Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tangerang: Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, BATAN,
505 JSMI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Noverra Mardhatillah Nizardo
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Polimer emulsi memiliki ukuran partikel antara 10 sampai dengan 1500 nm. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai lurus dan bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel pada kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO10) dan inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, IR, dan berat molekul relatif rata-rata menunjukkan bahwa terbentuk kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Surfaktan SDBS rantai bercabang menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan surfaktan SDBS rantai lurus tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,73% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai lurus dan 38,47% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai bercabang. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 168,5 mPas saat menggunakan SDBS rantai lurus dan 128 mPas saat menggunakan SDBS rantai bercabang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Keme
"Emas (Au) merupakan logam transisi yang telah banyak digunakan sebagai komponen aktif dalam produk kosmetik. Bentuk nano dari emas menunjukkan sifat optik baru, tidak beracun, biokompatibel dan aman digunakan. Pada penelitian ini, nanopartikel emas dibuat dengan reduksi HAuCl4 menggunakan NaBH4 dengan atau tanpa natrium sitrat sebagai agen penstabil. Nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, TEM, PSA, Zetasizer dan SSA. Hasil karakterisasi menunjukkan ukuran rata-rata nanopartikel emas dengan dan tanpa penstabil natrium sitrat adalah 5,75 ± 1,07 nm dan 4,94 ±1,05 nm. Potensial zeta untuk nanopartikel emas dengan dan tanpa penstabil natrium sitrat adalah -30,5 mV dan -20,48 mV. Nanopartikel emas diformulasikan dalam sediaan serum dan dilakukan uji kestabilan fisik nanopartikel emas. Uji ini dilakukan berdasarkan penampilan fisik, pH dan spektrum serapan dari nanopartikel emas. Uji stabilitas selama 6 minggu menunjukkan nanopartikel emas stabil dalam sediaan serum.

Gold (Au) is a metal transition element that has been widely used as an active component in cosmetic products. Nanoscale of gold shows new optical properties,non-toxic, biocompatible and safe. In this study, gold nanoparticles prepared by reducing HAuCl4 using NaBH4 with or without sodium citrate as a stabilizer. Gold nanoparticles were characterized by UV-Vis spectrophotometer, TEM, PSA,Zetasizer and SSA. The results showed the average size of gold nanoparticles with and without sodium citrate as stabilizer were 5,75 ± 1,07 nm and 4,94 ± 1,05 nm. Zeta potential of gold nanoparticles with and without sodium citrate as stabilizer were -30,5 mV and -20,48 mV. Gold nanoparticles were formulated in serum and the physical stability of gold nanoparticles had been tested. The test was done based on physical appearance, pH and absorption spectra. Stability test in 6 weeks showed that gold nanoparticles stable in serum."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muhammad Athallah
"Printed Circuit Board (PCB) merupakan suatu board atau papan yang mengkoneksikan komponen-komponen elektronik secara konduktif. PCB telah menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah elektronik yang berada hampir di seluruh benda elektronik seperti telfon genggam, televisi, komputer, dan sebagainya. Salah satu metode daur ulang yang dapat dipakai untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan metode mechanical milling. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh variasi waktu dan proses pirolisis pada wet milling menggunakan Process Control Agent (PCA) berupa ethanol terhadap evolusi ukuran partikel dari limbah printed circuit board. Penelitian ini menggunakan variasi waktu wet milling 1 jam, 2 jam, dan 3 jam dengan rasio 3:1 pada kecepatan osilasi sebesar 700 hertz. Hasil milling kemudian dianalisis menggunakan SEM-EDS dan PSA. Kesimpulan yang didapatkan pada studi ini adalah waktu milling yang lebih lama akan menghasilkan partikel yang lebih kecil. Selain itu, proses pirolisis yang dilakukan memberikan kontribusi terhadap proses milling akibat terjadinya dekomposisi pada partikel PCB yang memudahkan penghancuran partikel menjadi lebih kecil.

Print Circuit Board (PCB) is a board that connects electronic components conductively. PCBs have become one of the biggest contributors of electronic waste which are found in almost all electronic objects such as mobile phones, televisions, and computers. One recycling method that can be used to overcome this problem is through Mechanical Milling method. These research will discuss about the effect of time variations and the pyrolysis process in wet milling using ethanol as the Process Control Agent (PCA) on the particle size evolution of printed circuit board waste. This research uses variations in wet milling time of 1 hour, 2 hours and 3 hours with a ratio of 3:1 at an oscillation speed of 700 hertz. The milling results were then analyzed using SEM-EDS and PSA. The conclusion obtained in this research is that a longer milling time will produce smaller particles. Apart from that, the pyrolysis process contributes to the milling process due to decomposition of the PCB particles which makes it easier to fracture the particles into smaller ones."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nur Fakhriy Yahya
"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia. Cadangan timah Indonesia menjadi yang terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok dengan total 800 ribu ton. Penambangan timah menghasilkan produk samping berupa mineral pembawa LTJ, yaitu Monasit. Monasit pada penambangan timah di Bangka memiliki kadar 16,41 kg. Pemanfaatan monasit sebagai mineral pembawa LTJ menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengekstraksi LTJ di dalamnya karena aplikasi LTJ yang semakin luas. Dekomposisi mekanokimia merupakan salah satu proses yang dapat digunakan untuk melakukan benefisiasi dari mineral monasit. Pencampuran dengan NaOH akan membentuk LTJ-hidroksida yang kemudian dapat menghilangkan pengotor fosfat pada mineral monasit. Serangkaian proses dilakukan pada penelitian ini dengan parameter penambahan 33 wt% NaOH, waktu penggilingan 120 menit, kecepatan penggilingan 650 rpm, temperatur roasting 120 oC, waktu roasting 120 menit, temperatur pencucian 70 oC, waktu pencucian 30 menit, kecepatan pengadukan 680 rpm, dan pengeringan pada temperatur 120 oC selama 120 menit. Variabel bebas dari proses ini adalah ukuran partikel, yaitu +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, dan -170#. Proses pembentukan pelet dan roasting dilakukan untuk mengubah bentuk LTJ hidroksida menjadi LTJ Oksida. Kemudian, pencucian akan melarutkan pengotor fosfat pada mineral monasit. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi menggunakan SEM-EDS, XRD, dan XRF untuk memberikan informasi mengenai perubahan kadar dari unsur Lantanum dan Yttrium pada mineral monasit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pembentukan LTJ-oksida setelah proses roasting dan hilangnya senyawa Natrium Fosfat (Na3PO4) setelah proses pencucian. Dari kelima ukuran partikel didapatkan nilai %recovery dan grade terbesar dari lantanum adalah 70,08 % dan 1,543% berturut-turut pada ukuran partikel -65#+100#. Sedangkan pada yttrium didapatkan nilai %recovery dan grade terbesar adalah 23,31% dan 1,681% berturut-turut pada ukuran partikel +65#.

Indonesia is one of the largest tin-producing countries in the world. Indonesia's tin reserves are the second largest in the world after China with a total of 800 thousand tons. Tin mining produces by-products in the form of rare earth mineral carriers, namely Monasit. Monazite in tin mining on Bangka has a grade of 16.41 kg. The utilization of monazite as a carrier mineral for rare earth is an opportunity for Indonesia to extract rare earth in it due to the wider application of rare earth. Mechanochemical decomposition is one of the processes that can be used to carry out the beneficiation of monazite minerals. Mixing with NaOH will form REE-hydroxide which can then remove phosphate impurities in monazite minerals. A series of processes were carried out in this study with the parameters of adding 33 wt% NaOH, grinding time 120 minutes, grinding speed 650 rpm, roasting temperature 120 oC, roasting time 120 minutes, washing temperature 70 oC, washing time 30 minutes, stirring speed 680 rpm, and drying at 120 oC for 120 minutes. The independent variable of this process is the particle size, namely +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, and -170#. Roasting and forming pellets processes is chosen to change the form of REE-hydroxide into REE-oxide. Then, washing will dissolve the phosphate impurities in monazite minerals. In this study SEM-EDS, XRD, and XRF is used to provide information about changes in levels of the elements Lanthanum and Yttrium in monazite minerals. The results of this study indicate the formation of REE-oxide after the roasting process and the loss of sodium phosphate (Na3PO4) after the washing process. Of the five particle sizes, the highest % recovery and grade values of Lanthanum were 70.08% and 1.543% respectively at particle size -65#+100#. Meanwhile, for Yttrium, the highest % recovery and grade values were 23.31% and 1.681% respectively at +65# particle size.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Aditya Rehanda
"Seiring dengan perkembangan teknologi permintaan akan alat elektronik juga meningkat yang mengakibatkan banyaknya limbah elektronik. Hal tersebut mendorong penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah elektronik terutama PCB karena memiliki partikel non logam yaitu Si dan SiC yang bermanfaat untuk meningkatkan konduktivitas termal dari media pendinginan. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh parameter ball to powder ratio dan waktu terhadap pertumbuhan fasa SiC dan ukuran partikel PCB, sebagai kandidat mikrofluida untuk media quench. Penelitian ini dimulai dengan penghancuran PCB, kemudian leaching dengan HCl 1M selama 24 jam, setelah itu dilakukan pirolisis menggunakan argon dengan temperatur 500 oC selama 30 menit. Setelah itu partikel PCB akan dimasukkan ke planetary ball mill dengan variabel ball to powder ratio 1:10 ; 1:30 ; dan 1:50 dengan waktu 10 jam dan 20 jam. Proses milling dilakukan dalam keadaan kering (dry milling) menggunakan bola baja. Hasil milling kemudian akan dikarakterisasi dengan XRF, XRD, dan PSA. Didapatkan hasil dari XRF bahwa kandungan senyawa terbanyak adalah SiO2, dari hasil XRD bahwa pertumbuhan fasa SiC paling signifikan terjadi pada parameter 1:50 dengan waktu milling 20 jam serta hasil dari PSA didapatkan ukuran terkecil sebesar 627,6 d.nm dengan polydispersity index 0,047 pada variabel 1:10 dengan waktu 20 jam.

Along with the development of technology, the demand for electronic devices also increases which results in a lot of electronic waste. This encourages this research to be carried out to utilize electronic waste, especially PCBs because they have non-metal particles, namely Si and SiC, which are useful for increasing the thermal conductivity of the cooling media. This research will discuss the effect of ball to powder ratio parameters and time on the growth of SiC phase and PCB particle size, as a microfluidic candidate for quench media. This research begins with PCB crushing, then leaching with 1M HCl for 24 hours, after which pyrolysis is carried out using argon at 500 oC for 30 minutes. After that, PCB particles will be put into planetary ball mill with variable ball to powder ratio of 1:10; 1:30; and 1:50 with time of 10 hours and 20 hours. The milling process is carried out in a dry state (dry milling) using bola bajaballs. The milling results will then be characterized by XRF, XRD, and PSA. The results of XRF showed that the most compound content was SiO2, from the XRD results that the most significant SiC phase growth occurred in the 1:50 parameter with a milling time of 20 hours and the results of PSA obtained the smallest size of 627.6 d.nm with a polydispersity index of 0.047 in the 1:10 variable with a time of 20 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Alfarizi
"Titanium oksida (TiO2) merupakan senyawa semikonduktor yang paling banyak diteliti dalam proses pengolahan limbah melalui teknik fotokatalisis. Penelitian ini bertujuan untuk mencari keterkaitan ukuran partikel TiO2 terhadap performa fotokatalisis. Investigasi juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parameter fisis bahan seperti ukuran kristalit dan luas permukaan terhadap parameter optis bahan seperti energi celah pita dan analisis gugus fungsional pada panjang gelombang infra-merah. Dalam studi ini digunakan bahan TiO2 dengan ukuran nano, mikro, serta hasil sintesis menggunakan perlakuan ballmill. Uji performa fotokatalisis dilakukan dengan lampu sinar UV berdaya 56 watt dimana hasil optimum degradasi limbah untuk bahan TiO2 ukuran nano dengan ukuran kristalit fasa anatase dan rutile sebesar 18.61 nm dan 40.74 nm, ukuran partikel sebesar 25 nm, serta luas permukaan sebesar 124.192 m2/g. Pengujian spektroskopi UV-Vis terhadap bahan TiO2 nano memberikan informasi energi celah pita sebesar 3.44 eV, sedangkan hasil uji FTIR mengkonfirmasi data kemurnian bahan yang sangat tinggi.

Titanium oxide (TiO2) is the semiconductor compound that is most widely studied in the waste treatment process through photocatalytic techniques. This study aims to find the relationship between TiO2 particle size and photocatalytic performance. Investigations were also carried out to determine the relationship between physical parameters of the material such as crystallite size and surface area to optical parameters of the material such as bandgap energy and analysis of functional groups at infrared wavelengths. In this study, TiO2 was used with nano, micro sizes, and synthesized using a ballmill treatment. The photocatalytic performance test was carried out with 56 watts of UV light, where the optimum results of waste degradation for nano-size TiO2 with anatase and rutile phase crystallite sizes were 18.61 nm and 40.74 nm, particle size was 25 nm, and surface area was 124,192 m2/g. UV-Vis spectroscopy testing of TiO2 nano material provides information on the bandgap energy of 3.44 eV, while the FTIR test results confirm very high material purity data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Fathur Rifqy
"Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticle (SPION) merupakan material dengan skala nano yang fungsional memiliki sifat fisik, kimia, magnetik, dan biokompatibilitas yang unik. Pada sistem penghantaran obat, SPION memiliki keuntungan seperti luas permukaannya besar, dapat dilakukan pengontrolan ukuran partikel, dan tidak toksik. Namun, SPION merupakan koloid liofobik dan memiliki ukuran yang sangat kecil membuat partikel akan lebih mudah untuk beragregasi. Modifikasi permukaan pada SPION menggunakan dendrimer PAMAM G4 dilakukan untuk menutupi kekurangan sifat fisiknya yaitu tidak stabil dan ukuran partikel mudah beragregasi. Penggunaan dendrimer dapat digunakan untuk sintesis nanopartikel logam dan memiliki keunggulan memiliki struktur permukaan yang besar dan terdapat lubang di antara cabang-cabang dendrimer yang dapat digunakan sebagai perangkap obat. Pembuatan SPION terenkapsulasi dendrimer PAMAM G4 dilakukan dengan metode kopresipitasi lalu dipanaskan menggunakan autoklaf dengan suhu 120°C. Uji karakterisasi dilakukan terhadap SPION terenkapsulasi dendrimer PAMAM G4 dan SPION. Uji stabilitas dilakukan penyimpanan dan secara in vitro dengan medium BSA 1%, dapar fosfat pH 7,4, dan NaCl 0,9%. SPION terenkapsulasi dendrimer PAMAM G4 yang terbentuk memiliki ukuran partikel dengan Dv90 252 nm, indeks polidispersitas 0,851, dan zeta potensial -29,2 mV. SPION yang terbentuk memiliki ukuran partikel 230,5 nm, indeks polidispersitas 0,807, dan zeta potensial -23,9 mV. Hasil penelitian stabilitas penyimpanan menunjukkan SPION terenkapsulasi dendrimer PAMAM G4 lebih stabil dibandingkan SPION, tetapi masih terjadi agregasi pada keduanya. Pada uji stabilitas SPION dan SPION-PAMAM G4 secara in vitro pada medium larutan BSA 1%, kedua sampel memiliki ukuran partikel yang stabil. Namun, stabilitas in vitro dalam medium dapar fosfat pH 7,4, NaCl 0,9%, dan tanpa medium, SPION terenkapsulasi dendrimer PAMAM G4 lebih stabil dibandingkan SPION, tetapi masih terjadi agregasi pada kedua sampel.

Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticle (SPION) is a functional nanoscale material with unique physical, chemical, magnetic, and biocompatibility properties. In drug delivery systems, SPION has advantages such as large surface area, particle size control, and nontoxic. However, SPION as a lyophobic colloid and its small size makes it easier for particles to aggregate. Surface modification on SPION using PAMAM G4 dendrimer was carried out to cover the lack of physical properties of SPION that unstable and easy to aggregate. The use of dendrimers can be used for the synthesis of metal nanoparticles such as SPION and has the advantage of having a large surface structure dan the presence of holes between the dendrimer branches which can be used for trapping drugs. The preparation of SPION dendrimer encapsulated by PAMAM G4 was carried out by coprecipitation method then heated using an autoclave at a temperature of 120°C. Characterization tests were carried out on SPION encapsulated by PAMAM G4 and SPION dendrimers. Stability test was carried out by storage and in vitro with 1% BSA medium, phosphate buffer pH 7.4, and NaCl 0.9%. SPION encapsulated by PAMAM G4 dendrimer has a Dv90 size of 252 nm, a polydispersity index of 0.851, and a zeta potential of -29.2 mV. The SPION formed has a particle size of 230.5 nm, a polydispersity index of 0.807, and a zeta potential of -23.9 mV. The results of the in vitro stability study showed that SPION encapsulated by PAMAM G4 dendrimer was more stable than SPION, but aggregation still occurred in both nanoparticles. In the in vitro stability test of SPION and SPION-PAMAM G4 in 1% BSA solution, both samples had stable particle sizes. However, in vitro stability in phosphate buffer pH 7.4, NaCl 0.9%, and without medium, SPION encapsulated by PAMAM G4 dendrimer was more stable than SPION, but aggregation still occurred in both samples."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Janti Octavia
"Pembuatan homopolimer polistirena dilakukan dengan metoda polimerisasi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi monomer, surfaktan dan inisiator terhadap ukuran partikel pada polimerisasi stirena sehingga bisa didapatkan kondisi optimum dari monomer stirena yang nantinya dapat digunakan untuk sintesis core-shell. Inisiator yang digunakan adalah ammonium persulfat (APS), surfaktan yang digunakan adalah sodium lauril sulfat (SLS) sedangkan teknik polimerisasi yang digunakan adalah seeding. Homopolimer yang dihasilkan ditentukan kandungan padatan, viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperatur glass, IR dan berat molekulnya. Telah diperoleh kondisi optimum pada formula 35% monomer, APS 1%, SLS 2 CMC dengan nilai persen konversi 99,54%, indeks polidispersitas 0,005 dengan ukuran partikel yang dihasilkan sebesar 133,5 nm dan bersifat monodispers. Proses terjadinya polimerisasi dari monomer stirena menjadi homopolimer polistirena didukung oleh data spektrum IR dan temperatur transisi gelas (Tg)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
KIM.026/08 Oct p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Syah Putri
"Variasi konsentrasi monomer metil metakrilat (MMA), surfaktan natrium lauril sulfat (SLS) dan inisiator ammonium persulfat (APS) dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap ukuran pertikel, persen konversi dan indeks polidispersitas dan menghasilkan ukuran pertikel polimer 100-200 nm. Terjadinya polimer MMA dibuktikan dengan spektrum IR dan nilai Tg. Nilai Tg homopolimer yang diperoleh sebesar 100,070C. Kenaikan monomer, insiator APS dan surfaktan akan menaikkan persen konversi dan indeks polidispersitas.
Konsentrasi surfaktan yang kecil dengan kenaikan konsentrasi inisiator APS dan MMA maka akan memperbesar ukuran pertikel. Pengaruh kenaikan konsentrasi monomer dan inisator pada konsentrasi maksimum, maka ukuran partikel yang diperoleh sebesar 100,2 nm, PDI 0,717 dan persen konversi 89,5%. Variasi surfaktan SLS terkecil sampai 1 CMC diperoleh ukuran pertikel 96,27 nm, PDI 0,074 serta persen konversi sebesar 96,27%. Ukuran pertikel terbesar yang dihasilkan berukuran 116,8 nm dengan PDI 0,153 dan persen konversi 95,08%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30372
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>