Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Philadelphia : Wolters Kluwer/Lippincott Williams Wilkins Health, 2012
617.550 75 KAW d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Zlatikha Djuliannisaa
Abstrak :
ABSTRACT
Biliary atresia is a hepatobiliary disease that attacks children. This disease has symptoms of narrowing of the gallbladder which progresses to liver failure and death. The prognosis for this disease is very poor in the first two years of life if not treated as soon as possible. The diagnosis is made by looking at clinical manifestations and the results of investigations. This research was carried out to look for accuracy of abdominal ultrasonography as a supporting examination and to find out which parameters of the size, contractility of the gallbladder, and the description of the triangular cord that had the most impact on diagnosing biliary atresia. This research is a retrospective study with cross-sectional method. This study used medical records from 30 children aged two months to two years who were diagnosed with biliary atresia at Cipto Mangunkusumo Hospital. Data were analyzed using the chi-square method and the fischer method. The results of this study are 96.7% ultrasound accuracy and contractility as the most significant parameters. In conclusion, most patients are women with a median age of 8.21 months and have not yet performed the procedure of kasai, ultrasound accuracy to diagnose biliary atresia more than 90% and contractility of the gallbladder as the most determining factors for diagnosis.
ABSTRAK
Atresia bilier adalah penyakit hepatobilier yang menyerang anak-anak. Penyakit ini memiliki gejala penyempitan kantung empedu yang berprogres menjadi gagal hati dan kematian. Prognosis penyakit ini sangat buruk di usia dua tahun pertama kehidupan apabila tidak diberikan perawatan sesegera mungkin. Diagnosis ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mencari akurasi dari ultrasonografi abdomen sebagai pemeriksaan penunjang dan untuk menemukan parameter mana dari ukuran, kontraktilitas kantung empedu, dan gambaran triangular cord yang paling berdampak besar untuk mendiagnosis atresia bilier. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan metode cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data rekam medis dari 30 anak umur dua bulan sampai dua tahun yang didiagnosis atresia bilier di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data dianalisismenggunakan metode chi-square dan metode fischer. Hasil dari penelitian ini adalah akurasi ultrasonografi sebesar 96.7% dan kontraktilitas sebagai parameter yang paling signifikan. Kesimpulanya, kebanyakan pasien adalah perempuan dengan median usia 8.21 bulan serta belum melaksanakan prosedur kasai, akurasi ultrasonografi untuk mendiagnosis atresia bilier lebih dari 90% dan kontraktilitas kantung empedu sebagai faktor yang paling menentukan untuk diagnosis.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bulan Arini Eska
Abstrak :
Pendahuluan : Infeksi dengue merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia yang berdampak pada kematian akibat renjatan, apabila diagnosis dan penatalaksanaan tidak dilakukan secara dini. Kendala yang dihadapi dalam protokol deteksi kebocoran plasma selama ini adalah faktor yang menyebabkan negatif palsu, waktu yang di perlukan relatif lama, serta waktu terjadinya kebocoran plasma yang tidak dapat dipastikan. Ultrasonografi abdomen menjadi alat diagnostik potensial untuk menilai kebocoran plasma dan menjadi indikator prognostik.
Tujuan : Menghitung nilai sensitivitas dan spesifisitas ultrasonografi abdomen dalam mendeteksi kebocoran plasma pada infeksi dengue dewasa berdasarkan pemeriksaan albumin darah, serta mendapatkan karakteristik efusi pleura, asites dan penebalan dinding kandung empedu dalam ultrasonografi abdomen pada infeksi dengue.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang ( cross sectional study ) serial dengan menggunakan data primer.
Hasil : Pada hari ke 3 sampai hari ke 5 demam, ultrasonografi abdomen memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%, sedangkan pada hari ke 6 didapatkan sensitivitas 100% dan spesifisitas 83,3% dibandingkan pemeriksaan albumin darah sebagai standar baku emas.
Kesimpulan : Ultrasonografi abdomen dapat dimasukkan ke dalam protokol diagnostik infeksi dengue sebagai alternatif pemeriksaan albumin darah.
......
Introduction : Dengue infection has been the major health issue in Indonesia, which may lead to death because of shock. The protocol in detecting plasma leakage have several problems that can make false negative. Abdominal ultrasound is a potential diagnostic modality in detecting this condition. There were no spesific studies to determine the role of ultrasound in dengue infection.
Objective : to asses the sensitivity and specificity of abdominal ultrasound in detecting plasma leakage of dengue infection compared to serum albumin and also to determine the characteristic of pleural effusion, ascites and thickening of gall bladder wall.
Method : This study is using serial cross sectional design with primary data.
Result : At third until fifth day of fever, the sensitivity and specificity of abdominal ultrasound is both 100%. At sixth day of fever, the sensitivity is 100% and the specificity is 83,3% compared to serum albumin.
Conclusion: Abdominal ultrasound can be implemented to diagnostic protocol of dengue infection as an alternative examination in detecting plasma leakage and should be performed at fourth and fifth day of fever.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library