Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitohang, Romaully
Abstrak :
Tingkat pengetahuan dan sikap Perawat dalam komunikasi terapeutik sangatlah pentinguntuk menunjang keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Bertujuan untukmengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam melakukankomunikasi terapeutik. Penelitian ini meggunakan desain cross sectional, sample sebanyak92 orang perawat, teknik pengambilan data secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatpengetahuan dan sikap dalam berkomunikasi terapeutik pada perawat di RS FatmawatiJakarta tahun 2016 p value =0,248. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahanpertimbangan agar perawat diberikan pelatihan komunikasi dan sikap dalam berkomunikasiterapeutik, serta penelitian selanjutnya bisa meneliti apa yang belum diteliti dalam halkomunikasi terapeutik. ......The level of knowledge and attitude of Nurse in therapeutic communication is veryimportant to support the success of nursing care. Aims to determine the relationshipbetween the level of knowledge and attitude of nurses in conducting therapeuticcommunication. This research used cross sectional design, 92 samples of nurses, andsimple random sampling technique. The results showed that there was no significant relationship between the level of knowledge and attitude in communicatingtherapeutic at nurses at Fatmawati Hospital Jakarta 2016 p value 0,248. Theresults of the study are expected to be considered for nurses to be givencommunication training and attitude in therapeutic communication, and furtherresearch can examine what has not been investigated in terms of therapeuticcommunication.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adwin Haryo Indrawan Sumartono
Abstrak :
Trikuriasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis. Di Jakarta prevalensi trikuriasis tergolong tinggi dengan prevalensi tertinggi di Jakarta Timur (41,7%). Di Jakarta Timur, terdapat pesantren dengan kepadatan santri yang tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas sehingga diperlukan penyuluhan agar terhindar trikuriasis. Agar diterima dengan baik, penyuluhan harus diberikan sesuai pengetahuan yang dimiliki dan karakteristik santri. Karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai T. trichiura dan hubungannya dengan karakteristik santri. Penelitian dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai T. trichiura kepada semua santri. Data diolah dengan program SPSS versi 16 dan dianalisis dengan uji chi square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 9 orang (5,8%), cukup 28 orang (18,2%), dan pengetahuan rendah 117 orang (76%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan dan sumber informasi paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah informasi (chi square, p=0,183), namun terdapat perbedaan bermakna (chi square, p<0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura dengan jenis kelamin. Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, jumlah informasi dan sumber informasi paling berkesan tetapi berhubungan dengan jenis kelamin. ......Trichuriasis has become a public health problem in the tropics. In Jakarta, trichuriasis prevalence is high with the highest prevalence in East Jakarta (41.7%). In East Jakarta, there are boarding schools with students who are highly populated with limited sanitation facilities so that it is necessary to give health promotions to avoid trichuriasis. Education should be given with appropriate level of knowledge and demographic characteristics of students.Therefore this study aims to determine the level of knowledge students on T. trichiura and its relation to the characteristics of students. The study was conducted in Pesantren X, East Jakarta with cross-sectional design. Data was taken on January 22, 2011 by distributing questionnaire which had questions about T. trichiura to all students. Data was processed with SPSS version 16 and analyzed by chi square and Kolmogorov-Smirnov tests. The results showed that students have a good level of knowledge were 9 people (5.8%), fair 28 people (18.2%), and poor knowledge 117 people (76%). There were no significant differences between the level of knowledge with their grades, information sources most memorable (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), and the amount of information (chi square, p = 0.183), but there were significant differences between the level of knowledge on T. trichiura with their sex (chi square, p< 0.05). Therefore, level of knowledge about T. trichiura was not associated with level of education, the amount of information and most memorable information sources but was associated with their sex.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Yusnipah
Abstrak :
ABSTRAK Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Halusinasi merupakan bentuk perilaku yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa. Pengetahuan keluarga sangat diperlukan dalam merawat pasien dengan halusinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan teknik purposive sampling terhadap 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57,7% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam merawat pasien halusinasi, 25 % responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 17,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini mengindikasikan pentingnya pengetahuan bagi keluarga dalam merawat pasien halusinasi.
abstract People with mental disorders tend to increase. Hallucination is a form of behavior that often found in patient with psychiatric disorders. Knowledge of the family is important to cure patient with hallucination. The purpose of this study was to determine the extent of the knowledge level of the family in caring for patient hallucination in Psychiatric Clinic of the Hospital Marzoeki Mahdi Bogor. This study is descriptive, using a purposive sampling technique on 104 respondents. The results showed that 57.7% of respondents have particularly high levels of knowledge in caring patient hallutination, 25% of respondents have a mid level of knowledge , and 17.3% have a low knowledge level. This study indicates the importance of knowledge in caring patient hallucination for the family.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kurniah
Abstrak :
ABSTRAK
Bermain terapeutik sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek hospitalisasi dan kelangsungan tumbuh kembang anak yang dirawat di rumah sakit. Fenomena yang ditemukan adalah bermain terapeutik belum berjalan optimal. Pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik akan mempengaruhi perilaku perawat dalam pelaksanaan bermain terapeutik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian deskriptif dengan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel 74 perawat ruang rawat inap anak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar 73% perawat memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang bermain terapeutik. Disarankan untuk rumah sakit agar membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung peningkatan pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik.
Abstract
Therapeutic play is very important to reduce the effects of hospitalization and the continuity of growth and development of children whom cared at hospital. Unfortunately, therapeutic play has not been implemented optimally. Nurses? knowledge about therapeutic play will affect their behavior in the implementation of therapeutic play. The research objective was to determine nurses? knowledge level about therapeutic play in the children ward RSAB Harapan Kita. This research used descriptive design with cluster random sampling techniques. The respondents were 74 nurses who work in inpatient ward. Data was collected using questionnaires, and was analysis using univariate analysis. The results obtained as much as 73% of nurses had sufficient levels of knowledge about therapeutic play. It is recommended that hospital establishes policies that support the improvement of nursing knowledge about therapeutic play. ;
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43477
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fairus Ali Abdad
Abstrak :
Pasien gangguan jiwa kerap kali mendapatkan perawatan yang kurang sesuai dengan pemenuhan hak azasi manusia. Model safeward merupakan intervensi keperawatan yang dirancang untuk mengurangi konflik dan kejadian restrain dan seklusi dalam layanan rawat inap psikiatri dengan sepuluh intervensi berbasis bukti. Ruang PHCU (Psychiatric High Care Unit) merupakan ruang perawatan psikiatri yang digunakan untuk merawat pasien akut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional yang dilakukan di Ruang PHCU RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Populasi penelitian adalah perawat Ruang PHCU dengan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dalam format digital. Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik perawat sebagian besar adalah wanita, berumur 31-60 tahun, jenjang pendidikan D-III Keperawatan, pengalaman kerja di Ruang PHCU lebih dari lima tahun dan sebagian besar belum pernah mengikuti pelatihan safeward. Jenis konflik yang sering dijumpai adalah pasien menolak minum obat dan jenis restrain yang sering dilakukan adalah mengikat pasien. Dari hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai α ≤ 0,05 diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kejadian restrain dan seklusi dan tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian restrain dan seklusi. Manajemen kiranya perlu segera melengkapi perangkat regulasi yang jelas untuk mendorong pelaksanaan model safeward yang lebih terstruktur, melaksanakan monitor dan evaluasi terkait penerapan model, menyiapkan program inovasi yang mendukung penerapan model, melakukan upaya percepatan pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana terutama yang berkaitan dengan sistem informasi terintegrasi dan mulai mengkaji kemungkinan burnout dari perawat yang bekerja di Ruang PHCU. ......Patients with mental disorders often receive treatment that is not in accordance with the fulfillment of human rights. The safeward model is a nursing intervention designed to reduce conflict and the incidence of restraint and exclusion in psychiatric inpatient services with ten evidence-based interventions. The PHCU (Psychiatric High Care Unit) room is a psychiatric treatment room used to treat acute patients. This research is a descriptive analytic study with cross sectional method which was conducted in the PHCU Room of RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The research population is PHCU room nurses with total sampling method. Data were collected using a questionnaire in digital format. The results showed that the characteristics of nurses were mostly women, aged 31-60 years, education level D-III Nursing, working experience in the PHCU Ward more than five years and most of them had never attended safeward training. The type of conflict that is often encountered is the patient refusing to take medication and the type of restraint that is often used is to bind the patient. From the results of statistical analysis using the chi-square test with a significance level of 95% and a value of 0.05, it is known that there is a relationship between the level of knowledge and the attitude of nurses, but there is no relationship between the level of knowledge of nurses with the incidence of restraint and exclusion and there is no relationship between the level of knowledge of nurses and the incidence of restraint and exclusion. attitude with the incidence of restraint and seclution. Management should immediately complete clear regulatory tools to encourage the implementation of a more structured safeward model, carry out monitoring and evaluation related to the application of the model, prepare an innovation program that supports the implementation of the model, make efforts to accelerate the fulfillment of facilities, facilities and infrastructure, especially those related to integrated information systems. and begin to examine the possibility of burnout from nurses who work in the PHCU Ward.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenneth Gunawan
Abstrak :
Skabies merupakan penyakit kulit yang memiliki prevalensi cukup tinggi di pesantren Karena itu perlu adanya tindakan pemberantasan skabies salah satunya dengan diadakannya penyuluhan Penyuluhan diharapkan dapat mencegah terjadinya skabies maupun rekurensinya Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai penularan skabies Penelitian ini menggunakan metode pre post study Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Juni 2013 dengan cara total sampling terhadap 100 orang santri kemudian santri diminta untuk mengisi kuesioner mengenai penularan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan Hasil pengambilan data menunjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia 17 tahun 69 jenjang pendidikan Tsanawiyah 53 memperoleh informasi dari 3 sumber informasi 76 dan telah menderita skabies 3 bulan 61 Sebelum penyuluhan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 10 28 berpengetahuan sedang dan 62 berpengetahuan kurang Setelah penyuluhan sebanyak 24 memiliki tingkat pengetahuan baik 38 berpengetahuan sedang dan 38 berpengetahuan kurang Uji Chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia tingkat pendidikan dan sumber informasi p 0 05 namun terdapat hubungan dengan lama menderita skabies p 0 05 Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan p 0 05 Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan skabies.
Scabies is a skin disease that has high prevalence in pesantren Therefore scabies needs to be eradicated by doing counseling Counseling was expected to prevent scabies and its reccurence The objective of this research was to know the effectivity of counseling to the level of knowledge about scabies transmission This research used pre post study method Data was collected on June 9 2013 with total sampling method to 100 students who were asked to fill out questionnaires about scabies transmission before and after counseling The results from data collection showed that most respondents were 17 years old 69 in Tsanawiyah education level level 35 got information about scabies from 3 sources 76 and had suffered from scabies 3 months 61 Before the counseling was given 10 of the respondents had good knowledge 28 had moderate knowledge and 62 had poor knowledge After counseling 24 subjects had good knowledge level 38 had moderate knowledge and 38 had poor knowledge Chi square tests showed that there is no relation between the level of knowledge and age education level and source of information p 0 05 However there is relation between level of knowledge and duration in which the subjects suffered from scabies p 0 05 Moreover marginal homogeneity tests showed that there is significant difference between the level of knowledge before and after the counseling p 0 05 In conclusion counseling is effective in improving students rsquo level of knowledge about the transmission of scabies.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Krisnanda
Abstrak :
Skabies adalah penyakit kulit akibat parasit yang banyak terdapat di pesantren dan sangat menurunkan produktivitas santri. Oleh karena itu, pengetahuan santri terhadap skabies harus ditingkatkan agar waspada terhadap skabies. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efek penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pencegahan skabies. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Data diambil pada tanggal 22 Januari 2011 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pencegahan skabies kepada 140 santri pesantren X, Jakarta timur. Hasilnya menunjukkan, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi skabies dari tiga sumber informasi (36,4%), paling berkesan dari dokter (62,8%). Didapatkan, 82,1% santri memiliki tingkat pengetahuan kurang dan 9,3% santri memiliki tingkat pengetahuan baik sebelum penyuluhan dan tingkat pengetahuan tersebut tidak berbeda bermakna dengan karakteristik responden (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri yang tingkat pengetahuannya kurang 33,6% sedangkan yang berpengetahuan baik 45,7%. Tingkat pengetahuan tersebut tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05) tetapi berhubungan dengan sumber informasi paling berkesan (chi square, p<0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies antara sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi penyuluhan.
Scabies is skin disease prevalent among pesantren students, thus lowering productivity of infested students. Therefore, students’ knowledge against scabies should be improved to increase their awareness of the disease. This study was conducted to know the influence of scabies health promotion on scabies prevention knowledge level of pesantren X, East Jakarta students. Data of this pre-post study was taken on January 22, 2011 through questionnaire about scabies prevention from 140 pesantren X students. Results showed most students were ≤15 years old (56,4%), male (57,9%), tsanawiyah (51,4%), having three information sources on scabies (36,4%), choosing doctor as the best information source (62,8%). Before health promotion, there were 82.1% students who had poor knowledge, 9.3% good and the knowledge level wasn’t significantly related to their characteristic (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). After health promotion, students who had poor knowledge 33.6% while the good ones 45.7%. The knowledge wasn’t significantly related to their characteristic (chi square, p>0,05) but their best information source was (chi square, p<0,05). Marginal homogeneity test showed significant difference of students’ knowledge level on scabies prevention before and after health promotion (p<0.001). In conclusion, scabies prevention knowledge level of the students wasn’t related to their characteristic but was influenced by health promotion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslambotilangih
Abstrak :
Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak terdapat di pesantren. Santri yang menderita skabies merasakan gatal di telapak, sela jari, pergelangan tangan, dan tempat predileksi lainnya terutama pada malam hari sehingga prestasinya menurun. Oleh karena itu skabies perlu diberantas dan santri perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies lalu dievaluasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011. Metode yang digunakan adalah pre-post study. Responden diambil secara total sampling, sebanyak 140 orang. Hasilnya menjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 15 tahun (56,4%), sebagian besar laki-laki (57,9%) dan tingkat pendidikan Tsanawiyah (51,4%). Responden paling banyak mendapatkan informasi tentang skabies dari 3 sumber informasi (36,4%) dengan sumber informasi paling berkesan dari dokter (62,8%). Sebelum penyuluhan, sebanyak 2,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 71,4% berpengetahuan sedang, dan 25,7% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan, sebanyak 28,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 44,3% berpengetahuan sedang, dan 27,1% berpengetahuan kurang. Uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat pengetahuan responden tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan sebelum dan setelah penyuluhan (p>0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Kesimpulannya adalah tingkat pengetahuan responden mengenai penularan skabies tidak dipengaruhi oleh karakteristik namun dipengaruhi oleh penyuluhan.
Scabies is prevalent among students of pesantren as skin disease. Students who are infected with scabies feel itch in palms, fingers, wrists, and other predilection place especially at night. That condition can decrease student?s achievement . Therefore scabies should be eradicated and students should be given health promotion about scabies and than evaluated. This research was was pre-post studies method. Data was collected on January 22, 2011 with total sampling. Total respondent was 140 students. Result of the study showed distribution of respondent in <15 years (56.4%), mostly male (57.9%), and education level of Tsanawiyah (51.4%). Most respondents took information from 3 sources (36.4%) with the most trace source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 2.9% of respondents had good level of knowledge, 71.4% were enough, and 25.7% were less. After health promotion, 28.6% respondents had a good level of knowledge, 44.3% were enough, and 27.1% were less.The chi-square and Kolmogorov-Smirnov tests showed the level of knowledge of respondents was not relate with age, gender, source of information, and the most impressive source of information (p>0.05). The marginal homogeneity tests showed that there was a significant relationship between level of the knowledge before and after health promotion. In conclusion the level of the knowledge of students about transmission of scabies were not influented with their characteristic but related with health promotion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Tamrin
Abstrak :
Pesantren merupakan salah satu tempat dengan prevalensi skabies yang cukup tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan santri dalam upaya pemberantasan skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pengobatan skabies. Desain penelitian ini adalah pre-post study. Pengambilan data dilakasanakan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada 140 sampel (santri) pesantren X, Jakarta timur. Dari data statistik diperoleh hasil, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi diperoleh dari 3 sumber informasi (36,4%), informasi dari dokter merupakan informasi yang paling berkesan (62,8%). Sebelum penyuluhan terdapat 70,7% santri dengan tingkat pengetahuan kurang, 5,7% santri dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri dengan tingkat pengetahuan kurang 55% sedangkan santir dengan tingkat pengetahuan baik 8,6%. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Pada uji marginal homogeneity diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai pengobatan skabies.
Scabies is a skin disease that is prevalent among pesantren students. Scabies is very disturbing thus lowering productivity of the infested students. Therefore, scabies must be eradicated by increasing the level of kowledge students. The purpose of this study is to know the influence of scabies health promotion on the knowledge level of scabies treatment of pesantren X, East Jakarta students. Method of the research was pre-post study. Data was conducted on January 22, 2011 by distributed questioner about scabies treatment for 140 students of Pesantren X, East Jakarta. Statistic test showed distribution of respondents <15 years (54.6%), male (57.9%), Tsanawiyah (51.4%). Most respondents got information about scabies from 3 sources (36.4%) with the most impressive source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 70.7% respondents had less level of knowledge and 5.7% respondent had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (chi square, p>0.05). After health promotion, 55% respondents had less level of knowledge and 8.6% had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (Kormogolov-Smirnov, p>0.05). Marginal homogeneity test showed that there is significant relationship between health promotion with level of know ledge about scabies treatment (p<0.05). In conclusion, the scabies treatment knowledge level of the students is not influenced by characteristic but it is influenced by health promotion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalicha Bintang Nindrya
Abstrak :
Skabies merupakan penyakit kulit yang menular dan identik dengan rasa gatal yang disebabkan mikroorganisme Sarcoptes scabiei var. hominis. Skabies lebih sering menginfeksi kelompok sosial-ekonomi rendah dengan keadaan pemukiman padat penduduk, lingkungan yang tidak terawat serta higienitas yang buruk, salah satunya adalah pesantren. Prevalensi skabies di pesantren padat penghuni di Jakarta tergolong tinggi,yaitu 78,7 %. Untuk itu diperlukan pemberian pengobatan yang disertai dengan penyuluhan sebagai upaya pencegahan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies dan hubungannya dengan karakteristik demografi santri dengan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di pesantren X ,Jakarta Timur pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisikan pertanyaan mengenai gejala klinis skabies kepada santri. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 16 dan dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil yang diperoleh menunjukkan santri yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4,2%, sedang 27,9 % dan kurang 67,9%. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan usia (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jenis kelamin (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), tingkat pendidikan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah sumber informasi (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05) dan informasi yang paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Dari uraian tersebut, disimpulkan tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan. ...... Scabies is a contagious skin disease and identical wtih itching sensation caused by microorganisms Sarcoptes scabiei var. hominis. Scabies is more commonly infect lower socio-economic groups with a dense population and the environment with poor hygiene, one of which is a boarding school. The prevalence of scabies in dense boarding schools in Jakarta is high (78.7%). The research aims to determine the level of knowledge of students of clinical symptoms of scabies and its association with demographic characteristics of students with a cross-sectional design. The research was conducted in a boarding school X, East Jakarta on January 22nd , 2011 by giving questionnaires containing questions about the clinical symptoms of scabies to the students. The data was processed using SPSS version 16 and analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test. The result shows that students with good knowledge 4.2%, regular 27.9% and 67.9% . There were no significant differences between the level of knowledge with age (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), sex (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), educational level (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), number of information sources (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05) and the most memorable information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05). From the description, it was concluded that there is no relationship between the level of knowledge of students about the clinical symptoms of scabies with age, gender, education level, the amount of information, and the most memorable information.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>