Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ram Marcellino
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji pola hasil terjemahan frasa nominal posesif Bahasa Inggris BI ke BJ pada GT. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Data pada penelitian ini adalah frasa nominal posesif BJ yang merupakan hasil terjemahan dari BI pada GT. Langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan berupa nomina BI, kemudian membentuknya menjadi frasa nominal posesif BI, lalu dilakukan uji coba penerjemahan pada mesin. Frasa nominal BI tersebut merupakan hasil penggabungan dari penentu posesif BI deteriminer dan nomina inti head . Hasil terjemahan tersebut kemudian dianalisis berdasarkan perbandingan dengan kaidah baku BJ. Analisis difokuskan pada dua hal, yakni pola konstruksi dan hasil terjemahan pronomina posesif BI. Dilihat dari bentuk konstruksi, hasil terjemahan frasa nominal posesif BI ke BJ dapat berupa kata monomorfemis, kata polimorfemis dan frasa. Berdasarkan data, hasil terjemahan pronomina posesif BI ke BJ dalam GT yang tidak sesuai dengan kaidah BJ dapat berupa: a pronomina persona bahasa Indonesia, b pronomina demonstratif BJ, c kata sandang BJ, dan d bentuk lain.

ABSTRACT
This research aims to discuss the translation pattern of possessive nouns phrases from English EN into Javanese JV generated by Google Translate GT . This research employs qualitative descriptive method. The data used in the research are the phrases of Javanese possessive nouns that are translated from EN using GT. The research is initialized by gathering EN nouns, then converting the nouns into EN possessive nouns phrases, and then put the phrases on the machine to test the translation result. The EN noun phrases are constructed from the combination of an EN possessive determiner and a noun head. The result of the translation is analyzed by comparing it with the general linguistic rules of JV. The analysis focuses on two things the pattern construction and the translation of EN possessive pronouns. Identified from its forms of construction, the translation of possessive noun phrases from EN into JV can appear in the form of monomorpheme, polymorpheme, and phrase. Based on the data, the translation results of possessive pronouns from EN into JV using GT that do not comply the JV linguistic rules comprise the errors in the production of a Indonesian personal pronouns, b JV demonstrative pronouns, c JV article, and d other forms. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Muhadjir
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan memberikan gambaran tentang pemarkah prominensi--salah satu segi bahasa, yaitu seorang penulis berupaya menarik kesadaran pembaca terhadap beberapa ciri yang saling berlawanan--tematis tindakan baik dalam teks naratif bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa prorninensi tematis tindakan adalah istilah lain dari pelatardepanan--prominensi relatif dalam wacana yang menyimpang dari norma kebahasaan dan berlawanan dengan pelatarbelakangan, peristiwa yang termasuk dalam garis utama cerita adalah latar depan--dalam hal keduanya memfokuskan verba atau peristiwa utama yang berfungsi sebagai tulang punggung cerita.
Tesis ini juga bertujuan menganalisis realisasi kesepadanan terjemahan antara pemarkahan prorninensi tematis tindakan dalam teks naratif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, karena kedua bahasa tersebut memiliki struktur dan sistem yang berbeda. Peneliti tesis ini ingin sekali mengetahui jenis kerespondensi formal dan pergeseran dalam terjemahan menurut kriteria gramatikal dan semantis. Dengan kata lain, apakah pergeseran terjadi secara gramatikal, semantis atau kedua-duanya.
Tesis ini, akhirnya, menyimpulkan bahwa kesepadanan terjemahan terjadi baik secara gramatikal maupun semantis; dan ternyata, pergeseran gramatikal lebih dominan daripada pergeseran semantis. Pada korespondensi formal terdapat korespondensi antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, sementara itu, dalam pergeseran struktural atau gramatikal terdapat pergeseran unit, struktur, kelas, dan intra sistem. Disimpulkan juga, bahwa pergeseran terjemahan pominensi tematis tindakan disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa Indonesia tidak memiliki sistem kala; tetapi sebaliknya, bahasa Indonesia memiliki baik sistem dan pemarkah keergartifan maupun ketransitifan.

This thesis aims at giving the description about the marker of the thematic prominence-aspects of language by which the writer chooses to draw the consciousness of the reader to some features in contrast to others-of events both in English and Indonesian narrative texts. This study will show that the thematic prominence of events is another terms of foregrounding-relative prominence in a discourse which deviates from a linguistics norm apposite of backgrounding, events belonging to the story line are foregrounded-, in that both focus on the verbs or main events which function as the backbone of the story.
This study also aims at analyzing the realization of the translation equivalent of the thematic prominence of events marking in English and Indonesian narrative text, since both languages have different structure and system. It is desirable to know the kinds of formal correspondences and tsranslation shifts in terms of grammatical and semantic criteria. In another word, whether the shift occurs grammatically or semantically or both of them.
This thesis, finally, concludes that translation equivalent occurs grammatically as well as semantically; however, the grammatical shifts are more dominant than the semantic ones. In the formal correspondence, there are equivalences between words and words as well as phrases and phrases, while in the structural or grammatical shifts there are shifts in unit, structure, class, and intra-system. To sum up, translation shifts are caused by the fact that Indonesian does not have the tense system; however, it has the ergative and the transitive markers.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Helsi Andina
"ABSTRAK
Dalam proses penerjemahan terdapat berbagai prosedur penerjemahan yang bertujuan agar hasil terjemahan pada teks sumber TSu sepadan dengan teks sasaran. Agar sepadan, terkadang terjadi pergeseran bentuk, makna, adaptasi dan penyepadanan berkonteks. Selain agar sepadan, hal ini bertujuan agar teks sasaran Tsa dapat diterima secara semantik makna . Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran makna maupun adaptasi apa yang terjadi dalam proses penerjemahan dan prosedur penerjemahan manakah yang paling sering dilakukan penerjemah pada teks ldquo;Die Syrischen Helden von Leibzig rdquo;

ABSTRACT
In translation process, there are several translate procedure aiming to make the result of translation in text source match with target text. For it, sometimes the form, meaning friction, adaptation, and contextual should happened. Beside to make it match, this also aiming to make target text acceptable semantically. This journal intend to know the meaning friction and also kind of adaptation that happen in translation process and procedure that translator using the most in text ldquo Die Syrischen Helden von Leibzig rdquo .Keyword Source language, Target language, Translate Procedure, Meaning Friction, Adaptation"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ilona Prastika
"ABSTRAK
Dalam melakukan penerjemahan, hal yang perlu diperhatikan penerjemah ialah mengetahui prosedur penerjemahan. Melalui prosedur penerjemahan terkadang penerjemah akan melakukan transposisi pergeseran bentuk , modulasi pergeseran makna , adaptasi, pemadanan berkonteks dan bercatatan. Hal ini penting agar hasil terjemahan dari teks sumber TSu ke teks sasaran TSa sepadan dan secara semantik makna dapat diterima oleh pembaca Bahasa Sasaran BSa . Penulisan jurnal ini bertujuan mengetahui bagaimana transposisi dan modulasi yang terjadi dalam proses penerjemahan dan transposisi serta modulasi seperti apa yang paling banyak digunakan penerjemah pada berita online Deutsche Welle Berjudul ldquo;Regierungsbildung: Die hohe Kunstdes Kompromisses rdquo;.Kata Kunci: Bahasa Sumber, Bahasa Sasaran, Prosedur Penerjemahan, Transposisi, Modulasi, Makna Semantik

ABSTRACT
In translation, the translator needs to be aware of the translation procedure. Through translation procedures sometimes translators will transpose, modulate, adapt, contextualize and record matching. Those are important so that the translated text of the source text to the target text is equivalent and semantically acceptable to the Target Language readers. This journal aims to know how transposition and modulation occur in the process of translation and transposition and as well as what kind of modulation that the translator mostly uses in the online news Deutsche Welle titled ldquo Regierungsbildung Die hohe Kunstdes Kompromisses rdquo . "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dianisya Khasanah
"Dalam mempelajari bahasa asing, berbagai perangkat praktis sangat dibutuhkan untuk membantu proses penerjemahan teks, salah satunya mesin penerjemah Google Translate. Dengan menggunakan metode analisis kualitatif, penelitian ini menganalisis gejala pergeseran nomina jamak ke tunggal beserta maknanya pada hasil terjemahan Google Translate Belanda-Indonesia terhadap 118 nomina jamak dan tunggal dari 3 teks Belanda “Droste”, “Ontkalker voor SENSEO®”, dan “Wat is vertaalwetenschap?”. Dari hasil penelitian ini, pergeseran bentuk nomina jamak bahasa sumber (BSu) ke tunggal bahasa sasaran (BSa) dapat diklasifikasikan menjadi tiga gejala, yaitu; (1) semua frasa (nomina) BSu yang hanya memiliki penanda jamak dan tidak memiliki determiner artikel dan/atau quantifier bergeser menjadi tunggal; (2) nomina jamak BSu yang memiliki determiner quantifier tidak akan bergeser menjadi tunggal; (3) semua (frasa) nomina jenis takterbilang BSa mengalami perubahan menjadi tunggal. Pergeseran bentuk nomina jamak ke tunggal tidak terlalu mempengaruhi maknanya. Terakhir, hasil terjemahan Google Translate masih harus ditinjau kembali oleh manusia untuk menghasilkan hasil terjemahan yang optimal

In learning a foreign language, all kinds of practical tools are needed to help the process of translating text, one of which is the Google Translate machine translator. Using qualitative analysis methods, this study analyzes the symptoms of the shifting of plural to singular nouns and their meanings in the results of Google Translate's Dutch-Indonesian translation of 118 plural and singular nouns from 3 Dutch texts "Droste", "Ontkalker voor SENSEO®", and "Wat is vertaalwetenschap?". From the results of this study, the shift in the source language plural form (SL) to the target language singular form (TL) can be classified into three phenomenon, which are; (1) all SL nouns (phrases) that only have plural markers and don't have an article determiner and/or quantifier will shift to be singular; (2) the plural SL noun which has a determiner quantifier will not shift to be singular; (3) all of the TL nouns (phrases) of the uncountable type will experience a shift to be singular. The shift form of the noun doesn't really affect its meaning. Lastly, Google Translate's translations still have to be checked by humans to produce the optimal translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Hoedoro Hoed
"ABSTRAK
Pengalaman dalam bidang penerjemahan dan pengetahuan di bidang linguistik memberikan banyak kesempatan untuk memikirkan secara lebih mendalam sejumlah masalah dalam terjemahan. Salah satu di antaranya ialah masalah penerjemahan konsep waktu yang diungkapkan dalam novel berbahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia. Bila dihubungkan dengan bahasa, kata waktu perlu mendapat penjelasan lebih lanjut. Bahasa Inggris membedakan time 'waktu' dengan tense 'kala'. Dalam peristilahan linguistik di Indonesia tense biasanya diterjemahkan dengan kala yang dibedakan dengan waktu. Dalam kaitan dengan bahasa, istilah waktu termasuk kategori semantik, sedangkan kala termasuk kategori gramatikal. Bahasa jerman juga membedakan Zeit (kategori semantik) dengan Ternpus (kategori gramatikal). Untuk kedua pengertian itu bahasa Perancis hanya mempunyai satu kata, yaitu temps. Namun, istilah temps linguistigue, temps verbal atau temps grammatical juga dipakai untuk menyebut kategori gramatikal kala. Sejak lama masalah kala dan waktu menarik perhatian para ahli bahasa. Pertanyaan pokoknya adalah bagaimana pengalaman manusia diwujudkan dalam kegiatan kebahasaan, dan, dengan demikian, bagaimana konsep waktu itu ditinjau dari segi kebahasaan? Beberapa di antaranya dapat dicatat di sini.
Jespersen (1924) membicarakan waktu kebahasaan sebagai konsep semantik yang terdiri dari waktu kini, waktu larnpau, dan waktu medatang. Bloomfield (1933: 270-272) membicarakan kala (tense) sebagai bagian dari paradigma verbs dalam bahasa Inggris. Weinrich (karya aseli 1964) mengemukakan bahwa kala (Tempzrs) ternyata tidak hanya bertugas menempatkan peristiwa pada garis waktu, tetapi juga mengungkapkan keaspekan dan fungsinya dalam wacana baru terwujud bila persepsi alas peristiwa yang diketahuinya itu kemudian diungkapkannya dalam wujud bahasa (Bull 1971: 17).
Dalam membicarakan waktu, Benveniste (1974: 69-74) membedakan tiga pengertian, yaitu:
(1) Waktu fisis (temps physique), yakni waktu yang secara alamiah kita alami, yang sifatnya sinambung, Iinear dan tak terhingga. Waktu fisis berjalan tcrus tanpa dapat kita alami lagi.
(2) Waktu kronis (temps chronique), yakni waktu yang dipikirkan kemhali atau dikonseptualisasikan oleh manusia berdasarkan suatu atau sejumlah peristiwa yang ditetapkan secara konvensional oleh suatu masyarakat sebagai titik acuan dalam waktu fisis_
(3) Waktu kebabasaan (temps hnguistigice), yakni waktu yang dilibatkan dalam tuturan kita dan dalam sistem bahasa yang kita pakai.
Ketiga pengertian mengenai waktu yang dikemukakan Benveniste itu sangat penting untuk memahami konsep manusia tentang waktu. Bagi manusia, waktu yang sebenarnya dirasakan ialah waktu fisis. Manusia hidup di dalam waktu yang terus berjalan tanpa dapat kernbali lagi ke waktu lampau. Akan tetapi, dengan mengkonseptualisasi waktu manusia dapat menjelajahinya, sehingga, ia dapat mengarungi sejarah, masa kini dan hari depannya. Bahkan manusia dapat membayangkan waktu dalam sesuatu pembagian yang beraturan. Untuk menetapkan pembagian yang beraturan itu, biasanya manusia menentukan secara konvensional suatu peristiwa sebagai titik acuan dalam waktu fisis dan kemudian menetapkan pula pembagiannya dalam sejumlah penggalan. Misalnya tahun 1 Maselii dihubungkan dengan kelahiran Isa Almasih dan dibagi atas penggalan tahun (12 bulan), bulan (30 hari), minggu (7 hari), dan hari (24 jam, satu piantan (etinaal, Bel.) atau satu putaran bumi, atau jarak waktu antara matahari terbit dan matahari terbit, atau antara matahari terbenam dan matahari terbenam)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
D103
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library