Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Depkes, 2006
362.196 995 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Suarni
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis merupakan masalah global dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis . WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini. Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Angka kesakitan penyakit TB Paru dengan hasil BTA (+) di Kota Depok khususnya Kecamatan Pancoran Mas masih cukup tinggi. Adanya masalah penyakit TB Paru di sebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah faktor lingkungan seperti kepadatan hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis lantai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009 di wilayah kerja empat puskesmas yang ada di Kecamatan Pancoran Mas yaitu Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Cipayung, Puskesmas Rangkapan Jaya dan Puskesmas Depok Jaya. Sampel yang di ambil adalah semua tersangka TB Paru yang datang berobat ke puskesmas yang berumur >= 15 tahun dan tercatat di buku register TB Paru. Jumlah sampel yang diperlukan adalah 50 untuk kasus dengan hasil pemeriksaan BTA (+) dan 50 untuk kontrol dengan hasil pemeriksaan BTA (-), di mana pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko lingkungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok bulan Oktober tahun 2008- April tahun 2009. Faktor risiko lingkungan yang di teliti adalah kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, dan lantai rumah dengan memperhatikan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, prilaku batuk dan kebiasaan merokok dari responden Metode yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1 dengan 50 penderita TB Paru BTA positif sebagai kasus dan 50 penderita BTA negatif kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko lingkungan berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah ventilasi rumah (OR=14,182 CI=5,412-37,160 %), pencahayaan (OR =9,117 CI= 3,668- 22,658) sedangkan faktor risiko lain adalah perilaku tidak menutup mulut saat batuk (OR =12,310 CI=3,375-44,890). Sedangkan untuk suhu dan kelembaban walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan tetapi rata-rata tidak memenuhi persyaratan rumah sehat ( suhu rata-rata 30,84ÂșC dan kelembaban rata-rata 70,38 %). Untuk itu disarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah, berperilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan penghijaun di rumah. Untuk petugas puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan lagi kegiatan di klinik sanitasi, melakukan kunjungan langsung kerumah penderita TB Paru dan tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk Dinas Kesehatan Depok sebaiknya tidak hanya menekankan kepada pengobatan penderita tetapi juga lebih kepada pencegahan penyakit ini dan kepada Pemerintah Kota Depok sebaiknya lebih meningkatkan perencanaan program rumah sehat seperti perencanaan perbaikan rumah masyarakat yang tidak mampu khususnya bagi penderita TB Paru BTA (+) dan meningkatkan program pemberantasan penyakit menular.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aila Karyus
Abstrak :
Penyakit Tuberkulosis masih merupakan niasalah kesehatan masyarakat, dimana 75% penderita adalah kelompok usia produktif, ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Di Kota Bandar Lampung telah dilakukan upaya-upaya untuk menanggulangi penyakit TB dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dan pengembangan Kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP) Program P2TB. Sehingga 22 Puskesmas yang ada telah melaksanakan program TB. Tetapi hasil pencapaian program sampai tahun 2002 belum efektif, hanya 3 Puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Kedaton, Satelit dan Kampung Sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang fungsi manajemen dalam program TB Paru yang dibhat dari masukan, proses dan keluaran di 3 Puskesmas yang telah mencapai target program. Rancangan penelitian adalah kualitatif, berupa wawancara mendalam, observasi dan pemanfaatan data sekunder. Informan adalah Kepala Puskesmas, petugas TB, petugas laboratorium, Wasor TB, Pengawas Menelan Obat (PMO) dan penderita. Penelitian ini menemukan bahwa tiga Puskesmas ini memiliki kecukupan input untuk pelaksanaan program TB, kekurangan biaya diatasi dengan dana JPSBK Puskesmas. Proses manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan, Pelaksanaan), P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) dengan menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya mini Puskesmas dan Evaluasi Kinerja Puskesmas telah berjalan, sehingga pengelolaan program TB di 3 Puskesmas ini dapat mencapai hasil yang diharapkan. Bahkan Puskesmas Kedaton melakukan pencarian aktif penderita baru TB di Kampung Bayur yang merupakan kantong TB. Puskesmas Satelit menyelenggarakan Penyuluhan Kesehatan Terpadu dengan melibatkan Camat, Lurah, PKK dan tokoh masyarakat sebagai panitia penyelenggara. Sedangkan Puskesmas Kampung Sawah menetapkan jadwaI pengambilan obat bagi penderita TB untuk memudahkan pemantauannya. Lokakarya mini tribulanan sebagai forum yang membahas pelaksanaan dan monitoring kegiatan Puskesmas yang melibatkan lintas sektor, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat belum ditaksanakan dengan optimal karena kurangnya koordinasi Puskesmas dan kecamatan. Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dipertimbangkan peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas Unit Swadana, agar Puskesmas melakukan koordinasi dengan Camat tentang pelaksanaan lokakarya mini tribulanan, penemuan penderita secara aktif dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi, Dinas Kesehatan Kota perlu melakukan sosialisasi dan advokasi ke berbagai pihak untuk mendapatkan dukungan dalam penanggulangan TB.
Tuberculosis (TB) disease has been a public health problem in which there are 75% of the patients are productive age group, short of economy, and having low education. In the City of Bandar Lampung had been conducted the efforts to alleviate TB disease using DOTS (Directly Observed Treatment Short course) Strategy and the development of Worker Health Center Group for P2TB Program. There were 22 health centers that had conducted TB program. However, the result of program until 2002 was not effective yet. There were only three Health Centers that had reached the target namely Kedaton Health Center, Satelite Health Center, and Kampung Sawah Health Center. The objective of the study was to obtain the description of management function of Lung TB Program that assessed from input, process, and output in three Health Centers that had reached the program target. The study used qualitative research design that conducted through in-depth interview and observation. In this study, collecting secondary data was also done. The informants of the study were the head of health center, TB program staff, laboratory staff, vice supervisor, taking TB medicine controller, and TB patients. The study resulted that three health centers had the adequacy input to conduct the TB program; and the lack of fund was covered by Social Safety Net in Health Division for health center. The process of health center management that consisted of P1 (planning), P2 (actuating, implementing), P3 (monitoring, controlling, and evaluating) using the instrument for health center level planning, health center mini workshop, and health center performance evaluation. Even the Kedaton Health Center actively conducted the search for new TB patients in Kampung Bayur where the TB patients were more exist. Satelit Health Center carried into integrated health education that involved the sub district head, village head, and community leaders as steering committee, while Kampung Sawah Health Center set the schedule of getting drugs for TB patients to monitor them easier. Three-monthly mini workshop was used as forum to discuss the implementation and monitor of health center activities that involved inter sector, community organization, and community leader, had not been applied optimally due to lack of coordination between health center and sub district office. From the result of the study, it is recommended to maintain health center status as self-funding unit health center. In order to health center could carry out the coordination with sub district office about implementing three-monthly mini workshop and finding the patients that conducted appropriate with situation and condition, the City Health Office should socialize and advocate toward many important sides to obtain the encouragement on alleviating TB.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Na`Iim
Abstrak :
Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas vaksinasi BCG terhadap tuberkulosis baik di negara maju maupun di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Meskipun hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa efektivitas vaksinasi BCG tidak sama di berbagai negara (bervariasi antara 0 - 80%), vaksinasi BCG masih dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk memerangi tuberkulosis. Untuk mengetahui seberapa besar daya lindung vaksinasi BCG terhadap tuberkulosis, perlu dilakukan studi epidemiologi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Desain studi kasus-kontrol matched dengan umur (kelompok kasus dicocokkan dengan kontrol menurut umur), berlokasi di R.S.U. May. Jend. H.M. Ryacudu Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Semua pasien anak-anak umur < 15 tahun yang berobat di rumah sakit tersebut merupakan populasi studi. Kasus adalah semua pasien tuberkulosis paru yang berobat pada bulan Januari 2002 - Juni 2003, adapun kontrol adalah pasien non tuberkulosis yang dicuplik dari pasien berobat pada bulan Mei - Agustus 2003. Total populasi studi 220 anak, terdiri dari 110 kasus (74 anak atau 67,7% diantaranya telah divaksinasi BCG), dan 110 kontrol (91 anak atau 82,7% diantaranya telah divaksinasi BCG). Merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukan uji sensitifitas dan spesifisitas metode diagnosis di R.S.U. May. Jend. H.M. Ryacudu Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, sehingga tidak dapat diyakini kasus yang diperoleh bebas dari TB berat (seperti: TB miller, meningitis tuberkulosis). Diantara faktor-faktor yang berhubungan dengan sakit tuberkulosis, diperoleh 6 variabel yang dapat diteliti. Status vaksinasi BCG merupakan variabel independen utama yang diteliti, adapun variabel umur, status gizi, status sosial-ekonomi, kepadatan hunian, dan kontak serumah dengan penderita tuberkulosis BTA positif merupakan variabel independen lain yang turut diamati. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa vaksinasi BCG pada bayi cukup efektif untuk memberikan perlindungan kepada anak terhadap sakit tuberkulosis. Analisa data dengan analisa multivariat regresi logistik ganda (conditional) diperoleh nilai odds ratio (ORadjusfed) = 0,45 (95% C.I.:0,232; 0,871) setelah dikontrol oleh variabel umur dan status gizi, artinya bahwa anak-anak yang telah mendapat vaksinasi BCG berisiko sakit tuberkulosis lebih rendah (0,45 kali) daripada anak-anak yang tidak mendapat vaksinasi BCG. Tidak dijumpai interaksi vaksinasi BCG dengan umur dan status gizi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan pada upaya pemberantasan penyakit TB dengan hati-hati, karena penelitian ini tidak bebas dari bias informasi (misklasifikasi non-difrensial). Daftar bacaan : 55 (1976 - 2003)
Association between Vaccination Status and the Occurrence of Tuberculosis Disease among Children Aged below 15 Years in Maj.Gen. H.M. Ryacudu General Hospital, Kotabumi, District of North Lampung, Year 2002-2003There had been many studies done to investigate the effectiveness of BCG vaccination in both developed and developing countries, including Indonesia. Although, previous studies had shown dissimilar results on effectiveness of BCG across countries (varied from 0 to 80%), the vaccination was still implemented as a part of tuberculosis (TB) control. To know how far the protection effect of BCG vaccination, an epidemiologic study in the population is needed. The population of this matched (by age) case control study was child patients aged < 15 years visiting the Maj.Gen. HM. Ryacudu General Hospital, in Kotabumi, District of North Lampung. Primary and secondary data were collected in the hospital. Cases were all child TB patients visiting the hospital for treatment, from January 2002 to June 2003, while controls were non-TB child patients visiting the same hospital from May to August 2003. The total study population was 220 children, comprised 110 cases (about 67.7 % of them had been vaccinated) and 110 controls (82.7% of them had been vaccinated). One limitation of this study was that there was not any sensitivity and specificity assessment of the diagnostic method in. the hospital, so that the exclusion of extra pulmonary TB patients from the cases could not he warranted. Six variables were studied in relation to the occurrence of TB. The main independent variable was BCG vaccination, while age, nutritional status, socio-economic status, house density and in-house contact with AFB (Acid .fast base) positive TB cases were other variables investigated. The results showed that infant BCG vaccination was quite effective to protect the child from contracting TB. The adjusted Odds Ratio from multivariable analysis using conditional logistic regression, was 0.45 (95% CI: 0.23 - 0.87) after controlling the effects of age and nutritional status, meaning that children having BCG vaccination were at lower risk (0.45 times) to get TB diseases, as compared to children never been immunized. No interactions between BCG vaccination status and age and nutritional status were found. The study results could be taken for consideration by health policy makers in TB control programs, although they ought to be carefully interpreted, since some biases might have occurred, such as non-differential misclassification.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Luspa
Abstrak :
Secara Nasional Penyakit TB paru sampai saat ini masih menjadi beban kerja yang berat, karena hampir 70% penderita TB paru adalah penduduk yang berusia produktif terutama mereka yang yang berasal dari ekonomi lemah, RS RK Charitas Kota Palembang merupakan salah satu jalan keluar (outlet) untuk peningkatan cakupan Program Penanggulangan Penyakit TB paru dengan strategi DOTS, sehingga dapat direplikasikan kepada RS swasta lainnya, haI ini terlihat tingginya angka sembuh dari hasil pelaksanaan pengobatan Penyakit TB paru dengan strategi DOTS. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam tentang proses efektifitas Penanggulangan Penyakit TB paru dengan strategi DOTS di RS RK Charitas Kota Palembang, dengan melihat dari pendekatan sistem, yang terdiri dari komponen masukan (input) terdiri dari tenaga pelaksana yang dilihat dari pengetahun, lama kerja, beban kerja dan sikap, serta dana, obat, sarana dan metoda. Komponen proses dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring. Penelitian ini dilakukan dengan metoda Kualitatif, di mana pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan wawancara mendalam (WM) dengan Direktur RS, Ketua tim Penanggulangan Penyakit TB paru serta Perawat kesehatan dan tenaga Farmasi yang bertugas di Poliklinik DOTS. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses Penanggulangan Penyakit TB paru dengan strategi DOTS di RS RK Charitas Palembang secara keseluruhan telah herhasil dengan baik, sesuai dengan Pedoman Nasional Penanggulangan Penyakit TB paru Departemen Kesehatan RI yaitu angka kesembuhan >85%, Drop out <10% dan angka kambuh 4,5%, Namun walau demikian masih terdapat kendala baik di komponen masukan (Input) maupun di pelaksanaan kegiatan. Untuk mereplikasikan keberhasilan Penanggulangan Penyakit TB paru dengan strategi DOTS ke RS swasta lainnya, maka perlu Political Komitmen dari Pimpinan RS, dan pemberian makanan tambahan, bebas biaya retribusi setiap kunjungan serta PMO dari kalangan keluarga sendiri. Dan pihak penanggung jawab Program Penanggulangan Penyakit TB paru yaitu Dinas Kesehatan Kota Palembang diharapkan untuk memberikan umpan balik dan saran dari hasil kerja RS RK Charitas serta benclunarking RS swasta Iainnya ke RS RK Charitas kota Palembang.
Tuberculosis disease currently is still a major problem, because almost 70% of lung tuberculosis sufferers are people in productive age, especially those from lower income. RK Charitas Hospital of Palembang City as one of outlets for improving the coverage of lung tuberculosis disease overcoming program by DOTS. It seems that this strategy can be applied to the other private hospitals, as it can be seen from the high of recovery rate of result implementation treatment of lung tuberculosis disease by DOTS strategy. The objective of this study is to obtain further information on the process of the effectiveness overcoming of lung tuberculosis disease by DOTS strategy at RK Charitas Hospital of Palembang City. We used system approach that covers of input components that consist of knowledge, working duration, attitude and workload of staff, fund, medicine, means and method. The process component included was planning, implementation and monitoring. This study conducted using qualitative method, where data collected by in-depth interview to the director of the hospital, the chief of the team on lung tuberculosis disease overcoming, nurses, chemistry officer who work at DOTS polyclinic. Based on the result of this study showed that the process of lung tuberculosis disease overcoming by DOTS strategy at RK Charitas hospital of Palembang. It wholly has been success with good result. And it met with the Lung Tuberculosis Disease Overcoming National Guidelines, MOH RI, i.e. recovery rate > 85%, drop-out < 10% and recurrence rate 4,5%, even though is still having obstacle in input component and the implementation activity. To reapply the success of lung tuberculosis disease overcoming by DOTS strategy to other private hospitals, so it needs Political Commitment of the Hospital?s leader, and giving additional food, free from retribution each visiting also the PMO from nuclear family. For one who?s responsible to the program on lung tuberculosis overcoming, the Local Health Service of Palembang City, it is hoped to give a feedback and suggestion to the work achievement of RK Charitas Hospital also the benchmark from other private hospitals to RK Charitas Hospital of Palembang City.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Nurhuda
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No. 202 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek serta memahami seluruh kegiatan praktek pelayanan kefarmasian di apotek. Tugas khusus berjudul Analisis Resep Tuberkulosis pada Anak yang bertujuan untuk mengkaji rasionalitas pemberian obat melalui satu resep dalam penanganan penyakit tuberkulosis anak pada pelayanan kefarmasian khususnya di Apotek Kimia Farma No. 202. ; ABSTRACT Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 202 aims to understand the duties and responsibilities of apothecary in the management of pharmacy store and to understand all activities in the pharmacy store practice of pharmacy services. Specific assignment entitled Recipe Analysis of Tuberculosis in Children that aims to examine the rationality of drug delivery through the recipes in the treatment of tuberculosis disease in children, especially pharmaceutical care in Apotek Kimia Farma No. 202.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulva Chairunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi (PKP) di apotek bertempat di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor. Kegiatan ini berlangsung selama empat minggu dari tanggal 3 sampai dengan tanggal 29 Agustus 2015. PKP di apotek bertujuan agar mahasiswa apoteker mengerti peranan Apoteker Pengelola Apotek (APA), memiliki wawasan tentang pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, dan memiliki gambaran nyata akan permasalahan pekerjaan kefarmasian yang terjadi di apotek. Berdasarkan kegiatan PKP yang dilakukan, APA di Apotek Kimia Farma No. 7 secara umum telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan apotek terkait kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan nonteknis kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mahasiswa apoteker telah berhasil memperoleh wawasan mengenai kegiatan rutin yang dilakukan di apotek. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penjualan, pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika, dan dokumentasi resep. Adapun kegiatan nonteknis kefarmasian yang dilakukan di apotek adalah penyusunan resep dan struk pembayaran, penandaan harga pada resep kredit untuk penagihan,. Masalah yang terjadi di Apotek Kimia Farma No. 7 adalah pelayanan home care belum berjalan dengan rutin.ABSTRACT Profession internship (PKP) in the pharmacy located at Kimia Farma No. 7 Bogor. This activity lasted for four weeks from 3 until August 29, 2015. PKP in pharmacy aims to make students understand the role of pharmacists Pharmacy Pharmacist business (APA), have insight into the implementation of pharmacy work, and have a real picture of the issues that occur in pharmacy jobs pharmacy. Based on the activities undertaken PKP, APA at Kimia Farma No. 7 in general has been carrying out the duties and responsibilities in the management of activities related pharmacy pharmaceutical technical and nontechnical pharmacy activities in accordance with the legislation in force. Student pharmacists have managed to gain insights into the routine activities performed in pharmacy. Pharmaceutical technical activities undertaken in the pharmacy include procurement, receipt, storage, sale, management of narcotics, psychotropic management, and documentation of recipes. As for the non-technical activities undertaken in the pharmacy pharmacy is preparing a prescription and receipt of payment, the price of the prescription labeling credit for billing ,. Problems that occur in Kimia Farma No. 7 is a home care service has not run regularly.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet Jakarta Selatan. Kegiatan PKPA ini berlangsung selama empat minggu dari tanggal 5 sampai dengan tanggal 30 November 2015. Tujuan dari kegiatan PKPA ini adalah agar mahasiswa Apoteker mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan Apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku; memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Apotek; dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian. Berdasarkan kegiatan PKPA yang dilakukan, diketahui bahwa Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Kembangan mangacu pada Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. ABSTRACT Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet Jakarta Selatan has been done for one month from November 5st until 30 th 2015. Profession Internship at this area was intended to make apothecary student understand the role and responsibility of pharmacist in Pharmacy accordances to the statutory provisions and ethics, have insight into the implementation of pharmaceutical practice in Pharmacy, and know the issues in pharmaceutical practice in Pharmacy. Based on the activities, pharmacist in Pharmacy have been carrying out the duties and responsibilities in management of pharmaceutical preparation, medical devices, and consumable medical supply and in practice of clinical pharmacy. Pharmacy services in Pharmacy is carried out refers to Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2015 about the standard of pharmacy services at Pharmacy. ;Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet Jakarta Selatan has been done for one month from November 5 st until 30 th 2015. Profession Internship at this area was intended to make apothecary student understand the role and responsibility of pharmacist in Pharmacy accordances to the statutory provisions and ethics, have insight into the implementation of pharmaceutical practice in Pharmacy, and know the issues in pharmaceutical practice in Pharmacy. Based on the activities, pharmacist in Pharmacy have been carrying out the duties and responsibilities in management of pharmaceutical preparation, medical devices, and consumable medical supply and in practice of clinical pharmacy. Pharmacy services in Pharmacy is carried out refers to Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2015 about the standard of pharmacy services at Pharmacy. ;Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet Jakarta Selatan has been done for one month from November 5 st until 30 th 2015. Profession Internship at this area was intended to make apothecary student understand the role and responsibility of pharmacist in Pharmacy accordances to the statutory provisions and ethics, have insight into the implementation of pharmaceutical practice in Pharmacy, and know the issues in pharmaceutical practice in Pharmacy. Based on the activities, pharmacist in Pharmacy have been carrying out the duties and responsibilities in management of pharmaceutical preparation, medical devices, and consumable medical supply and in practice of clinical pharmacy. Pharmacy services in Pharmacy is carried out refers to Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2015 about the standard of pharmacy services at Pharmacy.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Fajar Hasanah
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi (PKP) di apotek bertempat di Apotek Kimia Farma No. 366 Depok. Kegiatan ini berlangsung selama lima minggu dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2015. PKP di apotek bertujuan agar mahasiswa apoteker mengerti peranan Apoteker Pengelola Apotek (APA), memiliki wawasan tentang pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, dan memiliki gambaran nyata akan permasalahan pekerjaan kefarmasian yang terjadi di apotek. Berdasarkan kegiatan PKP yang dilakukan, APA di Apotek Kimia Farma No. 366 Depok secara umum telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan apotek terkait kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan nonteknis kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mahasiswa apoteker telah berhasil memperoleh wawasan mengenai kegiatan rutin yang dilakukan di apotek. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penjualan, pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika, dan dokumentasi resep. Adapun kegiatan nonteknis kefarmasian yang dilakukan di apotek adalah penyusunan resep dan struk pembayaran, penandaan harga pada resep kredit untuk penagihan, dan pembuatan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Masalah yang terjadi di Apotek Kimia Farma No. 366 Depok adalah ketiadaan Apoteker Pendamping yang dapat menggantikan APA ketika sedang tidak ada di tempat. ABSTRACT Profession Internship at pharmacy was held at Kimia Farma Pharmacy No. 366 Depok. This activity was held for five weeks from October 1 st until October 31 2015. Profession Internship at pharmacy was intended to make apothecary student understand the role of pharmacist, have insight into the implementation of pharmaceutical practice, and know the issues in pharmaceutical practice in pharmacy. Based on the activities, pharmacist as Pharmacy Manager have been carrying out the duties and responsibilities in pharmacy management. Apothecary student have obtained insight into routine activities in pharmacy. Pharmaceutical technical activities include procurement, reception, storage, sales, management of narcotics, management of psychotropics, and prescription documentation. Nontechnical activities include archiving prescription and receipt of payment, price labelling of credit prescription for billing purpose, and the making of Daily Sales Summary Report. Issue at Kimia Farma Pharmacy No. 366 is the absence of pharmacist who can substitute Pharmacy Manager temporarily while Pharmacy Manager was not in place. ;Profession Internship at pharmacy was held at Kimia Farma Pharmacy No. 366 Depok. This activity was held for five weeks from October 1 st until October 31 2015. Profession Internship at pharmacy was intended to make apothecary student understand the role of pharmacist, have insight into the implementation of pharmaceutical practice, and know the issues in pharmaceutical practice in pharmacy. Based on the activities, pharmacist as Pharmacy Manager have been carrying out the duties and responsibilities in pharmacy management. Apothecary student have obtained insight into routine activities in pharmacy. Pharmaceutical technical activities include procurement, reception, storage, sales, management of narcotics, management of psychotropics, and prescription documentation. Nontechnical activities include archiving prescription and receipt of payment, price labelling of credit prescription for billing purpose, and the making of Daily Sales Summary Report. Issue at Kimia Farma Pharmacy No. 366 is the absence of pharmacist who can substitute Pharmacy Manager temporarily while Pharmacy Manager was not in place. ;Profession Internship at pharmacy was held at Kimia Farma Pharmacy No. 366 Depok. This activity was held for five weeks from October 1 st until October 31 2015. Profession Internship at pharmacy was intended to make apothecary student understand the role of pharmacist, have insight into the implementation of pharmaceutical practice, and know the issues in pharmaceutical practice in pharmacy. Based on the activities, pharmacist as Pharmacy Manager have been carrying out the duties and responsibilities in pharmacy management. Apothecary student have obtained insight into routine activities in pharmacy. Pharmaceutical technical activities include procurement, reception, storage, sales, management of narcotics, management of psychotropics, and prescription documentation. Nontechnical activities include archiving prescription and receipt of payment, price labelling of credit prescription for billing purpose, and the making of Daily Sales Summary Report. Issue at Kimia Farma Pharmacy No. 366 is the absence of pharmacist who can substitute Pharmacy Manager temporarily while Pharmacy Manager was not in place.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library