Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lailiyana
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang analisis kandungan zat gizi dan uji hedonik cookies
kaya gizi pada siswi SMPN 27 Pekanbaru. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk
mengetahui gambaran kandungan zat gizi cookies kaya gizi dan tingkat kesukaaan
remaja terhadap cookies kaya gizi. Pengumpulan data tentang kandungan zat gizi
cookies menggunakan data hasil pemeriksaan laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian IPB dan laboratorium gizi FKM UI Depok. Data uji hedonik cookies
diperoleh dari hasil penilaian panelis (siswi kelas VIII) dalam panel konsumen uji
hedonik yang meliputi penilaian warna, rasa, aroma dan tekstur terhadap tiga jenis
cookies yaitu cookies plain, cookies kaya gizi tuna dan cookies kaya gizi non tuna.
Analisa data untuk kandungan zat gizi cookies menggunakan analisa deskriptif, dan
untuk uji hedonik menggunakan uji anova dan bonferroni test. Kandungan energi
cookies kaya gizi berkisar antara 497.79-501.61 kkal/100g. Takaran saji cookies kaya
gizi sebagai makanan selingan/camilan bagi remaja anemia agar memenuhi 10%
kebutuhan energi remaja (235 kkal) adalah 4 - 5 keping per saji. Kandungan zat gizi
lain dari cookies kaya gizi yang telah diketahui adalah lemak (24.47-25.41g/100g),
protein (7.50-7.70g/100g), karbohidrat (60.53-61.89g/100g), kadar air (4.96-
5.34g/100g), kadar abu (0.80-1.40g/100g), serat kasar (0.88-0.99g /100g), zat besi
(4.07-8.67mg/100g), dan kandungan vitamin C (0.25-0.68mg/100g). Hasil penilaian
hedonik dalam panel konsumen didapatkan bahwa rasa cookies kaya gizi tuna kurang
disukai. Dan hasil penilaian aroma didapatkan bahwa aroma cookies kaya gizi tuna dan
cookies kaya gizi non tuna kurang disukai. Namun secara keseluruhan baik dari segi
warna, rasa, aroma, dan tekstur cookies secara statistik tidak ada perbedaan yang
signifikan (p-value:0.330) kesukaan konsumen terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur
dari cookies kaya gizi.

ABSTRACT
This study analyzes the content of nutrients and hedonic test of nutrient-rich
cookies to the students of 27 Junior High School, Pekanbaru. The general purpose of
this study is to describe the content of nutrients of nutrient-rich cookies and the level of
preference of teenagers to the nutrient-rich cookies. The data collection over the
nutrient content of cookies uses the data from the result of laboratory examination of
Agricultural Technology Faculty Bogor Agricultural Institute and nutrition laboratory
of Public Health Faculty University of Indonesia, Depok. The hedonic test data are
obtained from the result of panelists? assessment (eight-grade students) in the
consumer panel of hedonic test over the assessment of color, flavor, aroma, and texture
to three kinds of cookies namely plain cookies, tuna nutrient-rich cookies, and nontuna
nutrient-rich cookies. The data analysis for nutrient content of cookies uses
descriptive analysis, and for the hedonic test uses anova test and bonferroni test. The
energy content of nutritious cookies is around 497.79 ? 501.61 kkal/100 g. The serving
portion of nutrient-rich cookies as snack for teenagers suffering from anemia should
fulfill 10% of teenagers? needs of energy (235 kkal) is 4 ? 5 chips per serving. The
other nutrients contained in the nutritious cookies are fat (24.47-25.41g/100g), protein
(7.50-7.70g/100g), carbohydrate (60.53-61.89g/100g), water content (4.96-
5.34g/100g), ash content (0.80-1.40g/100g), crude fiber (0.88-0.99g /100g), iron (4.07-
8.67mg/100g), and vitamin C (0.25-0.68mg/100g). The result of hedonic test in
consumer panel states that the flavor of tuna nutrient-rich cookies is less favored. And
the result of aroma states that the aroma of tuna nutrient-rich cookies and non-tuna
nutrient-rich cookies are less favored. However, the color, flavor, aroma, and texture of
cookies statistically show no significant differences (p-value: 0.330) of the consumers?
preference to the color, flavor, aroma, and texture of nutrient-rich cookies."
2012
T30779
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riefyan Adhi
"Salah satu cara pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan serat perhari Bekatul merupakan bahan pangan lokal yang mengandung tinggi serat oleh karena itu bekatul digunakan untuk bahan substitusi dari tepung terigu dalam produk brownies kukus Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk menciptakan brownies dengan rasa yang enak dan mengandung tinggi serat Terdapat 4 perlakuan substitusi bekatul yaitu 100 70 30 dan 0 sebagai brownies kontrol Analisis zat gizi dilakukan di PT Saraswati Indo Genetech Bogor dan uji hedonik dilakukan di Perpustakaan Pusat UI dengan 40 orang panelis Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rasa warna aroma dan keseluruhan brownies Brownies berbahan dasar bekatul mengandung memiliki serat tertinggi dengan 9 29 gr serat dalam satu kali penyajian 24 gr.

One way to prevent coronary heart disease can be done by increasing daily dietary fiber intake Rice bran is Indonesian rsquo s local food with high content of dietary fiber therefore rice bran used to substitute wheat flour in steamed brownies This experiment research purpose is to obtain delicious brownies with high fiber content There were 4 modification for rice bran substitution 100 70 30 and 0 as a control brownies Nutrition analysis took place in Saraswati Indo Genetech Laboratory and Hedonic test took place in University of Indonesia rsquo s library with 40 panelists Result for this experiment showed there is no significant difference in taste color flavor and the entirety of steamed brownies Brownies with 100 bekatul had the highest fiber with 9 29 gr dietary fiber per serving 24 gr
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Namirah
"Minyak biji jintan hitam merupakan minyak yang berasal dari hasil ekstraksi biji tanaman Nigella sativa L. yang kaya akan aktivitas farmakologi yang berasal dari komponen bioaktif utamanya yaitu timokuinon. Aroma menyengat serta rasa yang kurang enak merupakan salah satu faktor kurang nyamannya minyak ini dikonsumsi secara oral. Untuk membuat minyak tersebut nyaman dikonsumsi secara oral, maka pada penelitian ini dilakukan modifikasi minyak sebagai emulsi dengan menambahkan sukrosa palmitat sebagai emulgator oral serta mengevaluasi secara fisik dan kimia dari kestabilan emulsi. Kestabilan emulsi diperoleh dari penggunaan 3% sukrosa palmitat dengan konsentrasi minyak sebesar 5% (F1) dan 7,5% (F2) yang telihat dari penampilan fisik yang menunjukkan tidak terjadinya pemisahan fase selama penyimpanan, cycling test dan uji sentrifugasi. Formulasi F1 memiliki kestabilan fisik yang lebih baik daripada formulasi F2. Uji hedonik pada 30 panelis menunjukkan bahwa kedua formulasi diterima. Formulasi F1 (mean = 3,1667) lebih diterima daripada formulasi F2 (mean = 3,) dari skala hedonik pada rentang 1-5. Nilai signifikansi (P < 0,05) menunjukkan bahwa formulasi emulsi berbeda nyata dengan minyak biji jintan hitam, dan dinyatakan mampu menutupi aroma serta rasa dari minyak biji jintan hitam. Penurunan pH terjadi selama 12 minggu penyimpanan. Formulasi dengan konsentrasi minyak 5% memiliki kestabilan fisik yang lebih baik dan pada penetapan kadar, komponen bioaktif timokuinon dalam minyak mengalami sedikit penurunan kadar setelah di formulasi, dan mengalami penurunan kadar secara drastis setelah 60 hari penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa formulasi F1 lebih baik daripada formulasi F2.

Black cumin seed oil is one of vegetable oil that was extracted from the seed of Nigella sativa L. plant. Its bioactive component, thymoquinones, has a wide pharmacological activity such as antioxidant and antiinflamatory. Its smell and bitter taste make it so uneasy to consume it directly in its original form. A modification was made to make this oil more comfortable to consume. An emulsion based on this oil using orally safe surfactant, sucrose palmitate, was inspected. Its physical and chemical stability was evaluated. A 3% concentration of sucrose palmitate was used to emulsify 5% (F1) and 7,5% (F2) black cumin seed oil, and were studied to be stable with no phase seperation during storage, cycling test, and centrifugation test judging from their physical appearance. Hedonic test was applied to 30 panelists, and it showed that both formulation was accepted. The F1 formula (mean = 3,1667) is more accepted than the F2 formula (mean = 3) of 1-5 hedonic scale, with the significance score (P) valued less than 0,05 and considered to be significantly different from its origin form. The pH value of each formulation degraded during 12 weeks of storage. The formula of 5% oil (F1) has a better physical stability, and Its bioactive component, thymoquinone, showed small degradation after being formulated but it showed a rapid degradation during 60 days of storage due to its instability in a solution. In conclusion, the F1 formula was better than the F2 formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kosasih
"Penelitian ini merupakan pembuatan produk makanan inovasi, berupa penambahan sayuran sawi hijau dan wortel pada produk siomay, untuk menghasilkan produk jajanan yang rendah lemak, tetapi tinggi serat pangan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sayuran terhadap kadar serat pangan dan kandungan gizi, serta hasil uji hedonik pada produk siomay. Terdapat 4 jenis siomay yang diteliti, yaitu siomay tanpa penambahan sayuran, sebagai variabel kontrol, dan tiga jenis siomay dengan perlakukan penambahan 20%, 30%, dan 40% sayuran. Perbandingan penambahan sayuran sawi hijau dan wortel adalah 50%:50%. Analisis kadar serat pangan dan kandungan gizi lainnya dilakukan di Laboratorium analisis pangan PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Sedangkan, uji hedonik ketiga jenis siomay sayuran dilakukan pada 65 murid SMPN 200 Jakarta Utara pada bulan April 2013. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Bonferroni. Jenis siomay sayuran yang mempunyai kadar serat pangan tertinggi dan tingkat kesukaan tertinggi adalah siomay 40% sayuran. Kandungan dalam 100 gram siomay 40% sayuran adalah 5,24 g serat pangan; 62,94 g air; 1,72 g abu; 5,46 g protein; 1,02 g lemak; 28,86 g karbohidrat; dan 125,5 kkal energi.

This study was conducted by creating innovative food products, with the addition of chinese flowering cabbage and carrots on Siomay products, to produce snacks which are low fat, but having high content of dietary fiber. This experimental study was aimed to determine the effect of vegetables addition to dietary fiber content and nutritional values along with hedonic test result on siomay products. There were 4 types of siomay which were observed, the first one was siomay without the addition of vegetable, as control variable, and the other types were siomay with additional treatments containing 20%, 30%, 40% vegetables. The comparison of the addition of chinese flowering cabbage and carrots are 50%: 50%. The analysis of dietary fiber content and other nutritional values was carried in food analysis laboratories PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Meanwhile, the hedonic test from three types of vegetable siomay conducted on 65 students of SMPN 200 Jakarta Utara in April 2013. These data had been analyzed by Anova test and continued by Bonferroni test. The vegetable siomay that had the higest dietary fiber content and highest preference level was siomay containing 40% vegetables. The content in 100 grams siomay containing 40% vegetables were 5,24 g dietary fiber; 62,94 g water; 1,72 g ash; 5,46 g protein; 1,02 g fat; 28,86 g carbohydrate; and 125,5 kkal energy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriyah
"Metronidazol merupakan salah satu obat yang mempunyai efek anti-inflamasi yang dipergunakan untuk pengobatan penyakit rosacea. Saat ini, di Indonesia belum tersedia metronidazol dalam bentuk krim sehingga pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian, tenaga kesehatan mengalami keterbatasan dalam mengobati rosacea secara topikal. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan formula krim metronidazol dengan karakterisasi fisik yang baik dan memperoleh data stabilitasnya. Formulasi krim menggunakan Glyceryl Stearate Citrate sebagai emulgator dengan variasi penggunaaan sebesar 2% (F1), 4% (F2), dan 6% (F3). Hasil formula krim dievaluasi berdasarkan pengamatan organoleptis, pengujian pH, pengujian viskositas dan sifat alir, pengujian daya sebar, uji hedonik, dan pegujian kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sementara untuk uji stabilitas, dilakukan uji stabilitas mekanik (sentrifugasi); uji stabilitas penyimpanan pada suhu rendah (4±2°C), suhu kamar (25±2°C), dan suhu tinggi (40±2°C) selama 12 minggu; dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula memiliki organoleptis sediaan yang baik selama penyimpanan. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa penggunaan Glyceryl Stearate Citrate sebesar 4% sebagai emulgator pada formula krim metronidazol mempunyai kestabilan secara fisik dan kimia terbaik dengan organoleptis, nilai viskositas, dan sifat alir yang stabil, serta memiliki pH yang stabil.

Metronidazole is a drug that has an anti-inflammatory properties and is used to treat rosacea. Currently, metronidazole cream is unavailable in Indonesia, thus in pharmaceutical practice, health workers get limitations in treating rosacea. This study aims to develop formula for metronidazole cream with good physical characteristics and obtain stability data. The cream formulation used Glyceryl Stearate Citrate as an emulsifier with variations in usage of 2% (F1), 4% (F2) and 6% (F3). The results of the cream formula were evaluated based on organoleptic observations, pH value, viscosity and flow property, spreadability, hedonic test, and drug level determination by spectrophotometer UV-Vis. Meanwhile, the stability test was done by mechanical stability test (centrifugation); storage stability test at low temperature (4±2°C), room temperature (25±2°C), and high temperature (40±2°C) for 12 weeks; and cycling test. that were stable The results showed that all formulas had good organoleptic properties during storage. This study concluded that using 4% Glyceryl Stearate Citrate as an emulsifier for metronidazole cream formula demonstrated the best physical and chemical stability and a stable organoleptic appearance, viscosity, flow properties, and pH."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Mustika
"Periode pemberian makanan pendamping ASI merupakan waktu meningkatnya jumlah prevalensi gizi kurang yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang buruk pada anak. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia sekitar 35-40% dan underweight 15-20% untuk anak usia bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, praktik pemberian MP ASI masih bermasalah dalam ketidakcukupan jumlah zat gizi makro dan mikro, frekuensi makan yang sedikit, dan rendahnya kemampuan serta variasi bahan lokal yang digunakan untuk MP ASI. Penelitian ini bertujuan untuk membuat alternatif MP ASI dan mengetahui kualitas organoleptik cookies panambahan tepung tulang ceker ayam dan tepung ampas tahu. Penelitian dengan desain eksperimental yang dilakukan dengan membuat enam formulasi yaitu satu kontrol dan lima cookies formulasi. Pembuatan tepung dengan ukuran partikel 100 mesh dan dilakukan analisis kandungan gizi tepung dan cookies. Uji hedonik dilakukan pada 50 panelis yaitu ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di Depok untuk melihat pengaruh rasa, aroma, warna, tekstur, after taste, dan keseluruhan cookies. Penelitian membuktikan adanya perbedaan signifikan terkait penilaian warna, aroma, rasa, after taste, dan keseluruhan cookies (p < 0,05) namun tidak pada variabel tekstur (p > 0,05). Cookies formulasi yang paling disukai adalah cookies 849 dengan komposisi 12 gram tepung tulang ceker ayam dan 28 gram tepung ampas tahu. Penambahan tepung tersebut memberikan peningkatan kandungan protein, kalsium, air, abu, dan zat besi.
Infants complementary feeding period can determine undernutrition prevalence for children in the future which later can lead to poor growth and development. Based on data RISKESDAS 2013, Indonesia has 35 ? 40% occurrence in stunting and 15?20% in underweight among children aged under 5 years old. In developing countries, most of complementary feeding practice still lacks in micronutrients and macronutrients adequacy, eating frequencies, and the use of local food variations. This study aims to made an alternative complementary food and determine the organoleptic quality of the cookies by adding of chicken feet bone flour and tofu waste flour. Research with experimental design were done by making six formulations: one control and five formulations cookies. Manufacture of flour with a particle size of 100 mesh and analysis of the nutrient content of the flour and cookies is done. The hedonic test conducted on 50 panelists are mothers with babies aged 6-12 months in Depok to see the effect of flavor, aroma, color, texture, after-taste, and overall cookies. Research shows significant differences related to the assessment of color, aroma, taste, after-taste, and overall cookies (p<0.05) but not in the variable texture (p>0.05). Most-favored formulation is found in code 849 cookies which contains 12 grams of chicken feet bone flour and 28 grams of tofu waste flour. The addition of chicken feet bone flour and tofu waste flour can improve the content of protein, calcium, water, ash, and iron.;;;"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivena Nathaniela Ballo
"Perubahan pola konsumsi global, terutama peningkatan konsumsi makanan tinggi kalori dan gula, berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi penyakit metabolik seperti obesitas dan diabetes. Di sisi lain, intoleransi laktosa dan meningkatnya minat terhadap pola makan nabati mendorong pengembangan produk alternatif yang bebas dari susu hewani. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan yoghurt dairy free berbahan dasar sari kedelai dan sirup agave yang memiliki indeks glikemik rendah. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental kuantitatif dengan pendekatan uji hedonik terhadap empat formulasi yoghurt serta satu formulasi kontrol berbahan dasar susu sapi. Sebanyak 45 panelis tidak terlatih mengevaluasi aspek warna, aroma, tekstur, rasa, dan keseluruhan produk. Hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p<0,05) pada seluruh aspek sensori antar formulasi. Formula R3 memperoleh nilai tertinggi dari formulasi sari kedelai dalam aspek rasa dan keseluruhan. Analisis nilai gizi formula R3 menunjukkan kandungan lemak sebesar 2,50%, protein sebesar 5,70%, kadar abu 0,54%, dan keasaman 0,71%, yang menunjukkan bahwa produk ini memenuhi kriteria yoghurt rendah lemak dan tinggi protein. Penelitian ini menunjukkan bahwa yoghurt berbahan dasar sari kedelai dan sirup agave dapat menjadi alternatif camilan sehat yang sesuai bagi konsumen dengan intoleransi laktosa atau preferensi vegan, serta menawarkan potensi pasar untuk pengembangan produk fungsional yang ramah metabolik.

Changes in global consumption patterns, especially the increase in consumption of high-calorie and high-sugar foods, contribute to the increasing prevalence of metabolic diseases such as obesity and diabetes. On the other hand, lactose intolerance and the increasing interest in plant-based diets encourage the development of alternative products free from animal milk. This study aims to develop dairy-free yoghurt made from soy extract and agave syrup that have a low glycemic index. The method used is a quantitative experimental study with a hedonic test approach on four yoghurt formulations and one control formulation made from cow's milk. A total of 45 untrained panelists evaluated the color, aroma, texture, taste, and overall product aspects. The results of the ANOVA test showed significant differences (p<0.05) in all sensory aspects between formulations. Formula R3 obtained the highest value from the soy extract formulation in terms of taste and overall. The nutritional value analysis of formula R3 showed a fat content of 2.50%, protein of 5.70%, ash content of 0.54%, and acidity of 0.71%, indicating that this product meets the criteria for low-fat and high-protein yoghurt. This study shows that soy and agave syrup-based yoghurt can be a healthy snack alternative suitable for consumers with lactose intolerance or vegan preferences, and offers market potential for the development of metabolically friendly functional products."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library