Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhyiddin
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini mencoba mengelaborasi model kelembagaan think tank pemerintah yang sesuai dengan Indonesia. Pendekatan studi ini kualitatif dengan melakukan studi best practices di Korea Selatan dan India yang mempunyai lembaga think tank yang berasal dari institusi perencanaan, yaitu KDI dan NITI Aayog. Adaptasi model KDI dan NITI Aayog diperlukan untuk merevitalisasi fungsi think tank yang sudah ada pada Bappenas. Kelembagaan think tank ini akan menjadi jembatan antara penelitian dan kebijakan (bridging research to policy) dan jembatan ilmu pengetahuan kepada kekuasaan (bridging knowledge to power). Kompleksitas permasalahan pembangunan menjadi tantangan pemerintah untuk dikelola dan diatasi berdasarkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari penelitian akademis. Lembaga think tank harus dapat merumuskan bagaimana ilmu pengetahuan tersebut ditransformasikan menjadi riset kebijakan sehingga dihasilkan solusi kebijakan yang teruji.
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2019
330 BAP 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Arthanami Eka Krisima
Abstrak :
Permasalahan pada penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah interaksi antar negara dalam proses institusionalisme NEAT sebagai think-tank pada kerjasama Asia Timur? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai pergerakan Asia Timur khususnya interaksi antar negara anggotanya dilihat melalui NEAT sebagai secondtrack dari kerja sama Asia Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu berdasarkan dokumen-dokumen yang dikeluarkan secara resmi oleh pertemuan Asia Timur dan NEAT. Jenis metode penelitian dokumentasi seperti ini pada umumnya akan sepenuhnya berfokus kepada laporan-laporan dan informasi resmi yangh diterbitkan oleh pemerintah atau agen internasional. Dari analisa tersebut dapat terlihat ciri khas dari sebuah institusi internasional yang dimiliki oleh NEAT. Ciri yang pertama memperlihatkan bahwa NEAT merupakan sebuah jaringan yang terdiri dari kelompok akademisi yang memiliki keahlian atau kompetensi mengenai kebijakan internasional. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan lahir dari adanya penelitian yang relevan. Dari ciri khas diatas menggambarkan bahwa NEAT berada pada tahap Epistemic Community dalam tingkatan institusi internasional Ruggie. Pada akhirnya hasil dari penelitian ini membenarkan hipotesis yang dipaparkan pada awal penulisan. Bahwa interaksi dari negara-negara anggota NEAT berhasil mewujudkan proses institusionalisasi NEAT dalam kerjasama APT. Hingga tahun 2009 proses institusionalisasi NEAT berada pada tahap Epistemic Community. NEAT berhasil memberikan sudut pandang dari ranah ilmu yang mampu memberikan gambaran hubungan politik.
This research aims to answer the question on ? How is the institutionalization of Network of East Asian Think-tanks (NEAT) in The ASEAN Plus Three Regionalism?. The objective of this research is to get an explanation on the interaction between every country in the ASEAN Plus Three Regionalism on the NEAT institutionalization. This research uses the document research as the study method. As an international institution NEAT is an epistemic community As an epistemic community NEAT holds a variety of research which called as working groups. The result of the working group will be recommended as a policy recommendation. This recommendation will be delivered to the APT leaders to be amendment as a policy. Haas says, as a think tank NEAT directly identifies the state interests and illuminates the decision makers about the salient dimensions of the issue. After that the decision makers in one state may, in turn, influence the interests and behavior of other states. Different with another approachment the actor of an epistemic community is an individual states but still sometimes there tends to be a hegemony of idea in the process of policy decision. In balance with Ikenberry theory that if there is any leading state joins an international institution then that sleading state will ripe another weaker state in order to pursues their interests. This research suggests that NEAT should enhance the institutionalization as the first official think tank in APT regionalism.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27446
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ikhsan Poeger
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas perubahan peran Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) sebagai salah satu lembaga think tank pemerintah sekaligus lembaga pendidikan tingkat nasional yang bertujuan untuk mendidik calon pemimpin tingkat nasional. Sesuai dengan teori daur hidup organisasi posisi Lemhannas saat ini berada pada posisi puncak yang berfungsi mulai menurun pasca UU ASN yang tidak menjadikan pendidikan Lemhannas sebagai prasayarat bagi pejabat esselon 1 dan esselon 2 sebagai kenaikan jenjang kepangkatan. Keberadaan Lemhannas RI di usia nya yang sudah lebih dari 50 tahun membuat Lemhannas harus berbenah dini agar tidak terlena dan selalu waspada dengan perubahan yang sangat cepat dalam mendidik calon-calon pemimpin tingkat nasional. Setidaknya ada tiga perubahan mendasar yang harus dilakukan oleh Lemhannas RI dengan mengadopsi konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni (1) Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, dan (3) Pengabdian Masyarakat. Pendidikan Tingkat Nasional yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology (SSM). SSM dipilih karena memandang dunia (sosial) sebagai hal yang kompleks, problematik, misterius, dikarakteristikan oleh pertarungan sudut pandang atau clashes of worldview serta bersifat soft ill structured. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lemhannas RI harus melakukan perubahan pada bidang pendidikan, pengkajian, dan pengabdian masyarakat. Hasil kajian merekomendasikan Lemhannas RI harus melakukan pembenahan terhadap tugas pokok dan fungsi sesuai dengan fungsi Lemhannas diawal pembentukannya sebagai upaya Lemhannas RI menjadi Lembaga Berkelas Dunia.
ABSTRACT
This thesis discusses the changing role of the National Resilience Institute of the Republic of Indonesia (Indonesian National Resilience Institute) as one of the government think tank at the same national level educational institutions aimed at educating future leaders of the national level. In accordance with the organizational life cycle theory Lemhannas position is currently at the top of the function began to decline following Law ASN does not make education as a prerequisite for the National Resilience Institute officials echelon echelon 1 and 2 as a rise in the ladder. The existence of National Resilience Institute RI at his age are already more than 50 years makes Lemhannas must clean up early so as not to be complacent and always be alert to the rapid changes in educating future leaders of national level. There are at least three fundamental changes that must be made by the National Resilience Institute of RI by adopting the concept of Three Pillars of Tertiay Education (Tri Dharma Perguruan Tinggi), namely (1) Education and Promotion, (2) Research and Development, and (3) Community Service. The National Education Education and Teaching, Research and Community Service. The study, conducted by researchers using the approach of Soft Systems Methodology (SSM). SSM selected for viewing the world (social) as complex, problematic, mysterious, characterized by fights or clashes of viewpoints are soft worldview and ill structured. The results showed that the National Resilience Institute of RI must make changes in the field of education, assessment, and community service. The study results recommend the National Resilience Institute of RI must make improvements to the duties and functions in accordance with the National Resilience Institute function at the beginning of its formation as an attempt Lemhannas RI become World Class Organization.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhyiddin
Abstrak :
Lembaga thing tank pemerintah pada dasarnya berfungsi sebagai jembatan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan pemerintah. Bappenas salah satu tugas dan fungsinya adalah sebagai think tank pemerintah. Untuk mencari bentuk kelembagaan yang sesuai, maka studi ini mengelaborasi kelembagaan think tank pemerintah manca negara. Pada studi dnegan pendekatan kualitatif ini menguraikan beberapa model paraktik-praktik terbalik diantara korean development institute (KDI)- Korea selatan. Nasional institution for transforming India (NITI) Aayog-India, National Economic and social Development Board(NESDB)- Thailand,dan Productivity commisiion (PC)- Australia. Dari 4 model kelembagaan tersebut, Studi ini memberi 4 aternatif opsi sebagai rekomendasi Pertama, untuk pemerintah dapat melakukan revitalisasi sebagai organ di Bappenas untuk menjadi unit kerja think tank pemerintah. Opsi ini jika lembaga Bappenas tetap memegang fungsi perencanaan dan penganggaran, maka merujuk pada NSEBD- Thailan. Kedua, mentrasformasi Bappenas menjadi lembagaThink tank pemerintah secara keseluruhan, dengan rujukan NITI Aayog- India Ketiga, melepas unit kerja yang melaksanakan fungsi think tank di Bappenas dan dijadikan lembaga khusus think tank dibawah Bappenas, rujukannya KDI- Korea Selatan. Keempat, membentuk kelembagaan baru think tank bawah Presiden dengan memanfaatkan sumber daya kelembagaan think tank yang sudah ada dipemerintahan seperti Bappenas dan litbang Kementerian dan lembaga yang sebelumnya juga mempunyai tugas sebagai jembatan atas ilmu pengetahuan kepada kebijakan (bridging knowledge to policy), rujukanya PC -Australia
Kementrian PPN/ Bappenas, 2017
03-18-717470489
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library