Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susan Elisa Tazar
Abstrak :
Sediaan obat asma di Indonesia mengandung teofilin sebagai zat berkhasiat. Selain itu, juga ditemukan zat berkhasiat lain seperti efadrin hidroklorida, bromheksin hidroklorida, gliseril guaikolat, klorfeniramin maleat, luminal, dan lain-lain. Karena sediaan obat asma ini mengandung lebih dari satu zat berkhasiat, maka sulit untuk menetapkan kadar kompone-komponen secara bersamaan tanpa pemisahan terlebih dahulu. Metode kroatografi lapisan tipis (KLT) dapat digunakan sebagai untuk memisahkan komponen zat berkhasiat yang terdapat dalam sirup obat asma. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh euleun yang tepat untuk memisahkan teofilin, efadrin hidroklorida, dan bromheksin hidroklorida serta menetapkan kadar tiap komponen tersebut secara spektrofotodensitometri. Untuk mencari eluen yang tepat digunakan sistem optimasi prisma.

Satu sample sirup obat asma telah ditetapkan kadar teofilin, efadrin, hidroklorida, dan bromheksin hidroklorida-nya secara spektofotodensitometri seteleh diekstrasi dan dipisahkan dengan KLT menggunakan eluen etanol-2-propanol- dioksidan-amonia dengan perbandingan 12;6;2;0;2.

Kadar tiga zat berkhasiat dalam sample yang diperiksa memenuhi syarat karena terletak antara 90%-110% dari kadar yang tertera pada etiket.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Restu Kurnianingsih
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang profile teofilin dalam plasma dan urine setelah pemberian.peroral ka psul teofilin yang berisi 300 my teofilin.. Penelitian tersebut dilakukan terhada p 12 orang sukarelawan yang sehat, berat badan berkisar antara 47 sampal 58 kg. umur berkisar antara 17 sam pai 28 tahun. Pengambilan darah dilakukan sebelum obat diberikan, 60, 120, 180, 240, 360, 480 menit setelah ohat diminum. Urine dikump ulkan pada interval waktu tertentu selama 48 jam. Konsentrasi teofilin daiarn plasma dan urine ditetapkan secara spektr ofotometri. Dari hasil penelitian didapatkan kadar terapi teofilin dalam plasma dapat dicapal dengan pembenian 300 my teofilin. Ada hubungan antara profil teofilin dalam plasma dan urine dimana waktu untuk mencapai ekskresi puncak.teofilin dalam urine sama dengan waktu untuk mencapai kadar puncak teofilin dalam plasma pada t mid. Juga diperoleh parameter-parameter farmakokinetik seperti waktu oaruh teofilin (1 1/2), tetapan kece patan eliminasi (Ke), tetapankecepatan abbsorpsi (Ka) dan ekskresi teofilin dalam urine kumulatif. ......The studies of theophylline profile in plasma and urine after given theophylline orally capsule which contain 300 mg theophylline - has been carried out. The studies involved twelve healthy male volunteers, the range of body weight are beetwen 47 to 58 kg and the ages are between 17 to 28 years old. Blood samples were taken right before the drug was administered and 60, 120, 180, 240, 360, 480 minutes after that. Urine samples were collected at regular intervals over 48 hour periods. The concentration of theophylline in plasma and urine samples were determined by spectrophotometric method. From the data obtained, we observed that the therapeutic concentration of theophylline was reached after given 300 mg theophylline. There was relationship between theophylline profile in plasma and urine, in which the time needed to reach the maximum theophylline excreation in urine was same as the time needed to reach the maximum theophylline plasma concentration at t mid. From the data we also observed the pharmacokinetic parameters as the half ii:fe- (T1/2) elimination rate constant ( Ke ), absorption rate constant ( Ke ) and cumulative urinary excretion.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S31821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dengan berkembangnya teknologi formulasi obat dan juga kemajuan di bidang pengobatan, telah dibuat teofilin dalam bentuk sediaan lepas lambat (SLLB). Hal ini menguntungkan bagi pasien, karena selain kepatuhan dapat ditingkatkan kadar obat dalam darah dapat terkendali dengan baik. Bioavailabilitas dan bioekivalensi obat SLLB perlu diketahui dengan baik. Untuk teofilin hal ini terutama karena, disamping indeks terapi sempit juga adanya perbedaan antar individu dalam parameter farmakokinetik. Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian terhadap tablet Uniphyllin® Continus® yang merupakan teofilin bentuk SLLB baru dibandingkan dengan teofilin sediaan biasa. Penelitian dilakukan terhadap 13 sukarelawan sehat, pria dewasa. Minggu I diberikan teofilin sediaan biasa selama 3 hari, 4x150 mg/hari (9 dosis). Pada minggu II diberikan sediaan lepas lambat selama 3 hari, 2 x 300-400 mg/hari (5 dosis). Pada hari ke-3 dalam keadaan puasa, sebelum dan sesudah makan obat, diambil darah dari vena kubiti. Pada sediaan biasa darah diambil pada jam 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 6; 9; dan 11. Pada sediaan lepas lambat darah diambil pada jam 0; 2; 3; 4; 5; 7; 9; 12; 15 dan 24. Kadar teofilin plasma diukur dengan metoda enzyme immunoassay-turbidimetry (ACA IV). Dari kadar yang didapat dihitung berbagai parameter farmakokinetik. Hasil dan Kesimpulan: Data farmakokinetik diperoleh dari 12 subyek (satu subyek dibatalkan berhubung efek samping yang berat), sebagai berikut : Cmax tablet sediaan lepas lambat (SLLB) 12,17 μg/mL dan pada sediaan biasa (SBS) 15,75 μg/mL, kedua nilai Cmax berbeda bermakna (p < 0,01). Cmin pada SLLB 8,10 μg/mL dan pada SBS 10,39 µg/mL, kedua nilai berbeda bermakna (p <0,01). Nilai tmax SLLB adalah pada jam ke-4 sedang pada SBS pada jam ke-1,13; keduanya berbeda sangat bermakna (p<0,001). Hasil indeks fluktuasi (IF) antara SLLB dan SBS tidak berbeda (p >0,05; IF SLLB = 0,42 dan IF SBS = 0,44). Dari data farmakokinetik terlihat tablet Uniphyllin® Continus® merupakan suatu sediaan lepas lambat. Variabilitas parameter antar subyek disebabkan oleh variabilitas metabolisme obat, sehingga menimbulkan fluktuasi kadar obat. Oleh karena itu, pada kondlsi tertentu sebaiknya penggunaan teofilin diikuti dengan pemeriksaan kadar obat dalam darah.
ABSTRACT Comparative Study Of Plasma Concentration Of Theophylline Using Sustained Released Tablet Uniphyllin® Continus® 300-400 Mg With Plain Capsules Of Theophylline150 MgScope and Method of Study: Advances in drug formulation and therapeutics make it possible to produce various controlled-release (CR) theophylline preparations. Such dosage form has been advocated to be more advantageous than the conventional form as it may in-crease patient?s compliance, and the plasma concentration of the drug to be more controllable. The bioavailability and bioequivalence of sustained released drugs should be carefully observed. This is particularly important for theophylline, because not only it has a narrow margin of safety but also the capacity to metabolize the drug varies markedly between individuals. Uniphyllin® Continus®, a controlled release theophylline preparation, is to be marketed soon here. The aim of the present study is to confirm its controlled release characteristics compared with a conventional release (CVR) dosage form. Thirteen healthy Indonesian volunteers participated in this study. They were given 150 mg of CVR theophylline 4 times daily for 9 dosages. Venous blood samples were taken at 0; 0.5; 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 6; 9 and 11 hours after the last dosage. After a wash-out period of two weeks, the subjects took the CR tablets twice daily for 5 dosages. Subjects with body weights less than 70 kg were given 300 mg tablets, and heavier subjects were given 400 mg tablets. Blood samples were drawn at 0; 2; 3; 4; 5; 7; 9; 12; 15 and 24 hours. Plasma theophylline concentration was determined by enzyme immunoassay-turbidimetric method (ACA IV, Dupont). Findings and Conclusions: Data was analyzed from 12 subjects (one subject dropped due to serious adverse reactions). The mean of peak concentrations (Cmax) of the CR and CVR dosage forms were 12.17 and 15.75, μg/mL, respectively (p <0.01). Trough concentrations (Cmin) of the CR and CVR forms were 8.10 and 10.39 µg/mL, respectively (p < 0.01). The time to attain Cmax (tmax) for the CR and CVR forms were 4 and 1.13 hours, respectively (p < 0.001). The fluctuation index (FI) of the CR and CVR forms were 0.42 and 0.44, respectively; which are not significantly different. The pharmacokinetic data show that Uniphyllin® Continus® tablet is a slow sustain released tablet. Variability between subjects caused by variability in drug metabolism produce fluctuations in the plasma concentration of the drug.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniati Sahim
Abstrak :
ABSTRAK
Pemeriksaan laju larut dan laju absorpsi terhadap tablet Terbutalin dan kapsul Teofilin yang merupakan obat-obat bronkodilator telah dilakukan secara in vitro. Pemeriksaan laju larut dilakukan dalam cairan lambung buatan pH 1,2 dan plf 3,0 dengan menggunakan alat simulator kelarutan. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan ini menunjukkan bahwa jumlah maksimum zat yang tenlarut untuk masing-masing bronkodilator, balk pada pH 1 ,2 maupun pif 3,0 tidak ada perbedaan bermakna secara statistik; dimana untuk tablet Terbutalin dicapai pada menit ke 36 dan untuk kapsul Teofilin dicapal pada menit ke 42. Pemeriksaan laju absorpsi dilakukan dalam cairan lambung buatan pH 1,2 dan pif 3 9 0 , dalarn cairan usus buatan PIT 6 9 5 , yang dimasukkan kedalam cairan plasma buatan pH 7,5 melalui lapisan lemak buatan dengan menggunakan alat simulator absorpsi. Dari pemeriksaan ini ternyata bahwa laju absorpsi masingmasing bronkodilator berbeda berrnakna secara statistik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Novita
Abstrak :
ABSTRAK Kitosan adalah polimer alam yang bersifat nontoksik dan biokompatibel, namun karena dapat larut dalam suasana asam maka dibuat sintesa derivat kitosan yaitu kitosan ftalat. Kitosan direaksikan dengan ftalat anhidrida, kemudian hasil yang diperoleh yaitu kitosan ftalat diuji gugus fungsinya menggunakan FTIR dan ditentukan juga derajat subtitusinya secara spektofotometri UV-Vis. Pada penelitian ini kitosan ftalat digunakan sebagai matriks sediaan lepas lambat dengan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi FTIR, diperoleh gugus amida pada 1660-1670 cm’, gugus aromatis pada 1580 cm dengan derajat subtitusi sebesar 8,94%. Daci hasil uji disolusi tablet teofilin diketahui bahwa kitosan ftalat memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sistem penghantaran sediaan obat lepas lambat ABSTRACT Chitosan is a natural polymer that is nontoxic and biocompatible, but because it can dissolve in an acid environment, so synthesis of chitosan derivates namely chitosan phthalate is made. Chitosan reacted with phthalate anhydride, then the result is chitosan phthalate was tested using FTIR and degree of subtitution of phthalate group was determined by spectrophotometry UV-Vis. In this study, chitosan phthalate used as a matrix of sustained release dossage form with theophylline as a model of drug. Based on rue evaluation obtained amida group at 1660-1670 cm", aromatic group at 1580 cm’ with degree of subtitution 8,94%. From the dissolution of theophylline tablets, it is known that chitosan phthalate has an ability as a matrix of sustained release drug delivery system
Depok: [Universitas Indonesia;, ], 2010
S33107
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Indrawati Sukmadji
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Friska
Abstrak :
Kitosan adalah polimer alam yang bersifat nontoksik dan biokompatibel, namun karena dapat rusak dalam suasana asam maka dibuat sintesa derivat kitosan yaitu N-(2-karboksibenzil) kitosan. Kitosan direaksikan dengan 2-karboksibenzaldehid, kemudian hasil yang diperoleh yaitu N-(2-karboksibenzil)kitosan diuji gugus fungsinya menggunakan FTIR dan ditentukan juga derajat subtitusinya secara potensiometri. Pada penelitian ini N-(2-karboksibenzil)kitosan digunakan sebagai matriks sediaan lepas lambat dengan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi FTIR diperoleh gugus fungsi C=O karboksilat pada 1750 cm-1, C-N pada 1100 cm-1 dan 1650 cm-1 dengan derajat substitusi sebesar 2,083 mmol/gram. Dari hasil uji disolusi tablet teofilin diketahui bahwa N-(2-karboksibenzil) kitosan memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sistem penghantaran sediaan obat lepas lambat.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Filinda Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Merk dagang obat asma yang beredar di Indonesia sangat banyak, dan banyak di antaranya yang mengandung teofilin sebagai zat berkhasiatnya. Zat berkhasiat lain yang juga sering ditemui misalnya efedrin hidrokiorida, bromheksin hidroklorida, gliseril gualakolat, kiorfeniramin maleat, predinosolon, dan lain-lainnya. Umumnya sediaan obat asma ini mengandung lebih dan 1 zat berkhasiat, karena itu sulit untuk menetapkan kadar komponen-komponennya secara simultan tanpa pemisahan terlebih dulu. Untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam tablet obat asma digunakan kromatografi lapisan tipis. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh eluen yang tepat untuk memisahkan teofilin, bromheksin hidroklorida, dan efedrin hidroklorida, dan menetapkan kadar ketiga komponen tersebut secara spektrofotodensitometri. Untuk mencari eluen ini digunakan sistem optimasi prisma. Tiga sampel tablet asma telah ditetapkan kadar teofilin, bromheksin hidroklorida, dan efednin hidroklonidanya secara spektrofotodensitometri setelah dipisahkan dengan kromatografi lapisan tipis menggunakan eluen etanol - 2-propanol - dioksan - amonia dengan perbandingan 12:6:2:0,2. Kadar teofilin, bromheksin hidrokIorda, dan efedrin hidrokiorida pada ketiga sampel tersebut memenuhi syarat (90,0 % - 110,0 % dari kadar yang tertera pada etiket). ABSTRACT
There are a lot of trademarks of asthmatic drugs in Indonesia , and many of them contain theophylline as the active ingredient. Other active ingredients usually found are ephedrine hydrochloride , bromhexine hydrochloride glyceryl guatacolate chlorpheniramine maleate prednisolone , and so on. Usually asthmatic druscontain more than 1 active ingredients , therefore simultaneous determination of the components without preceding separation is complicated. To separate the components of asthmatic drug tablet , thin layer chromatography is used. The purpose of this study are to obtain the most suitable mobile phase to separate theophylline bromhexine hydrochloride , and ephedrine hydrochloride and to determine the quantities of the three components spectrophotodensitometrically. In order to search for this mobile phase , prisma optimization system is used. The quantities of theophylline , bromhexine hydrochloride , and ephedrine hydrochloride in three samples of asthmatic drug tablets have been determined spectrophotcdensitornetrically after being separated with thin layer chromatography using mobile phase consisting of ethanol - 2-propanol - dioxan - ammonia (12:6:2:0,2). The quantities of theophylline , bromhexine hydrochloride , and ephedrine hydrochloride in the three samples meet.. the requirement (90,0 % -110,0 % from the quantity written on the label).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pradana
Abstrak :
Pregelatinisasi pati singkong (PPS) merupakan pati yang mengalami modifikasi fisika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan fungsionalitas dari PPS dengan membuat koproses yang terbuat dari PPS dan metilselulosa (MC) dengan variasi perbandingan 2:1, 3:1, dan 4:1, serta mengaplikasikan eksipien koproses tersebut sebagai bahan penyalut tablet teofilin yang dapat menahan pelepasan obat. Eksipien koproses dikarakterisasi meliputi morfologi, distribusi ukuran partikel, indeks kompresibilitas, laju alir dan sudut istirahat, analisis termal, higroskopisitas, viskositas, kekuatan gel, daya mengembang, dan analisis gugus fungsi. Tablet teofilin yang disalut dengan PPS, MC, dan koproses PPS-MC (4:1) dikarakterisasi serta dibuat profil pelepasan obat dalam medium klorida pH 1,2 dan fosfat pH 7,2. Hasil karakterisasi koproses PPS-MC menunjukkan peningkatan fungsionalitas PPS dan sinergisme PPS dengan MC. Sementara itu, uji pelepasan obat secara in vitro menunjukkan tablet teofilin yang disalut dengan MC 1%, koproses PPS-MC (4:1) 4% dan 2% dapat memperlambat pelepasan obat pada kedua medium.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alawiyah Aswar
Abstrak :
Eksipien koproses merupakan kombinasi dua atau lebih eksipien yang memiliki keuntungan penampilan yang tidak dapat dicapai oleh pencampuran secara fisik biasa dengan eksipien yang sama. Kombinasi eksipien yang dipilih dapat melengkapi satu sama lain untuk menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien sekaligus dapat mempertahankan atau meningkatkan sifat eksipien yang diinginkan. Pregelatinisasi pati singkong (PPS) sebagai matriks hidrofilik belum menghasilkan laju disolusi obat yang konstan, oleh sebab itu pada penelitian ini dikombinasikan dengan karboksimetilselulosa (CMC). Sifat pembentuk gel dari CMC diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pembentukan gel dari pati, sebagai matriks dalam sediaan lepas terkendali sehingga mampu menahan pelepasan obat dari sediaan. Koproses PPS - CMC dibuat dengan mendispersikan PPS dalam air (1:5) dan CMC dengan konsentrasi 5% b/v, keduanya dicampurkan dengan berbagai perbandingan yaitu 4:1, 3:1, dan 2:1. Eksipien koproses 4:1 dan 2:1 digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet serta dilakukan perbandingan dengan matriks PPS dan CMC sebagai eksipien awal penyusunnya. Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan teofilin sebagai model obat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa eksipien koproses yang dihasilkan memiliki sifat fisik lebih baik dibandingkan eksipien awal penyusunnya (PPS dan CMC), namun sebagai matriks belum mampu menahan pelepasan obat dengan baik.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33151
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>