Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardian Eko Gunawan
2007
T23299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Puspitaningrum
Abstrak :
Padi yang dapat dibudidayakan di lahan kering diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Analisis morfologis dan molekuler merupakan salah satu cara untuk mengetahui toleransi tanaman terhadap kekeringan. Penelitian ini bertujuan menentukan varietas padi yang tahan kekeringan melalui analisis morfologis serta molekuler. Sampel yang digunakan terdiri dari INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, dan Pare Lambem yang ditumbuhkan pada dua perlakuan yaitu kontrol dan kekeringan (germinasi pada PEG 6000 20% dan modifikasi penyiraman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perkecambahan, bobot radikula, dan rata-rata jumlah daun (35 HST) pada tiap varietas tergolong toleran, sementara itu untuk skor kelengkungan daun diketahui bahwa Pare Lambem menunjukkan kondisi daun yang tergolong agak peka (skor 5), sedangkan tiga varietas lain tergolong kategori toleran (skor 1). Data tinggi tanaman serta panjang daun pada 7 HST dan 35 HST menunjukkan pola hasil yang sama, yakni Pare Lambem berbeda signifikan pada perlakuan kontrol dan kekeringan berdasarkan uji t (kategori peka), sementara varietas lain termasuk kategori toleran. Berdasarkan tujuh parameter uji, diperoleh kategori toleransi total. Pare Lambem tergolong kategori agak toleran (42,8%), sedangkan varietas lain tergolong kategori toleran (85,7%). Hasil analisis molekuler menunjukkan bahwa fragmen OsDREB2A terdapat pada varietas uji serta memiliki homologi 100% dengan sekuens DREB2A dari kultivar Pokkali. Mutasi sekuens tidak ditemukan pada urutan nukleotida maupun asam amino dari sampel varietas uji terhadap spesies pembanding. Struktur protein pada sampel uji menunjukkan kemiripan dengan model protein dari kultivar Pokkali. Varietas Jawa (peka) menunjukkan perbedaan sekuens nukleotida, asam amino, dan struktur protein terhadap kultivar Pokkali dan sampel uji. ......Rice that can be grown in dry land is needed to increase food security. Morphological and molecular analysis are mechanisms to determine the drought tolerance level of plants. This study aims to determine drought-resistant rice varieties through morphological and molecular analysis. The samples used consisted of INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, and Pare Lambem grown in two treatments (control and drought treatment (PEG 6000 20% and water modification)). The results showed that the percentage of germination, radicle weight, and the average number of leaves (35 DAP) in each variety belonged to the tolerant category, while for the leaf curvature scores, it was known that Pare Lambem showed a leaf condition that was classified as sensitive category (score 5), while the other three varieties belonged to the tolerant category (score 1). Data on plant height and leaf length at 7 DAP and 35 DAP showed the same yield pattern, namely Pare Lambem was significantly different in the control and drought treatment samples based on the t-test (sensitive category), while other varieties were in the tolerant category. Based on the seven test parameters, the total tolerance category was obtained. Pare Lambem was classified into the slightly tolerant category (42.8%), while other varieties were classified as tolerant (85.7%). The molecular analysis results showed the presence of OsDREB2A in all tested varieties also had 100% homology with DREB2A sequences from the Pokkali. Sequence mutations were not found in the nucleotide or amino acid sequences of the tested samples against the comparison species. The protein structures of the tested samples showed similarities to the protein model of the Pokkali cultivar. The Java variety (sensitive) showed differences in nucleotide sequences, amino acids, and protein structure against Pokkali and tested samples.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Apriliniwati
Abstrak :
Pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm pada pucuk dan ketiak daun tanaman tomat bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembungaan dan pembuahan tanaman tomat tersebut. Perlakuan diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 10 hari. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok, dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Hasil uji nonparametrik Kruskal-Wallis pada taraf nyata α = 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata dari pemberian 2,4-D terhadap waktu pembungaan, jumlah bunga per tanaman, waktu pembuahan, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per buah dan berat basah buah. Secara non statistik, rata-rata waktu pembungaan paling cepat dijumpai pada perlakuan 2 ppm (63,94 hari) dan waktu pembuahan paling cepat dihasilkan oleh kontrol (86,04 hari). Kontrol juga menghasilkan rata-rata jumlah bunga, buah dan jumlah biji terbanyak (36,47 bunga per tanaman; 3,07 buah per tanaman dan 24,15 biji per tanaman). Rata-rata jumlah bunga paling sedikit terdapat pada perlakuan 8 ppm (20,85 bunga per tanaman) dan jumlah buah paling sedikit terdapat pada penlakuan 4 ppm (1,65 buah per tanaman). Konsentrasi 10 ppm menghasilkan waktu pembuahan paling lambat (100,89 hari); jumlah biji paling sedikit (9,45 biji per buah) dan berat basah buah terendah (11,02 g). Rata-rata berat basah buah tentinggi dihasilkan oleh perlakuan 4 ppm (23,3 g).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Marwoto
Abstrak :
Pengembangan hortikultura menghadapi kendala serangan nema-toda parasitik yang menyebabkan kehilangan hasil cukup tinggi. Di Indonesia, kerugian hasil hortikultura akibat nematoda parasitik berkisar antara 20-40% dari total produksi per tahun. Salah satu cara pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan ialah dengan menggunakan varietas tahan dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya. Tingginya kebutuhan akan varietas tahan mendorong peningkatan investasi di bidang pemuliaan tanaman. Di Indonesia investasi di bidang pemuliaan tanaman meningkat 15-30%. Sasaran pengembangan varietas tahan ialah menekan kerapatan populasi nematoda pada tingkat yang tidak merugikan guna meningkatkan produksi, produktivitas, mutu hasil, dan daya saing produk hortikultura. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: (1) penggunaan varietas tahan dan teknik pengendalian lainnya dengan memerhatikan kelestarian lingkungan; (2) pengembangan sistem pemantauan populasi nematoda di lapangan; (3) diseminasi inovasi melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu; (4) pengembangan kerja sama pemuliaan partisipatif; dan (5) penguatan penelitian dasar di bidang biologi, ekologi, genetika, dan bioteknologi. Untuk meningkatkan investasi di bidang perakitan varietas tanaman dan perbenihan diperlukan penguatan penerapan sistem perlindungan varietas tanaman. Keberhasilan pengembangan industri pemuliaan tanaman sangat bergantung pada partisipasi masyarakat.
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zackie Alfian Rizaldy
Abstrak :
ABSTRAK
Stres oksidatif disebabkan ketidak seimbangan mekanisme pertahanan tubuh dengan radikal bebas. Radikal bebas dapat menginisiasi peroksidasi lipid yang berakibat kerusakan jaringan salah satunya pada jantung. Salah satu cara mengatasi hal ini dengan mengkonsumsi antioksidan eksogen dari makanan, yaitu bekatul. Bekatul mengandung tokoferol vitamin E . Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui efek antioksidan bekatul varietas IPB3s dibandingkan vitamin E terhadap kadar malondialdehid MDA pada jantung tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan sampel 30 tikus jantan galur wistar. Sampel dibagi menjadi sepuluh kelompok dan masing-masing kelompok dilakukan pengukuran kadar MDA dengan metode Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CCL4 tidak signifikan meningkatkan kadar MDA jantung dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian bekatul IPB3s secara bermakna menurunkan kadar MDA jantung dibandingkan dengan pemberian CCl4. Tidak terdapat perbedaan kadar MDA bermakna antara pemberian bekatul dibandingkan dengan pemberian vitamin E. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bekatul dapat dijadikan sumber alternatif vitamin E.
ABSTRACT
Oxidative stress is caused by the imbalance of the body s defense mechanism with free radicals. Free radicals can initiate lipid peroxidation resulting in cardiac tissue damage. One way to overcome this by consuming exogenous antioxidants from food, such rice bran. Rice bran contains tocopherol vitamin E . The aim of this study was to know the antioxidant effect of rice bran varieties IPB3s compared to vitamin E to the levels of malondialdehid MDA in the cardiac tissue of rats induced carbon tetrachloride CCl4 . This study used an experimental design with a sample of 30 male rats of wistar strain. The samples were divided into ten groups and each group performed the measurement of MDA levels measured using Thiobarbituric Acid Reacting Substances TBARS assay. The results of this study showed that the administration of CCL4 did not significantly increase cardiac MDA levels compared to the control group. It was also revealed the administration of rice bran varieties of IPB3s significantly decreased MDA level of cardiac tissue compared with CCl4 group. There was no significant difference in MDA levels between rice bran and vitamin E intake. Based on the research results can be concluded that rice bran can be used as an alternative source of vitamin E.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Farmers are rational in decision making process with respect to any introduced agricultural technology. Farmers may consider the economic sacrifices in term of additional cost and potential benefit or additional income before they accept and adopt the introduced technology. This study aimed to analyze farmer’s criteria and determine explanatory variables affecting farmer’s decision to accept or to adopt submergence tolerant (Sub-1) rice varieties at flash flood and flood prone affected rice area. The study was conducted in Indramayu District, West Java, and Kayu Agung District, South Sumatra. Contingent Valuation Method (CVM) that derived Willingness to Accept (WTA) approach was exercised to analyze explanatory variables that influence farmers’ willingness to accept introduced rice varieties. The results showed that the economic cost of flooding that damaged rice was about US$7.63 million in Kayu Agung and US$11.25 million in Indramayu in every wet season planting. Farmer’s criteria used in submergence tolerant varietal evaluation varied and location specific in nature. Most of explanatory variables used in the model were significantly influenced farmers’ WTA for submergence tolerant rice varieties such as: (1) availability of seed, (2) submergence tolerant for more than 14 days, (3) high yield, (4) proffer rice taste, (5) households’ income during normal year, (6) area planted during normal year, and (7) age of farm household head. The only indicator that did not significantly influence the farmers’ WTA for the Sub-1 rice varieties was farm household income during the flood year cropping.
IJAS 13:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Kushartanti
Abstrak :
At a very young age children living in Jakarta use both Colloquial Jakarta Indonesia and Bahasa Indonesia. The children’s first and most used language is Colloquial Jakarta Indonesia. In the formal school setting Bahasa Indonesia is frequently used and stimulated on a daily basis, and the learning process of Bahasa Indonesia is accelerated. The question addressed in this article is: how do these children choose from their repertoire of language varieties at this stage of language development? In our study 63 children (aged three to five), were interviewed in a formal and an informal situation in three playgroups and kindergartens. This study shows that even in the preschool setting, young children are already developing their sociolinguistic competence, knowing when to choose which language variety.
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yuliani
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit hawur daun bakteri (HDB) merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi padi. Penggunaan varietas tanah merupakan carapengendalian yang efektif dan mudah diterapkan petani. Tulisan ini membahas heritabilitas dan sumber gen ketahanan varietas padi terhadap penyakit HDB dan strategi mempertahankan durabilitas varietas tahan sebagai salah satu upaya pengendalian melalui pemulihan tanaman mendukung upaya peningkatan produksi padi. periaktan dan pengembangan varietas tahan berperan penting mengendalikan penyakit DB, karena memilki mekanisme ketahanan genetik yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Varietas dengan ketahanan vartikel mudah dipatahkan oleh patogen, sehingga perlu upaya perakitan varietas dengan ketahanan horizontal. Untuk memperoleh keturunan tanaman padi yang tahan terhadap penyakit HDB dalam perakitan varietas, posisi tetua tahan sebaiknya diperankan sebagai tetua betina yang memilki daya gabung khusus yang tinggi. sifat ketahanan HDB dari populasi tetua yang mengandung gen dari hasil silang ganda memilki heritabilitas lebih tinggi. Populasi turunan dari silang ganda memilki ketahanan multigenik dan berpeluang menghasilkan individu rekombian tahan untuk periode yang lama (durable). Ketersediaan varietas tahan yang durable menjadi syarat utama dalam pengendalian penyakit HDB secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan ketahanan varietas melalui perakitan varietas dengan berbagai sumber ketahanan, di antaranya padi liar, padi lokal, dan padi intoduksi.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shela Emilia Permatasari
Abstrak :
Setiap varietas tanaman padi memiliki perbedaan tingkatan toleransi terhadap cekaman ferrous ion (Fe2+) dan memicu toksisitas Fe dan kerusakan oksidatif pada padi. Perbedaan ketahanan toleransi cekaman Fe disebabkan karena adanya tingkat regulasi ekspresi yang berbeda pada gen OsFER yang dapat ditemukan pada kromosom 11 dan 12. Analisis molekuler dari identifikasi genom hingga profil ekspresi gen OsFER dalam merespons cekaman Fe dan oksidatif dilakukan terhadap beberapa varietas padi. DNA genom dari ke delapan varietas padi (Impari 42, Cupatmangu, Situbagendid, Wayapo, Kangkung, Sigupai, Ciherang dan Sunggal.) diisolasi dan dilakukan amplifikasi PCR menggunakan primer OsFER2. Hasilnya menunjukkan kesamaan 100% karakteristik OsFER pada semua varietas padi yang dipelajari di kromosom 11 (LOC_Os11g01530) dan kromosom 12 (LOC_Os12g01530). Namun, struktur protein lengkap kompleks ferritin hanya ditemukan pada kromosom 12, sedangkan pada kromosom 11 hanya terdapat sebagian area alfa-helix OsFER dengan situs aktif (asam glutamat, tirosin) yang membentu ferooxsidase diiron centre. Analisis ekspresi relatif gen OsFER dilakukan terhadap varietas Kangkung dan Sunggal pada lima kondisi perlakuan cekaman FeSO4 dan cekaman oksidatif menggunakan H2O2 (FeSO4 300ppm, FeSO4 600ppm, H2O2 30mM, H2O2 60mM, dan kombinasi FeSO4 300ppm dan H2O2 30mM) yang diterapkan pada varietas Kangkung (toleran) dan Sunggal (rentan). Perhitungan ekspresi gen relatif menggunkan teknik amplikasi cyclic menggunakan qPCR. Persentase efisiensi gen OsFER Ch.11, OsFER Ch.12 dan GAPDH sebesar 93%, 105% dan 96%. Pada varietas Kankung, rasio ekspresi gen OsFER lebih tinggi secara signifikan pada OsFER Ch. 12 daripada OsFER Ch. 11. Gen OsFER Ch.12 diekspresikan paling tinggi pada kondisi cekaman Fe dengan nilai 1,329 pada FeSO4 300ppm dan 1,207 pada FeSO4 600ppm. Sebaliknya OsFER Ch. 11  justru di represi dengan nilai 0,717 dan 0,704. Sedangkan pada varietas Sunggal tidak menunjukkan perubahan signifikan pada ekspresi gen baik pada OsFER Ch.11 maupun OsFER Ch.12 dalam kondisi stres. Temuan ini menunjukkan bahwa ekspresi OsFER Ch.12 yang lebih tinggi pada varietas Kangkung berkontribusi terhadap peningkatan toleransi terhadap cekaman Fe2+ dibandingkan dengan varietas Sunggal yang lebih rentan. Diferensiasi regulasi  ekspresi gen OsFER memberikan potensi untuk memahami perbedaan mekanisme toleransi di antara varietas padi terhadap cekaman Fe2+ dan kerusakan oksidatif. ......Rice varieties exhibit varying tolerance levels to ferrous ion (Fe2+ )stress, which can lead to Fe toxicity and oxidative damage. This differential tolerance is attributed to differences in the regulation of OsFER gene expression. OsFER genes are located on chromosomes 11 and 12 and play a crucial role in iron sequestration and detoxification.This study investigated the molecular basis of OsFER gene from genome identification until the expression profile of OsFER in response to Fe2+ stress and oxidative damage in some rice varieties. Genome identification of eight rice varieties (Impari 42, Cupatmangu, Situbagendid, Wayapo, Kangkung, Sigupai, Ciherang dan Sunggal) was done by using PCR and OsFER target gene and continued into sequence analysis. The results show that all rice varieties studied have 100% alignment similarity and OsFER characteristics on chromosome 11 at LOC_Os11g01530 and chromosome 12 at LOC_Os12g01530, which have striking differences. The complex's complete protein structure is found on Ch. 12, while only a portion of alpha-helix is on OsFER Ch.11 containing active sites polypeptide situs aktif Glutamic Acid (E) Tyrosin (Y) and built the Ferroxidase diiron centre. The relative gene expression was applied  in two rice varieties: Kangkung (tolerant) and Sunggal (sensitive) under FeSO4 stress and oxidative stress induced by H2O2 treatment conditions: FeSO4 300ppm, FeSO4 600ppm, H2O2 30mM, H2O2 60mM, and combination of FeSO4 300ppm and H2O2 30mM. Relative gene expression was quantified using real-time quantitative PCR (qPCR). The amplification efficiency of OsFER Ch.11, OsFER Ch.12, and GAPDH was determined to be 93%, 105%, and 96%.In the Kangkung variety, the expression ratio of OsFER genes was significantly higher for OsFER Ch.12 compared to OsFER Ch.11. OsFER Ch.12 expression was highest under Fe2+ stress conditions, with values of 1.329 at 300 ppm FeSO4 and 1.207 at 600 ppm FeSO4. Conversely, OsFER Ch.11 expression was repressed under these conditions, with values of 0.717 and 0.704, respectively. In contrast, under stress conditions, the Sunggal variety did not exhibit significant changes in gene expression for either OsFER Ch.11 or Ch.12.These findings suggest that the higher expression of OsFER Ch.12 in the Kangkung variety contributes to its enhanced tolerance to Fe2+ stress compared to the more susceptible Sunggal variety. Differences in the regulation of OsFER gene expression have the potential to provide insight into differences in the mechanisms of tolerance to Fe2+ stress and oxidative damage between rice varieties.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Lestari
Abstrak :
Kabupaten Kendal merupakan wilayah yang berbatasan dengan kabupaten-kabupaten yang menggunakan dialek yang berbeda mdash;dialek Semarsuradupati di bagian timur, dialek Pekalongan di bagian barat, dan dialek Wonosobo di bagian selatan. Kabupaten Kendal juga memiliki topografi yang unik, yaitu adanya daerah pegunungan di bagian selatan dan daerah pesisir Laut Jawa di bagian utara. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana situasi kebahasaan di Kabupaten Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan situasi kebahasaan di Kabupaten Kendal dengan pemetaan bahasa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pupuan lapangan dengan daftar tanyaan berjumlah 236 kata: 200 kosakata dasar Morish Swadesh, 11 Kosakata kata ganti, sapaan, dan acuan, dan 25 kosakata bidang sistem kekerabatan. Penelitian ini membuktikan bahwa Kabupaten Kendal merupakan wilayah pakai satu bahasa beda wicara dengan persentase hasil dialektometri mencapai 27. Anggapan masyarakat mengenai dialek Weleri di Kabupaten Kendal tidak sesuai dengan hasil penelitian ini. Akan tetapi, Weleri mempunyai kekhasan ungkapan fatis ra, po, dan si yang memiliki fungsi yang sama dengan kan, ya, dan sih dalam bahasa Indonesia. Selain itu, ditemukan 15 kata yang tergolong sebagai kosakata khas Kabupaten Kendal.
Kendal is a regency that is bordering with some other regencies having different dialect mdash Semarsuradupati dialect in the east, Pekalongan dialect in the west, and Wonosobo dialect in the south. Kendal has a unique topography, namely the mountainous areas in the south and coastal areas in the northern part of Java Sea. According to these, the formulation of this research is how the languages situation in Kendal is. The aim of this research is to explain the language situation in Kendal with language mapping. This research is using survey method with questionnaire totaling 236 words 200 basic vocabulary Swadesh Morish, 11 Vocabulary pronouns, greeting, and reference, and 25 vocabulary kinship system. This research reveal that Kendal is an area of one language different pronounciations with the percentage of dialectometric result reaches 27. Therefore, the public opinion about Weleri dialect in Kendal is not in accordance with the results of this study. However, Weleri does have the peculiarities phatic phrases ra, po, and si that has the same function as lsquo kan, ya, and sih in Bahasa Indonesia. In addition, there are 15 words that are categorized as Kendal typical vocabulary.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>