Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Nur Indahsari
"Balita membutuhkan banyak asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor ekonomi keluarga dan pengetahuan orangtua akan mempengaruhi pola makan balita yang akan berdampak pada asupan nutrisi dan status gizi balita. Balita usia 12-24 bulan harus diberikan ASI minimal hingga berusia 12 bulan dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) setelah usia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Karya ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari intervensi manajemen nutrisi berupa pengaturan pola makan pendamping ASI sebagai upaya peningkatan status nutrisi balita dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Metode yang digunakan pada karya ilmiah ini yaitu deskriptif dengan analisis terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga selama tujuh minggu pada salah satu warga RW 07 Kelurahan Tugu Depok. Hasil evaluasi keperawatan menunjukkan bahwa pengaturan pola makan pendamping ASI efektif dalam meningkatkan status gizi balita yang dibuktikan dengan adanya peningkatan berat badan dari 7,8 kg menjadi 8,6 kg. Karya ilmiah ini direkomendasikan kepada perawat komunitas untuk menerapkan intervensi berupa pengaturan pola makan pendamping ASI dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
......Nutritional intake is needed for under-five-year-old children as review for increasing their growth. Family economic factors and parental knowledge will affect under-five-year-old children diet that will have an impact on nutrient intake and nutritional status. Under-five-year-old children of 12 until 24 months suggested to consuming ASI until 12 months old and needs complementary foods of ASI (MP-ASI) after 6 months old for fulfill their needed. This paper conducted to determine the effectiveness of management interventions in nutrition such as, arrangements of complementary foods of ASI to improvement nutrition status on toodlers with imbalanced nutrition problem less than needed. The method used in this paper is a descriptive with analysis of nursing interventions results at one of citizen from RW 07 Kelurahan Tugu Depok. Evaluation results shows that arrangements of complimentary foods of ASI is effective to improving nutritional status that evidenced by weight increasing from 7,8 kg to 8,6 kg. This paper recommending community nurse to implement interventions of complimentary foods arrangements of ASI in providing nursing care families with nutritional imbalance issue less than needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Wibowo
"Air minum yang aman merupakan kebutuhan hidup yang essensial dan menjadi hak azasi setiap rnanusia, namun dalam keberadaannya air minum juga berperan sebagai transmisi penyakit. Diare, salah satu penyakit yang timbul akibat air minum yang terkontaminasi menjadi penyebab utama kematian terutama pada bayi dan balita. Di Indonesia angka kematian akibat diare pada balita 15,3% dan angka kesakitan 26,13% per 1000 penduduk pertahun. Disisi lain jangkauan penyediaan air minum bersih bagi masyarakat masih memprihatinkan karena lebih dari 60% rumah tangga balita masih mengambil dan mengolah sendiri air yang tidak memenuhi syarat dan sumbernya. Angka cakupan ledeng dan air kemasan hanya sebesar 19% dan 1,4%.
Mengkaji permasalahan di atas diduga adanya keterkaitan erat antara kondisi air minum dengan kejadian diare pada bayi dan balita di Indonesia. Berpedoman kepada beberapa literatur yang menyatakan bahwasanya diare disebabkan oleh multifactor maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia. Analisis menggunakan sumber data sekunder dari Hasil Susenas 2001 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan.
Studi dengan rancangan cross-sectional, meneliti faktor-faktor risiko kesehatan lingkungan (air minum, sarana pembuangan tinja, kepadatan hunian, sarana pembuangan limbah, sampah) terhadap kejadian diare pada anak balita di Indonesia.
Variabel lain seperti pendidikan ibu, status ekonomi, umur, jenis kelamin, ASI dan makanan pendamping ASI juga turut dianalisis. Analisis dibedakan 2 tahap yaitu untuk kelompok bayi 0-11 bulan dan kelompok anak balita 11-59 bulan. Total sampel penelitian sebanyak 26011 anak (5174 bayi dan 20837 balita) dari seluruh Indonesia dan diperoleh melalui tahapan stratifikasi, klaster dan blok sensus dengan cara linier sistematik sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Dari 11 variabel yang diuji pada bayi 0-11 bulan ditemukan 4 faktor yang berkorelasi signifikan dengan kejadian diare yaitu umur (4-11 bulan OR=3,10), jenis kelamin (laki-laki OR=1,42), makanan pendamping ASI (bila diberi 2,13 kali) dan ASI (tidak eksklusif OR=3,08). Analisis multivariat di identifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare adalah umur, jenis kelamin dan makanan pendamping ASI (biskuit dan makanan lainnya). Umur bayi merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi.
Hasil penelitian pada balita dibuktikan faktor-faktor yang terkait signifikan dengan kejadian diare adalah faktor umur (12-23 bulan OR=1,87), faktor pendidikan ibu (rendah 2,095 kali), faktor air minum (tidak memenuhi syarat OR=1,37), faktor sarana pembuangan tinja (tidak memenuhi syarat OR=1,43), faktor kepadatan human (padat OR=1,20), faktor sampah (tidak memenuhi syarat OR=1,20). Hasil analisis multivariat diperoleh faktor risiko terkait signifikan terhadap diare adalah faktor umur, pendidikan ibu dan air minum. Uji statistik menempatkan faktor umur paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita.
Faktor lingkungan terkait signifikan dengan kejadian diare pada balita, sebaliknya tidak bermakna pads bayi. Efek protelctif ASI terbukti positif melindungi bayi dari diare, tapi bersifat tidak permanen dan dapat dipengaruhi faktor lain. Pendidikan ibu mempengaruhi prilaku dan hygiene balita terhadap tingkat risiko menderita diare. Anak berusia 5-23 bulan lebih rentan menderita diare dan pada usia ini kualitas air minum menjadi faktor risiko yang perlu lebih diperhatikan.

Risk-Factors that Associated with Diarrhea Diseases among Baby and Children Age Under Five Years in IndonesiaSafe drinking water is essential for life and declared as a fundamental human right. On the other hand drinking water also had a role in the transmission of diseases, such as Diarrhea which remain a leading high rate of the illness and death among children. In Indonesia, annual mortality and morbidity rate from diarrhea for children under age 5 years (per 1000 population) are 15.3% and 26.13%. At the other side lack of provide safe water supply indicated only 19% people served with pipe, the others 1.4 % drink from hotted water and 60% people have no access to safe water.
Looking at a wide range of drinking water problems and distribution of diarrhea diseases in communities, assumed there were association between the water and the diseases. Based on theory that diarrhea can be caused by multifactors, the research is looking forward to identify risk factors that influenced Diarrhea diseases among chidren age under 5 years in Indonesia Secondary source data of Susenas 2001 (National Social Economic Survey) is taken from National Institute Health Research Development of Ministry of Health of Republic of Indonesia.
Cross sectional-analysis study has been carried to investigate the association of the environmental health risk factors (drinking water, excreta disposal and wastewater facilities, family size and domestic waste) with diarrhea case among children age under 5 years in Indonesia. The other variables such maternal education, economic-status, age, sex, breast-feeding and baby supplement food are also investigated as risk factors of diarrhea. Stratified, cluster and bloc-sensus methods with systematic tinier sampling was used to get sample Total sample are 26011 people (5174 babies and 20837 children) from all area in Indonesia.. Data was carried out in univariate, bivanate and multivariate analysis The same analysis is applied on two different groups. First analysis is for population of babies age 0-11 months and the other is young children age 12-23 months.
Of the 11 variables tested on group of babies 0-11 months, the result of the study had indicated 4 risk factors (age (5-7 months OR-3.10), sex (man-OR-I.42), breast-feeding (ungiven-OR 3.08) and baby's supplement-food (given-OR-2.13) significantly correlated with diarrhea Furthermore, multivariate analysis had shown that the age of the baby is the most dominant factor, together with sex and supplement food factors are statistically has significant association with diarrhea.
On young children population, the study had identified that risk factors significantly associated with diarrhea are drinking water (unhealthy-OR-1.37), excreta disposal facilities (unhealthy-OR= 1.43), family density (crowded-OR-1.20), domestic-waste (unhealthy-OR-I.26), maternal-education (low-OR=2.095) and age (12-23 months-OR-1.87). Multivariate Analysis had determined that drinking water, maternal-education and age risk factors are statistically influenced diarrhea diseases. The most dominant factor is age.
Finally the study had identified environment risk factors is significant associated to diarrhea among the children, but not for the newborn-babies. Breast-feeding protection effect are identified positive preventing baby from diarrhea diseases, but it is not permanently and can be influenced by the other factors. Maternal-education factor had a role to influence children behavior and hygiene that related to risk possibility of suffering diarrhea. Children, who are age between 5-23 months, has been indicated more sensitive of suffering diarrhea diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syofyan Hendri
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Program Jaminan Sosial yaitu BLT, Raskin dan Askeskin yang berpengaruh terhadap status gizi anak usia balita. Analisis dilakukan menggunakan data cross section tahun 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Sakerti 2007 dengan sampel anak usia balita yang berada di rumah tangga miskin. Untuk mengetahui pengaruh Program Jaminan Sosial yaitu BLT, Raskin dan Askeskin terhadap status gizi anak usia balita digunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil estimasi menunjukkan bahwa Program Jaminan Sosial BLT, Raskin dan Askeskin tidak berpengaruh terhadap status gizi anak usia balita.

The purpose of this study is to identify the effect of Social Security programs (BLT, Raskin and Askeskin) on the nutritional status of under-five-year children. Analysis was performed on cross-sectional data of Sakerti in 2007, with a sample of under-five-year children who are in poor households, using Ordinary Least Square (OLS) method. The result of this research indicated that the Social Security programs (BLT, Raskin and Askeskin) did not affect the nutritional status of under-five-year children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Budiyani
"Giardia lamblia adalah protozoa parasit usus pada manusia yang umum terdapat di seluruh dunia, dominan pada iklim lembab, dan lebih sering terjadi di negara berkembang. Pada sebagian besar negara berkembang, prevalens giardiasis paling tinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi Giardia lamblia dengan status nutrisi balita.
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil survei pemeriksaan parasit usus dan pengukuran tinggi dan berat badan pada balita di kecamatan Jatinegara, Jakarta Pusat tahun 2006. Sejumlah 467 anak di bawah lima tahun dipilih secara acak sebagai sampel dalam penelitian ini. Prevalens infeksi parasit usus pada populasi ini mencapai 65.7%, dengan persentase giardiasis sebesar 4.1%. Sembilan belas orang dengan giardiasis telah dibandingkan dengan 160 orang tanpa infeksi parasit usus untuk melihat adanya perbedaan bermakna pada indikator malnutrisi. Z score dengan nilai -2SD digunakan sebagai cut off point indikator malnutrisi. Sebanyak delapan (42.1%) anak yang terinfeksi dan 53 (33.1%) anak yang bebas infeksi parasit usus mengalami berat badan kurang (underweight). Delapan (42.1%) anak dari kelompok yang terinfeksi dan 60 (37.5%) anak dari kelompok tanpa infeksi parasit usus mengalami gangguan pertumbuhan linear (stunting). 10.5% anak dengan giardiasis dan 26.8% anak tanpa infeksi parasit mengalami gangguan pertumbuhan dalam proporsi tubuh (wasting).
Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada berat badan dan tinggi badan antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok kelompok tanpa infeksi parasit (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan indikator antropometri untuk status nutrisi (WAZ, HAZ, WHZ) yang bermakna antara kedua kelompok. Sebagai kesimpulan, studi ini memperlihatkan bahwa status nutrisi anak balita pada area ini tidak dipengaruhi oleh infeksi Giardia lamblia.
......Giardia lamblia is a common intestinal parasite in human worldwide, dominant in humid climate, especially in developing countries. The prevalence of giardiasis in some of the developing countries is highest in children under five years old. The objective of this cross sectional study is to access the association between giardiasis and nutritional status among children.
This study utilized secondary data aquired from a survey for stool analysis of intestinal parasites and measurement of height and weight, which was carried out among children in Jatinegara district in 2006. A total of 467 children under five years old were randomly selected for this study. The prevalence of intestinal parasitic infection reached 65.7%, with 4.1% infected by Giardia lamblia. Nineteen people with giardiasis were compared with 160 people without infection to observe any significant differentiation on the malnutrition indicators. Z score of -2SD was used as cut off point of malnutrition. A total of eight (42.1%) infected children and 53 (33.1%) children without parasitic infection had underweight. Eight (42.1%) children from infected group and 60 (37.5%) children in control group were stunted. 10.5% children with giardiasis and 26.8% individuals from the noninfected group were wasted.
Statisical analysis revealed a significant differentiation for age, weight, and height between the infected group and the noninfected group (p<0.05). However, the antropometric indicator for nutritional status (WAZ,HAZ, and WHZ) did not differ significantly between the infected group non-infected group. In conclusion, this study revealed that nutritional status among under five children in this region is not associated with G. lamblia infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyo Cahyaningsih
"Perawat dapat membantu pasien pneumonia dan keluarganya melalui perencanaan pulang yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perencanaan pulang terhadap kepatuhan minum obat dan pemahaman tanda bahaya pneumonia pada anak balita pneumonia di RSUD Karawang. Desain penelitian quasi experimental post test only control group design dengan 58 responden yang dipilih dengan tehnik consecutive sampling.
Hasil penelitian dengan uji Chi square menunjukkan adanya perbedaaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol dalam kepatuhan minum obat dan pemahaman tanda bahaya pneumonia (p < 0,001). Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pendapatan, pengalaman merawat anak pneumonia dan dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat dan pemahaman tanda bahaya pneumonia. Rekomendasi dalam penelitian ini sebaiknya perawat memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya perencanaan pulang, dan perlu dibuat Standar Operating Procedur beserta alurnya.
......Nurses can help patients pneumonia and his family through appropriate discharge planning. This study aimed to determine the effect of discharge planning on medication adherence and understanding of the danger signs of pneumonia in children under five pneumonia in hospitals Karawang. Quasi-experimental research post test only control group design with 58 respondents were selected by consecutive sampling technique. The study by using Chi square test.
The study found a significant difference in the intervention group and control group about medication adherence and understanding of the danger signs of pneumonia (p < 0.001). Gender, education, occupation, number of children, income, experience to care pneumonia, and social support has no effect on medication adherence and understanding of the danger signs of pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Chaira Maulanisa
"B. hominis dan G. lamblia adalah parasit usus yang sering menyebabkan diare pada anak-anak terutama pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Namun patogenitas Blastocystis hominis menyebabkan diare masih menjadi kontroversi dikalangan para peneliti, B. hominis sering ditemukan bersama organisme lainnya yang lebih cenderung menjadi penyebab diare sehingga diare tersebut seringkali dihubungkan dengan organisme selain B. hominis. Salah satu organisme yang paling banyak ditemukan bersama dengan B. hominis adalah Giardia. lamblia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan infeksi campur B. hominis adalah G. lamblia dengan kejadian diare pada balita. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, menggunakan 206 sampel yang didapatkan dari data sekunder hasil pemeriksaan tinja pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006 yang diperoleh dari Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari 206 sampel 19.9% diantaranya mengalami infeksi campur B. hominis dan G. lamblia . Dan angka kejadian diare pada sampel mencapai 19.5%, dengan 26.7% pada infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan 73.3% pada individu yang tidak terinfeksi parasit. Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dan kelompok yang tidak terinfeksi parasit usus. Lalu dilakukan uji statistik untuk menilai hubungan infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadia diare. Dengan uji Chisqure didapatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita dengan nilai p=0.315 (p>0,05). Disimpulkan bahwa Tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi campur B. hominis dan G. lamblia dengan kejadian diare pada populasi balita di Kecamatan Jatinegara pada tahun 2006.
......B. hominis and G. lamblia are intestinal parasites that commonly cause diarrhea in children, especially those less than 5 years old. Nevertheless, the pathogenicity of B. hominis to cause diarrhea is still debated by researchers, as B. hominis is usually found mixed with other organisms, which one of those is G. lamblia. This study aimed to identify the association between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea in under five year old children. A cross sectional study was carried out using 206 samples acquired from secondary data of stool examination among children in Jatinegara district in 2006. Among 206 samples obtained, 19.9% were infected with both B. hominis and G. lamblia. A total of 19.5% children had diarrhea. Among them, 26.7% were infected with both B. hominis and G. lamblia, and the rest (74.3%) were free of intestinal parasites infection. The infected group was then compared with the uninfected group to observe any significant relation between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea. Statistical analysis using chi square test revealed that were was no relationship between mixed infection of B. hominis and G. lamblia and the occurrence of diarrhea (p=0.315). In conclusion, mixed infection B. hominis and G. lamblia was not associated with diarrhea in under five year old children in this region."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library