Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Delli Reza
Abstrak :
Pada skripsi ini dijelaskan mengenai dasar teori Iayanan web yang berperan penting dalam komputasi Grid dan dasar teori komputasi Grid Layanan web adalah suatu sistem perangkat lunak yang didisain untuk mendukung interaksi antara mesin ke mesin pada suatu jaringan. Komputasi Grid adalah infrastrulctur perangkat keras dan lunak yang menyediakan kehandalan, konsistensi, pervasive, dan akses pada kemampuan komputasi yang tinggi. Pada skripsi ini telah dilakukan proses instalasi Globus roollcil sebagai perangkat untuk mengimplementasikan sistem komputasi Grid pengujian Globus roolkit dan evaluasi kinerja Globus toolkit. Komputasi Grid yang diimplementasikan dengan Globus Ioolkit memungkinkan sumber daya tiap mesin pada suatu jaringan Grid teralokasi menjadi sumber daya berskala besar yang dapat Cliakses dengan bebas oleh pengguna yang mempunyai otoritas. Pada skripsi ini dibahas pemanfaatan Globus toolkil dalam mevsmjudkan suatu jaringan dengan kemampuan sharing sumber daya berskala besar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldstein, Beth
New York: McGraw-Hill, 2007
658.8 GOL u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foresman, Galen A.
Chichester: Wiley Blackwell, 2017
160 FOR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riviana
Abstrak :
Imunisasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk mencegah anak-anak tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Di Indonesia cakupan imunisasi lengkap telah mencapai target. Namun, masih ada ketimpangan dalam cakupan imunisasi berdasarkan jenis kelamin, pendidikan ibu, status sosial ekonomi keluarga, daerah perumahan dan provinsi daerah. Untuk melihat ketidaksetaraan, WHO mengeluarkan aplikasi yang disebut Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) plus. Dengan aplikasi ini peneliti dapat mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antara subkelompok populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI. Pengukuran ketimpangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah selisih, rasio, Slope index of Ketimpangan (SII), Perbedaan Rata-rata dari Subkelompok Berkinerja Terbaik (MDB), indeks relatif ketimpangan (RII), Rata-rata Perbedaan dari Rata-rata (MDM). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada kesamaan dalam jenis kelamin anak dan daerah tempat tinggal, tetapi di sisi lain masih ada ketidaksetaraan yang terjadi dalam pendidikan ibu, status ekonomi keluarga dan daerah provinsi dari 1994 - 2012. Berdasarkan pendidikan ibu perbedaannya adalah 48 dan 3,1, berdasarkan perbedaan status ekonomi keluarga 32,8 dan rasio 1,7 dan berdasarkan perbedaan wilayah provinsi 56,5 dan rasio 2,8.
Immunization is one of the most effective public health interventions to prevent children from contracting vaccine-preventable diseases. In Indonesia, complete immunization coverage has reached the target. However, there are still imbalances in immunization coverage by sex, mother's education, family's socioeconomic status, housing area and regional provinces. To see inequality, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) plus. With this application researchers can identify differences in health indicators between population subgroups. In this study researchers used the IDHS data. Inequality measurements used in this study are the difference, ratio, Slope index of Inequality (SII), Average Difference of the Best Performing Subgroups (MDB), relative inequality index (RII), Average Difference from Average (MDM) . The results of the analysis show that there are similarities in the sex of the child and the area of ​​residence, but on the other hand there are still inequalities that occur in maternal education, economic status of the family and the provincial region from 1994 to 2012. Based on maternal education the difference is 48 and 3.1, based on differences in family economic status 32.8 and ratio 1.7 and based on differences in provinces 56.5 and ratio 2.8.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriady
Abstrak :
ABSTRACT
Automation is seen as the stage of technical progress of technical devices which appear likely to assist the man, not only in his muscular efforts, but also in his intellectual work of monitoring and control. Supervision is an industrial technique for monitoring and computer control of automated manufacturing processes. Supervision for the acquisition of data (measurements, alarms, returning from working) and process control parameters generally outsourced to PLCs.

The project's goal is to make supervision PcVue using ?WebVue? and also realize a supervision Web using Google Web Toolkit (GWT) from java or .Net (For OPC), pages supervision accessible from a web navigator (Internet Explorer, Firefox, ?) for controlling the layout and supervision of the automation system. The model will be driven by Allen Bradley SLC500. For supervision web using PcVue-WebVue, we managed to achieve the objective laid. We have carried out the supervision of overhead cranes with success. For supervision web using Google Web Toolkit (GWT), we have taken on new technologies. Unfortunately, we could not achieve the objective laid. This is because we lack our knowledge of programming languages. Indeed, the problem started with new tools is along initiation (information retrieval, handling possibilities ...)
2012
T31923
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Arince Guntamor P.
Abstrak :
Bisnis telekomunikasi, khususnya seluler di lndonesia terus mengalami pertumbuhan pesat. Konsekuensinya meningkat pula pembangunan infrastruktur pendukung, yaitu menara telekomunikasi. Untuk mengaturnya, maka Pemerintah dimulai dengan Permenkominfo, kemudian diikuti dengan Peraturan Bersama 4 (empat) Kementerian/Lembaga (Kemenkominfo, Kemendagri, KemenPU dan BKPM), mengeluarkan "Pedoman Pembangunan, dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi". Lahirnya sebuah industri baru yaitu "Industri (Pasar) penyediaan menara bersama telekomunikasi" adalah salah satu harapan yang akan timbul pasca pengaturan menara bersama. Pertanyaannya, apakah Pasar baru yang diharapkan itu dapat terwujud secara definitif? dan apakah pengaturan tersebut berimplikasi positif kepada iklim (persaingan) usaha di pasar? Dengan menggunakan metode uji regulasi Competition Assessment Toolkit yang terstandar oleh OECD, Serta upaya identifikasi komponen penyusun pasar. Didapatkan kesimpulan, sebuah Pasar baru berhasil di identifikasi secara definitif. Sedangkan implikasi regulasi, oleh pasar ditanggapi positif; karena di anggap tidak mengganggu iklim persaingan usaha yang sehat.
Telecommunications business especially mobile in Indonesia continues to experience rapid growth. Consequently it increase the need for supporting infrastructure which is telecommunications tower. To manage it, the Government starts with Permenkominfo and followed by the Joint Rule of 4 (four) of the Ministry / Agency (Kemenkominfo, Kemendagri, KemenPU and BKPM) issued "Guidelines for the Erection and the Use of the Joint Telecommunication Tower". The birth of a new industry called "The joint telecommunications tower providers (Market) Industry" is one of hope that will arise after the arrangement of the joint tower concept. The question is whether the expected new markets can be found definitively? Next, whether these arrangements has a positive impact to the business (competition) climate in the market? Using the regulations test method named Competition Assessment Toolkit that standardized by the OECD, as well as the efforts to identify components of the market. It was concluded, a new market had been identified definitively. While the implications of regulation by the market responded positively, because it is considered not injure healthy competition climate.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noerid Haloei R.
Abstrak :
ABSTRAK
Masih terdapat ketidakmerataan kematian pada anak di Indonesia, baik angka kematian neonatal AKN , bayi AKB , dan balita AKBA yang terjadi pada semua dimensi ketidakmerataan meliputi jenis kelamin anak, umur anak, pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, tempat tinggal, dan antarprovinsi. Untuk itu diperlukan kuantifikasi ketidakmerataan guna perencanaan fokus program. Studi ini adalah analisis data sekunder SDKI dari tahun 1994 sampai 2012. Analisis data menggunakan aplikasi Health Equity Assessment Toolkit HEAT . Hasil menunjukkan kejadian kematian pada anak di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 1994 sampai tahun 2012 dengan selisih terbesar pada AKBA kemudian AKB dan paling kecil pada AKN. Kematian pada anak tertinggi terjadi di umur neonatal, tersering pada jenis kelamin anak laki-laki, banyak pada kelompok anak dengan ibu tidak sekolah, berasal dari keluarga kuintil miskin, terjadi di pedesaan, dan perlu perhatian di wilayah timur Indonesia. Ukuran difference berkisar antara 4 pada AKN berdasarkan jenis kelamin anak tahun 1997 dan 2002 sampai 123 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 kematian per1000 kelahiran hidup. Sementara ukuran rasio berkisar antara 1,1 pada AKB berdasarkan jenis kelamin anak tahun 2002 sampai 6,6 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 . Ketidakmerataan angka kematian balita di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain dengan benchmark yang sama.
ABSTRACT
There remains an inequality of deaths among children in Indonesia both neonatal mortality rate NMR , infant IMR , and under five U5MR . Inequality occurs in all dimensions including child rsquo s sex, child 39 s age, maternal education, family economic status, residence, and interprovincial. It calls for description of inequality quantification for focus program setting. This study is a secondary data analysis using Health Equity Assessment Toolkit HEAT application with IDHS source from 1994 to 2012. The results show that the child mortality rates in Indonesia depict a decrease from 1994 to 2012 with the largest mortality difference in U5MR and then IMR and at least NMR. The highest child mortality occurred at neonatal period, most common in boys, many in group of children with non school mothers, coming from poor quintile, rural, and attention in eastern Indonesia. The indicator of difference ranges from 4 at NMR by child rsquo s sex in 1997 and 2002 to 123 at U5MR by interprovincial in 1994 deaths per 1000 live births, while the ratio sorts between 1.1 at IMR by child rsquo s sex in 2002 until 6.6 at IMR by interprovincial in 1994 . The inequality of under five mortality rate in Indonesia is the highest compared to other countries with the same benchmark.
2017
S67839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Septiani
Abstrak :
Praktik pemberian makanan prelakteal masih menjadi masalah yang harus diatasi Indonesia karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bayi. Meskipun persentase praktik pemberian makanan prelakteal sudah cenderung menurun, ketidakmerataan masih terjadi berdasarkan beberapa dimensi ketidakmerataan, seperti jenis kelamin anak, usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, kunjungan ANC, IMD, dan penolong persalinan. Sebagai upaya mengatasi ketidakmerataan yang terjadi pada berbagai indikator kesehatan, WHO mengeluarkan sebuah aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). Aplikasi tersebut mampu mengidentifikasi ketidakmerataan melalui berbagai ukuran ketidakmerataan. Penelitian ini menggunakan sumber data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakmerataan praktik pemberian makanan prelakteal terjadi pada pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, IMD, dan penolong persalinan, namun dengan tingkat ketidakmerataan yang berbeda-beda. Tren ketidakmerataan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2017 pada seluruh variabel, kecuali provinsi yang justru menunjukkan ketidakmerataan tertinggi terjadi pada tahun 2017. Praktik pemberian makanan prelakteal menurut provinsi juga menunjukkan ketidakmerataan tertinggi dibandingkan dimensi ketidakmerataan lainnya. ......Prelacteal feeding practices still be a problem in Indonesia and need to be addressed because it may cause a negative impact on the health of the baby. Even though the percentage of prelacteal feeding practices has decrease time to time, inequality still occurs based on several dimensions of inequality, such as child sex, mother's age, mother's education, mother’s working status, economic status, area of residence, province, visits to ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants. To overcome the inequalities that occur in various health indicators, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). The application can be used to identify inequality through various inequality measures. This study used the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in the year of 2002, 2007, 2012, and 2017 as the data sources. The results this study found that there were an inequality of prelacteal feeding practices by the mother's age, mother's education, economic status, area of residence, province, visit ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants with various degrees of inequality. The trend of inequality tended to decrease from 2002 to 2017 in all variables, except for the province which actually showed the highest inequality in 2017. Prelacteal feeding practices by province also showed the highest inequality compared to other dimensions of inequality that used in this study.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Aprilia Widyasari
Abstrak :
Indonesia masih dihantui Angka Kematian Ibu AKI yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara Region Asia Tenggara, yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. AKI dapat direduksi dengan persalinan dengan perawatan yang terampil. Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2015 menetapkan persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan nakes di fasilitas pelayanan kesehatan fasyankes. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes di Indonesia sudah tinggi, tetapi masih terdapat perbedaan cakupan menurut umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, dan provinsi. Untuk memudahkan penghitungan ketidakmerataan kesehatan antar negara dan mengetahui daerah mana yang tertinggal, WHO mengeluarkan aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit HEAT dan Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, aplikasi ini mampu mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antar subkelompok populasi. Peneliti dapat memasukkan data sendiri ke dalam aplikasi HEAT Plus, dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI. Hasil analisis menunjukkan cakupan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes meningkat dari tahun 1994-2012. Cakupan tersebut terkonsentrasi pada ibu berumur 25-39 tahun, ibu dengan tingkat pendidikan SMP, ibu dengan kuintil kekayaan terkaya, ibu yang tinggal di daerah perkotaan, dan ibu yang tinggal di wilayah Sumatera dan Jawa. Ukuran ketidakmerataan yang mengalami penurunan tertinggi adalah Population Attributable Risk PAR dan Population Attributable Fraction PAF. Ketidakmerataan cakupan persalinan oleh nakes cenderung mengalami penurunan pada semua dimensi, sedangkan ketidakmerataan cakupan persalinan di fasyankes mengalami peningkatan pada dimensi provinsi. ......Indonesia is still haunted by a relatively high Maternal Mortality Rate MMR compared to the Southeast Asian Region countries, which is 190 per 100,000 live births. MMR can be reduced by delivery with skilled care. The Ministry of Health of Indonesia since 2015 established a safe delivery is the delivery done by Skilled Birth Attendants SBA in health service facilities. Although coverage of delivery assistance by SBA and delivery in health service facilities in Indonesia is high, but there are still coverage differences based on age, education level, economic status, residence, and province. To facilitate the calculation of health inequalities between countries and to know which areas are left behind, WHO issued an application called Health Equity Assessment Toolkit HEAT and Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, this application is able to identify differences in health indicators among subgroups of the population. Researchers can enter their own data into HEAT Plus application, in this research the researcher use SDKI data. The results showed that the coverage of delivery by SBA and childbirth in health service facilities increased from 1994 to 2012. The coverage was concentrated in mothers aged 25 39, mothers with secondary and above educational level, mothers with richest quintiles, mothers living in urban areas, and mothers who live in Sumatra and Java. The highest decreasing inequality size is Population Attributable Risk PAR and Population Attributable Fraction PAF. Inequality of delivery coverage by SBA tends to decrease in all dimensions, whereas the inequality of delivery coverage in health service facilities has increased in the provincial dimension.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiya Muliawati
Abstrak :
Pelaksanaan SIK terintegrasi di Indonesia masih belum sepenuhnya terlaksana secara optimal karena masih adanya fragmentasi pelaporan data dari daerah menuju pusat. Skripsi ini membahas gambaran SIMPUS sebagai salah satu bentuk SIK terintegrasi untuk mendukung manajemen pelayanan kesehatan melalui studi kasus pelaksanaan di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi desktriptif menggunakan pendekatan 7 komponen dari National e- Health Strategy Toolkit milik WHO serta proses dalam manajemen pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi untuk mendapatkan data primer, serta didukung oleh telaah dokumen untuk mendapatkan data sekunder. Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di Dinkes Kota Depok serta 11 orang penanggung jawab pelaksanaan SIMPUS di UPT Puskesmas Kota Depok yang didapatkan dari teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa berdasarkan National e-Health Strategy Toolkit dari WHO, aplikasi SIMPUS belum cukup optimal dalam pelaksanaannya sebagai bentuk SIK Terintegrasi di Kota Depok. Hal tersebut dapat dilihat dari infrastruktur jaringan dan sistem yang masih sering eror, kompetensi tenaga kerja yang masih belum seragam dan sesuai, hingga belum adanya pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Selain itu, analisis dengan manajemen pelayanan kesehatan menunjukkan SIMPUS masih membutuhkan optimalisasi di setiap tahapan prosesnya, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (implementasi), evaluation (evaluasi), dan controlling (pengawasan dan pengendalian). ......The implementation of integrated health information system (SIK) has not been fully implemented optimally because there is still a data fragmentation of reporting from regions to the center. This paper discusses an overview of SIMPUS implementation as part of integrated health information system (SIK) to support health service management through case studies of the implementation in Depok City. This paper employs qualitative research in a descriptive study, using the 7 components of National e-Health Strategy Toolkit from WHO as an assessment and the process of health service management. This research using indepth interviews and observation methods to obtain primary data, and supported by document review to obtain secondary data. Informants in this research are the person in charge (PJ) of SIMPUS in Depok City Health Office (Dinkes Kota Depok) and Depok Health Center (Puskesmas) as obtained from purposive sampling techniques. The result shows that SIMPUS has not been implemented optimally as a part of integrated health information system (SIK) in Depok based on the National e-Health Strategy Toolkit from WHO. This can be seen from the lack of infrastructure that often getting error-either the networks or the system, competencies of human resources that still not equivalent, and the absence of data utilization for policy and decision making. Moreover, analysis with the management health service process still needs optimization at each stage- planning, organizing, actuating, evaluating, and controlling.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>