggungan) pads latar dan tokoh yang hendak ditampilkan. Melalui penelusuran sumber konflik dan konflik-konfliknya, dapat disimpulkan bahwa tema lakon SG adalah ketidakberdayaan kaum inferior atas kesewenang-wenangan kaum superior, Sementara itu, dari analisis makna, dapat diketahui bahwa lakon SG menyembunyikan ideologi tertentu: pelanggengan kekuasaan. Sebagai kaum inferior (abdi), Semar selalu diharapkan mampu melayani kaum superior (tuan: Srikandi-Arjuna). Sekalipun telah berusaha menggugat, nasib Semar tidak pernah berubah. Kekalahan Semar dalam peperangan menghadapi Arjuna, di satu sisi, justru mempertegas nasib buruknya itu. Di sisi lain, kekalahan Semar itu juga mempertegas superioritas Srikandi-Arjun.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T37270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Widjayajaati Seodjono Azwar
Abstrak :
Dalam disertasi ini dilaporkan hasil penelitian mengenai parodi mitos tradisional dalam drama modem Indonesia Konglomerat Burisrawa, karva N.Riantiarno yang bersumberkan pada cerita wayang, Sunibadra Laming. Berdasarkan teori semiotik, penelitian ini menjaw ab bahwa drama modern tersebut bersifat parodial yang merupakan satire atas jaman. Hasil analisis sintaksis, semantik dan pragmatik memperlihatkan bahwa terdapat penyimpangan konvensi wayang dalam drama ini. Dari analis sintaksis duumpai penyimpangan alur dan pengaluran. Sementara itu analisis semantik dan pragmatik memperlihatkan adanya penyimpangan tokoh, termasuk nilai-nilai wayang, dan latar (latar ruang dan latar tempat). Sedangkan dari hasil analisis pertunjukan dijumpai penyimpangan kostum, dekor, tata rias (balk tata rias rambut mau pun tata rias wajah) dan tata suara / ilustrasi musik. Penyimpangan-penyimpangan yang terdapat pada hampir seluruh unsur dalam drama ini merupakan parodi.terhadap kemapanan wayang. Dalam hal ini terjadi desakralisasi wayang. Unsur-unsur parodi ini digunakan pula sebagai satire masyarakat jamannya. Di balik kemapanan wayang terdapat kemapanan Orde Baru yang menjadi obyek satire. Satrie alas jaman dalam drama ini ditujukan untuk menyampaikan kritik sosial atas maraknya konglomerasi yang semakin menunjukkan kesenjangan sosial dalam masayrakat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D1642
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library