Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arles
Abstrak :
Latar Belakang: Derajat keparahan karsinoma hepatoselular (KHS) yang dinilai dengan klasifikasi Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) merupakan faktor prognostik utama KHS. Penilaian kadar serum Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dianggap dapat mencerminkan tingkat keparahan KHS. Namun, belum ada kesepakatan mengenai hubungan tingkat keparahan KHS dengan kadar serum VEGF. Tujuan : Mengetahui hubungan kadar serum VEGF dengan tingkat keparahan KHS dengan menilai perbedaan rerata kadar serum VEGF pada berbagai tingkat keparahan KHS. Metode : Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk menentukan hubungan antara kadar serum VEGF dengan tingkat keparahan KHS berdasarkan klasifikasi BCLC. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo antara bulan Januari 2015 dan Mei 2015. Uji statistik yang digunakan untuk menilai hubungan kadar serum VEGF dengan klasifikasi BCLC ialah analisis one way ANOVA, dan dilanjutkan dengan analisis post hoc Tukey Schaffe. Hasil : Sebanyak 61 subyek KHS diikutkan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak ditemukan subyek dengan BCLC stage 0. Rerata kadar serum VEGF BCLC stage A adalah 288,26±156,6 pg/ml; BCLC stage B: 434±164,8 pg/ml; BCLC stage C: 785,57±194,25 pg/ml; BCLC stage D: 1537,97±660,62 pg/ml. Analisis one way ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna (P<0,001) antara kadar serum VEGF dengan tingkat keparahan KHS berdasarkan klasifikasi BCLC. Analisis post hoc dengan Tukey Schaffe menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara BCLC stage A dan C (p<0,05) serta BCLC stage A dan D (p< 0.001), BCLC stage B dan D (p<0.001), dan BCLC stage C dan D (p<0.001). Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara subyek dengan BCLC stage A dan B, dan antara BCLC stage B dan C. Kesimpulan : Didapatkan kadar serum VEGF yang meningkat sesuai dengan tingkat keparahan KHS berdasarkan klasifikasi BCLC terutama untuk BCLC stage B ke atas.
Background : The severity of Hepatocellular Carcinoma (HCC) stratified by Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) staging classification has been one of the main prognostic factors of patients with HCC. Serum vascular endothelial growth factor (VEGF) examination can be reflect to predict the severity of HCC. Although, there is no consensus among experts about the severity of HCC staging and serum VEGF levels. Aim : To determine the association between serum VEGF levels and severity of HCC. Methods : A cross-sectional study to determine the association between serum VEGF levels and the severity of HCC stratified by BCLC staging classification. The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2015 and May 2015. One way ANOVA analysis was used to assess the association between serum VEGF levels and BCLC classification staging. Post hoc analysis will be done using Tukey Schaffe test. Results: There were 61 HCC subjects included to this study. There were no subjects with BCLC stage 0. The mean VEGF serum level in patients with BCLC stage A was 288.26 ± 156.6 pg / ml; BCLC stage B: 434 ± 164.8 pg / ml; BCLC stage C: 785.57 ± 194.25 pg/ml; and BCLC stage D: 1537.97 ± 660.62 pg/ml. One way ANOVA showed significant statistical difference (P <0.001) between mean serum VEGF levels and the severity in all BCLC stages. Post hoc analysis using Tukey Schaffe test showed significant stastical difference between BCLC stage A and C (p<0.05), BCLC stage A and D (p<0.001), BCLC stage B and D (p<0.001), and BCLC stage C and D (p<0.001). There were no significant statistical differences between patients with BCLC stage A and B, and between BCLC stage B and C. Conclusion: We found that increased levels of serum VEGF were associated with the severity of HCC based on BCLC staging classification, especially in patients with BCLC stage B and upwards.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Imelda Rosalyn
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara adalab salab satu kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Dalam perkembangannya, sel kanker payudara membutubkan vsairularisasi baru. Sel kanker mampu menginisiasi pembentukan pembulub darab baru bagi dirinya sendiri dengan cara mengubah keseimbangan antara faktor proangiogenik dan antiangiogenik. Kurkumin adalab molekul yang pleiotropik, dapat memodulasi berhagai target pada sel kanker, tennasuk aktivasi berbagai faktor transkripsi, reseptor, protein kinase, reseptor, sitokin, enzim dan faktor pertumbuban yang diperlukan dalam pertumbuhan sel kanker payudara. Tujuan: Untuk mengetabui pengaruh pemberian kurknmin kadar tinggi temadap kadar VEGF pada kultur jaringan sel kankar payudara MCF-7. Metode: subkultur jaringan kanker payudara MCF-7 dalam medium RPMI komplit+ FBS I 0% sejumlah 9 sampal tiap kelompok perlakuan. lnkubasi 72 jam. Cairan kultur diambil, kadar VEGF diperilc!a secara kuantitatif dengan ELISA. Basil: kadar VEGF kelompok MCF-7+kurknmin O,OSmM berbeda bermakua dengan kadar VEGF kelompok MCF-7 tanpa kurkumin (1'= 0,0 14). Kadar VEGF kelompok perlakuan MCF-7+kurknmin O,lmM juga berbeda bermakua dibandingkan dengan kelompok MCF-7 tanpa kurknmin (1'=0,001 ). Namun kadar VEGF kelompok MCF-7+kurkumin 0,05mM jika dibandingkan dengan kelompok MCF-7+kurkumin O,lmM tidak berbeda bermakua (1'=0,262). Kesimpulan: Kurkumin kadar O,05 mM dan 0,1 mM dapat menurunkan kadar VEGF pada kultur jaringan kanker payudara MCF-7. Kurkumin kadar 0,05 mM dan O,1 mM dapat menghambat proliferasi sel yang diikuti dengan penurunan kadar total VEGF pada kultur jaringan kanker payudara MCF-7.
Abstract
Background: Breast cancer is one of the most prevalent cancer in women. In order to grow, the tumor cells require new vascularization, New vascularization is initiated by the tumor cells themselves by recruitment of their own blood supply by shifting the balance between proangiogenic and antiangiogenic factors. Curcumin is a p1eiotropic factor which can modulate various targets on cancer celts, including activation of transcription fuctors, receptors, protein kinase&, cytokines, enzymes, and growth factors needed for breast cancer cells' growth. Objective: To identify the influence of high dose curcumin towards VEGF level in breast cancer cell line MCF-7. Method: In this study, breast cancer cell line MCF-7 was subcultured in complete RPM! medium + FBS 10%, with 9 samples for each treatment group; then incubated for 72 hours. VEGF concentration was measured with ELISA from the supernatant of the cell culture. Result: The VEGF levels of both MCF-7 + curcumin 0.05 mM treatment group and MCF-7 + curcumin 0.1 mM treatment group are significantly lower than the VEGF level of MCF-7 without curcumin treatment group (p = 0.014 and p = 0.001). The VEGF level of MCF-7 + curcumin 0.05 mM treatment group is not significantly different from the VEGF level of MCF-7 + curcurnin 0.1 mM treatment group (p = 0.262). Conclusion: Corcurnin dose of 0.05mM and O.lmM lower the VEGF level in breast cancer cell line MCF-7. Corcurnin dose of 0.05 mM and 0,1 mM lower !he proliferation of breast cancer cell line MCF-7.
2009
T32835
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada preeklampsia terjadi peningkatan kadar VEGF (vascular endothelial growth factor). Selain mempunyai aktivitas mitotik dan meningkatkan permeabilitas membran sel endotel, VEGF dilaporkan dapat menginduksi produksi molekul sel adhesi oleh sel endotel. Molekul sel adhesi mempunyai fungsi merangsang perlekatan sel makrofag ke dinding pembuluh darah dalam proses inflamasi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh VEGF dalam serum preeklampsia pada produksi sVCAM-1 (soluble vascular cell adhesion molecule) oleh sel endotel dalam kultur. Duabelas sampel serum preeklampsia dan 11 serum kehamilan normal (kontrol) dengan konsentrasi 20% dipajankan pada kultur sel endotel normal (HUVEC) selama 24 jam Semua subjek setuju berpartisipasi dalam penelitian ini dan menanda-tangani informed consent. Pengukuran kadar sVCAM-1 pada supernatan dilakukan dengan ELISA. Hasil menunjukkan kadar VEGF dalam serum preeklampsia cenderung lebih tinggi dari serum ibu dengan kehamilan normal. Kadar produksi VCAM-1 oleh sel endotel yang dipajankan pada serum preeklampsia lebih tinggi secara bermakna dari yang dipajankan oleh serum kontrol (p<0,05). Tidak ada korelasi antara kadar VEGF dalam serum preeklampsia dan kontrol terhadap produksi sVCAM-1 oleh kultur sel endotel. (Med J Indones 2004; 14: 3-6)
Serum concentrations of VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) are elevated in preeclampsia. In addition to inducing mitosis and increase permeability of endothelial cells, VEGF was reported to activate endothelial cells to produce cell adhesion molecules. Cell adhesion molecules play an important role in the inflammation process by inducing adherence of leukocytes in blood stream to the endothelial cells. The aim of this study is to investigate the effect of VEGF in serum from preeclamptic patients on sVCAM-1 (soluble vascular adhesion molecules-1) production in endothelial cell culture. Twelve sera from women with preeclampsia and 11 from women with normal pregnancy (controls) in 20% concentration were added to human umbilical vein endothelial cell culture (HUVEC) and incubated for 24 hours. All subjects have agreed to participate in this study and signed the informed consent form. sVCAM-1 concentration in the supernatant was measured by ELISA. VEGF concentration tends to be higher in preeclamptic serum than control, but the difference is not stastitically significant. The production of sVCAM-1 by endothelial cells exposed to preeclamptic serum was significantly higher than the production by endothelial cells exposed to serum from control (p<0.05). No correlation was found between the difference in VEGF concentrations in preeclamptic and control sera, and sVCAM-1 production by endothelial cell culture. (Med J Indones 2004; 14: 3-6)
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 3-6, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Marissa
Abstrak :
ABSTRAK
Kematian ibu akibat komplikasi kehamilan menjadi masalah kesehatan utama. Salah satu komplikasi kehamilan adalah preeklamsia. Preeklamsia yang menyebabkan kematian ibu yang tinggi, disebabkan adanya kegagalan vaskulogenesis dan angiogenesis. Oleh karena itu ingin diteliti peran faktor yang dapat menstimulasi VEGF, salah satunya P RR. Penelitian dengan rancangan observasional potong lintang ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis ekspresi mRNA P RR dan VEGF, kadar protein HIF-1?, P RR dan VEGF serta hubungan ekspresi HIF-1? dengan VEGF, dan hubungan P RR dengan VEGF. Sampel yang digunakan adalah 34 jaringan plasenta dari kehamilan normal dan 34 sampel jaringan plasenta preeklamsia. Ekspresi relatif mRNA VEGF dan P RR diukur dengan RT-qPCR, kadar protein HIF-1?, P RR dan VEGF diukur menggunakan teknik sandwich ELISA. Ekspresi mRNA VEGF pada plasenta preeklamsia 2,83 kali lebih tinggi dibandingkan normal p = 0,02 . Ekspresi mRNA P RR pada plasenta preeklamsia 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan plasenta normal p = 0,039 . Ekspresi protein HIF-1?, P RR, dan VEGF lebih rendah pada preeklamsia.
ABSTRACT
Maternal mortality due to pregnancy complications is a major health problem. One of the complications of pregnancy is preeclampsia. Preeclampsia that causes high maternal mortality, due to failure of vasculogenesis and angiogenesis. Therefore we want to examine the role of factors that can stimulate VEGF, one of them is P RR. This cross sectional observational study was aimed to measure and analyze the expression of P RR and VEGF mRNA, HIF 1 , P RR and VEGF protein levels and relationships between expression HIF 1 with VEGF, and P RR with VEGF . The sample used was 34 placental tissue from normal pregnancy and 34 samples from PE placental. The relative expression of VEGF mRNA and P RR was measured by RT qPCR, HIF 1 , P RR and VEGF protein levels were measured using sandwich ELISA technique. The expression of VEGF mRNA in preeclampsia placenta was 2.83 times higher than normal p 0.02 . Expression of P RR mRNA in preeclampsia placenta was 1.7 times higher than that of normal placenta p 0.039 . The expression of HIF 1 , P RR, and VEGF protein was lower in preeclampsia p ;ABSTRAK
Kematian ibu akibat komplikasi kehamilan menjadi masalah kesehatan utama. Salah satu komplikasi kehamilan adalah preeklamsia. Preeklamsia yang menyebabkan kematian ibu yang tinggi, disebabkan adanya kegagalan vaskulogenesis dan angiogenesis. Oleh karena itu ingin diteliti peran faktor yang dapat menstimulasi VEGF, salah satunya P RR. Penelitian dengan rancangan observasional potong lintang ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis ekspresi mRNA P RR dan VEGF, kadar protein HIF-1?, P RR dan VEGF serta hubungan ekspresi HIF-1? dengan VEGF, dan hubungan P RR dengan VEGF. Sampel yang digunakan adalah 34 jaringan plasenta dari kehamilan normal dan 34 sampel jaringan plasenta preeklamsia. Ekspresi relatif mRNA VEGF dan P RR diukur dengan RT-qPCR, kadar protein HIF-1?, P RR dan VEGF diukur menggunakan teknik sandwich ELISA. Ekspresi mRNA VEGF pada plasenta preeklamsia 2,83 kali lebih tinggi dibandingkan normal p = 0,02 . Ekspresi mRNA P RR pada plasenta preeklamsia 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan plasenta normal p = 0,039 . Ekspresi protein HIF-1?, P RR, dan VEGF lebih rendah pada preeklamsia p
ABSTRACT
Maternal mortality due to pregnancy complications is a major health problem. One of the complications of pregnancy is preeclampsia. Preeclampsia that causes high maternal mortality, due to failure of vasculogenesis and angiogenesis. Therefore we want to examine the role of factors that can stimulate VEGF, one of them is P RR. This cross sectional observational study was aimed to measure and analyze the expression of P RR and VEGF mRNA, HIF 1 , P RR and VEGF protein levels and relationships between expression HIF 1 with VEGF, and P RR with VEGF . The sample used was 34 placental tissue from normal pregnancy and 34 samples from PE placental. The relative expression of VEGF mRNA and P RR was measured by RT qPCR, HIF 1 , P RR and VEGF protein levels were measured using sandwich ELISA technique. The expression of VEGF mRNA in preeclampsia placenta was 2.83 times higher than normal p 0.02 . Expression of P RR mRNA in preeclampsia placenta was 1.7 times higher than that of normal placenta p 0.039 . The expression of HIF 1 , P RR, and VEGF protein was lower in preeclampsia p
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Pratami Septiara
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Luka bakar adalah kerusakan dan kehilangan jaringan akibat suhu yang sangat tinggi atau rendah. VEGF-A adalah faktor pertumbuhan yang berperan penting dalam proses angiogenesis dan mempertahankan permeabilitas pembuluh darah. Angiogenesis sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka karena pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan yang rusak, membawa sel-sel imun, dan mempersiapkan area luka untuk regenerasi dan perbaikan jaringan. Penggunaan hADSC dalam collagen gel diharapkan menghasilkan ekspresi mRNA VEGF-A dan jumlah pembuluh darah yang lebih tinggi.Metode: Penelitian ini menggunakan 20 tikus jantan Spargue Dawley, dibagi menjadi empat kelompok hari pengamatan hari ke 7, 14, 21 dan 28 . Setiap tikus menerima tiga luka dengan perlakuan berbeda kontrol, hADSC dalam collagen gel dan collagen gel . Pembuatan luka bakar deep dermal dilakukan dengan menempatkan pelat logam dengan suhu 250 C selama 15 detik di dorsal. Pengukuran ekspresi mRNA VEGF-A dilakukan dengan dengan metode qRTPCR. Jumlah pembuluh darah dihitungan dari jaringan luka bakar dengan pewarnaan hematoksilin-eosin.Hasil: Pada hari ke 7, tingkat ekspresi mRNA VEGF-A pada luka yang diberikan oleh hADSC dalam collagen gel berbeda signifikan dibandingkan kelompok collagen gel dan kontrol (p<0,05), sedangkan kelompok scaffold collagen gel dengan kontrol tidak berbeda signifikan. Pada hari ke-14, 21, dan 28 tidak terdapat perbedaan signifikan ekspresi mRNA VEGF-A di ketiga perlakuan. Terjadi penurunan ekspresi mRNA VEGF-A pada hari ke-7 sampai hari ke-28 di semua perlakuan. Jumlah pembuluh darah tidak berbeda signifikan diantara ketiga perlakuan, namun terjadi peningkatan jumlah pembuluh darah sampai hari ke-21. Kesimpulan: Pemberian hADSC dalam collagen gel meningkatkan ekspresi mRNA VEGF-A di awal proses penyembuhan luka dibandingkan kelompok tanpa hADSC.
ABSTRACT
Introduction Burn injuries are damage and loss of tissue with very high or low temperatures. VEGF A is growth factor that plays important role in the angiogenesis and maintains the permeability of blood vessels. Angiogenesis is indispensable to the wound healing because the blood vessels carry oxygen and nutrients to the damaged area, carry immune cells, and prepare the wound area for tissue regeneration and repair. The use of hADSC in the collagen gel is expected to result higher level of mRNA VEGF A expression and large number of bloodvessels.Methods This study used 20 male Spargue Dawley rats, divided into four groups of observation days day 7, 14, 21 and 28 . Each rat received three wound with different treatments control, hADSC in collagen gel and collagen gel . The making of deep dermal burn injury on the dorsal by placing metal plate with 250 C for 15 seconds. Expression level of mRNA VEGF A measurement with qRTPCR methode. The number of blood vessels calculated from the burn tissue with hematoxylin eosin staining.Results At day 7, the expression level of mRNA VEGF A in the wound treated by hADSC in collagen gel was significantly different from the collagen gel and control (p<0.05), whereas the collagen gel with the control group were not significantly different. On days 14, 21, and 28 showed no significant expression of mRNA VEGF-A between the three treatments. There was decrease in mRNA VEGF-A expression on day 7 to day 28 in all treatments. The number of blood vessels did not differ significantly between the three treatments, but there was increase the number of blood vessels to day 21. Conclusion: The provision of hADSC in collagen gel increased the expression of mRNA VEGF-A at the beginning of the wound healing process compared to the group without hADSC. The number of blood vessels increased to the 21st day.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Nabella Prameswari
Abstrak :
Tingginya angka mortalitas kanker ovarium (OC) disebabkan oleh pertumbuhan kanker yang cepat dan asimtomatik, serta belum ada faktor penanda untuk mengetahui progresivitasnya. OC epitelial (EOC) bersifat progresif dan agresif terkait kemampuan proliferasi yang tinggi. Salah satu faktor penentu progresivitas OC adalah angiogenesis yang diatur oleh VEGF yang dapat diinduksi oleh ligasi CD40. Adanya variasi genetik CD40 dan VEGF diduga berpengaruh terhadap progresivitas EOC (low dan high grade). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) yang dikaitkan dengan progresivitas EOC. Desain penelitian adalah potong lintang pada 65 EOC, 65 sehat dan 15 kontrol (jaringan kontralateral EOC). Analisis genotip menggunakan metode PCR ARMS dan analisis ekspresi mRNA menggunakan qPCR. Antara EOC dan kontrol terdapat perbedaan genotip dan alel CD40 dan VEGF, ditemukan ekspresi relatif mRNA CD40 dan VEGF pada EOC signifikan lebih tinggi, dibandingkan kelompok kontrol, ditemukan korelasi positif signifikan antara variasi genetik CD40 dan VEGF dengan ekspresi relatif mRNAnya, tidak ditemukan korelasi antara ekspresi relatif mRNA CD40 dengan VEGF. Variasi gen CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) menyebabkan ekspresi relatif mRNA yang berbeda dan signifikan pada kelompok low grade, high grade dan kontrol. Variasi kedua gen tersebut berhubungan dengan suseptibilitas individu terhadap EOC. ......The high mortality rate of ovarian cancer (OC) is caused by grows quickly and asymptomatic and there are no tumor markers to determine its progresses. Epithelial OC (EOC) is progressive and aggressive due to its high proliferative capacity. One of the determinants of OC progression is angiogenesis, which is regulated by VEGF can be induced by CD40 ligation. Genetic variation of CD40 and VEGF is suspected to influence the progression of EOC (low and high grade). The aim of this study was to analyze the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) associated with EOC progression. The study design was cross-sectional in 65 EOC, 65 healthy and 15 controls (contralateral of EOC tissue). Genotyping analysis used PCR ARMS method and mRNA expression analysis used qPCR. Between EOC and control there are differences in CD40 and VEGF genotypes and alleles, it was found that the relative mRNA expression of CD40 and VEGF in EOC was significantly higher, than the control group, a significant positive correlation between genetic variation of CD40 and VEGF with their relative mRNA expression, no correlation was found between the relative mRNA expression of CD40 and VEGF. Gene variations in the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) led to different and significant relative expression of mRNA in the low grade, high grade, and control groups. Variation of these two genes is associated with individual susceptibility to EOC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Linggodigdo
Abstrak :
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan penyakit endemis di Indonesia dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Salah satu penyebab mortalitas adalah metastasis jauh. VEGF-A terbukti berperan pada kejadian metastasis jauh KNF, namun penelitian yang membahas hubungan langsung keduanya masih terbatas. Selain VEGF, terdapat jalur pensinyalan lain terkait VEGF yang mungkin berperan dalam kejadian metastasis jauh, yaitu jalur pensinyalan Hippo. Protein Yes-Associated Protein (YAP) adalah downstream efektor utama dari jalur pensinyalan ini. Dengan dilakukan pulasan YAP serta dievaluasi hubungan antara YAP dengan VEGF-A diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi mengenai potensi biomarker sebagai indikator prognostik kejadian metastasis jauh KNF. Penelitian menggunakan metode analitik observasional dengan uji Chi-square dan korelasi koefisien kontingensi. Terdapat perbedaan ekspresi YAP yang bermakna pada kelompok KNF dengan dan tanpa metastasis jauh (p<0,001). Terdapat perbedaan bermakna ekspresi VEGF-A pada kelompok KNF dengan dan tanpa metastasis jauh (p<0,001). Ekspresi YAP yang tinggi berhubungan dengan peningkatan ekspresi VEGF-A (p=0,001). Terdapat korelasi signifikan antara peningkatan ekspresi YAP dan peningkatan ekspresi VEGF-A dengan kekuatan lemah (C=0,397, p=0,01). Terdapat perbedaan bermakna koekspresi YAP tinggi dan VEGF-A tinggi (double co-high-expression) antara kelompok KNF dengan dan tanpa metastasis jauh (p<0,001). Penelitian ini mendukung sifat onkogenik YAP. YAP dan VEGF-A dapat menjadi biomarker potensial untuk memprediksi kejadian metastasis jauh KNF. ......Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is an endemic disease in Indonesia with a high mortality rate. Distant metastasis is one of the leading causes of death. Although VEGF-A has been found to play a role in distant NPC metastasis, research on the relationship between the two is still limited. Another VEGF-related pathway, the Hippo pathway, may be involved in distant metastasis. Yes-Associated Protein (YAP) is the main downstream effector of this signaling pathway. It is expected that performing YAP marker and studying the relationship between YAP and VEGF-A, would provide data on the possibility of biomarkers that may be used as a prognostic predictor of the occurrence of distant metastasis in NPC. An observational analytic study was conducted—statistical analysis using SPSS 25.0 with Chi-square and contingency coefficients test. There was a significant difference in YAP expression between NPC with and without distant metastasis (p<0.001). The expression of VEGF-A differed significantly between NPC with and without distant metastasis (p<0.001). There was a significant relationship between YAP and VEGF-A (p=0.001) and a weak correlation (C 0.397, p=0.01). There was a significant difference in the double co-high-expression group between the KNF with and without distant metastasis (p<0.001). This study highlights YAP's oncogenic role in NPC, suggesting that YAP and VEGF-A might be potential biomarkers to predict distant metastasis in NPC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityawati Ganggaiswari
Abstrak :
Latar belakang : Beberapa data dari luar negri menunjukkan kanker kolorektal predominan terjadi pada populasi usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun). Kanker kolorektal yang terjadi pada usia lebih muda (kurang dari 40 tahun) hanya berkisar antara 3-6%. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kanker kolorektal pada pasien usia muda cenderung memiliki gambaran perilaku tumor yang agresif dengan prognosis buruk. Pada beberapa penelitian, progresivitas dan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal, dikaitkan dengan peristiwa angiogenesis. VEGF merupakan salah satu sitokin poten yang terlibat dalam proses angiogenesis seh.ingga tingginya kadar ekspresi VEGF berhubungan dengan progresivitas penyakit yang 1ebih tinggi dan prognosis yang burnk. Cancer-associated stroma mengalami perubahan-perubahan dinamis yang menyerupai reaksi penyembuhan luka, disebut sebagai reaksi desmoplastik. Reaksi ini didukung terutama oleh aktivasi "myofibroblas;'. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa myofibroblas mempuuyai peran untuk roemfasilitasi tumorigenesis dan progresi beberapa karsinoma, dan dikenal sebagai suatu petanda penting yang potensial untuk diagnosis, pengobatan dan prognosis kanker. Hasil : Pada penelitian ini terlihat ekspreSi VEGFA tidak berbeda, namun terdapat perbedaan yang bennakna pada reaksi desmoplastik usia muda dibanndingkan pada usia tua. Nampak pula hubungan yang sejaJan antara ekspresi VEGF-A positif kuat dengan reaksi desmoplastik yang keras pada kanker kolorektal usia muda. Hal ini menyokong hepotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini. Kesimpulan : Progresivitas penyakit yang lebih tinggi dan prognosis yang buruk pada pasien kanker kolorektal usia muda kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain selain VEGF, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianef
Abstrak :
Luka diabetes merupakan komplikasi mikrovaskular yang sering dikeluhkan oleh pasien diabetes melitus (DM) tipe 2. Vaskularisasi berperan penting dalam penyembuhan luka, yang aktivitasnya diperantarai aktivitas hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Belum ada studi klinis yang mengevaluasi aktivitas HIF-1α dan VEGF pada manusia, khususnya pasien DM tipe 2 yang mengalami luka kaki diabetes. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi vaskularisasi jaringan, HIF-1α, dan VEGF pada luka kaki diabetes yang menjalani amputasi dan non-amputasi. Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2020–2021. Subjek penelitian adalah pasien luka kaki diabetik yang dilakukan debridemen/amputasi. Kemudian diambil jaringan viabel tepi luka untuk diperiksa vaskularisasi jaringan (densitas mikrovaskular), ekspresi VEGF, serta area granulasi, di Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM. Konsentrasi HIF-1α jaringan dikuantifikasi di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI-RSCM. Data numerik yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk. Data distribusi normal dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Dilakukan uji regresi logistik bila terdapat > 2 variabel independen dengan nilai p < 0,25. Dari 67 subjek terdapat 30 pasien amputasi dan 34 pasien debridemen yang dianalisis. Proporsi subjek laki-laki pada kelompok amputasi lebih tinggi dibandingkan kelompok debridemen (p = 0,041). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada status gizi, usia, kejadian hipertensi, gagal ginjal, dan status merokok antar kedua kelompok. Profil glikemik, hematologi rutin, penanda inflamasi, kadar elektrolit, penanda fungsi hati, fungsi ginjal tidak berhubungan dengan tindakan pasien, kecuali kadar albumin. Pada analisis bivariat, kadar albumin lebih tinggi pada kelompok debridemen 2,53/0,49 dibandingkan amputasi 2,94/0,51, p = 0,002. Kelompok amputasi memiliki nilai median HIF-1α 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein yang jauh lebih rendah dibandingkan kelompok debridemen 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0,001). Hal serupa juga ditemukan pada nilai VEGF (p < 0,001). Pasien dengan HIF-1α < 8,8065 pg/mg protein, MVD < 68,7%, VEGF < 30,443%, dan area granulasi < 33,2802% memiliki aOR 11,116 (IK 95% 1,441–85,752), 10,934 (IK 95% 1,604–74,55), 7,973 (IK 95% 1,301–48,86), 15,589 (IK 95% 1,39–174,867) untuk mengalami amputasi. Kepadatan mikrovaskular, konsentrasi HIF-1α, ekspresi VEGF, dan area jaringan granulasi lebih banyak pada pasien non-amputasi. Pasien dengan penurunan jumlah parameter tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapat tindakan amputasi. ......Diabetic wounds are microvascular complications often complained by people with type 2 diabetes mellitus (DM). Tissue vascularization plays an essential role in wound healing, whose activity is mediated by the activity of hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) and vascular endothelial growth factor (VEGF). However, no clinical studies evaluate its activity in humans, especially in type 2 diabetes mellitus patients who have diabetic foot ulcers. This study attempts to evaluate whether there are differences in tissue vascularization, HIF-1 α, and VEGF in diabetic foot wounds that received amputation and non-amputation procedures. A cross-sectional study was conducted at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM) in 2020–2021. Diabetic foot wound patients who received debridement/amputation were included in this study. Viable tissue at the wound edges was taken. The expression of VEGF, microvascular density, and area of granulated tissue were evaluated in the Department of Pathology and Anatomy, FKUI-RSCM. HIF-1 levels in tissue were quantified at the Department of Biochemistry and Molecular Biology FKUI-RSCM. All numerical data were tested for normality by the Shapiro-Wilk test. Variables with normally distributed data were analyzed by unpaired t-test. A logistic regression test was performed if there were more than two independent variables with a p-value < 0.25. This study included 67 patients. There were 30 amputees, and 34 debridement patients included in the data analysis. The proportion of male patients in the amputation group was found to be higher than the debridement group (p = 0.041). There were no differences in nutritional status, age, the incidence of hypertension, kidney failure, and smoking status between the two groups. The glycemic profile, routine haematological findings, markers of inflammation, electrolyte levels, markers of liver function, and markers of kidney function were not found to be related to the patient's condition, except for albumin levels. In bivariate analysis, albumin levels were found to be higher in the debridement group [2.53 (0.49)] than in the amputee [2.94 (0.51)], p = 0.002. The amputee group had a median HIF-1α value of 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein, which was much lower than the debridement group of 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0.001). Similar condition was also found in the VEGF value (p < 0.001). Patients with HIF-1α < 8.8065 pg/mg protein, MVD < 68.7%, VEGF < 30.443%, and granulation area < 33.2802% had risk odds of 11.116 (95% CI 1.441–85.752), 10.934 (95% CI 1.604–74.55), 7,973 (95% CI 1.301–48.86), 15.589 (95% CI 1.39–174.867) for amputation. Microvascular density, HIF-1α levels, VEGF expression, and granulation tissue area were higher in non-amputated patients. Patients with a decrease in these parameters have a higher risk of amputation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervan Zuhri
Abstrak :
Latar Belakang: ECP mampu menurunkan frekuensi angina, meningkatkan kualitas hidup, serta memperbaiki exercise–induced ischemia time. Manfaat tersebut dapat bertahan beberapa tahun setelah ECP. Mekanisme manfaat jangka panjang ECP tersebut telah dibuktikan akibat adanya angiogenesis yang diduga diperankan VEGF-A, VEGFR-2, dan miR-92a. Tujuan: Mengetahui efek ECP terhadap VEGF-A dan VEGFR-2, serta hubungannya dengan miR-92a pada pasien angina refrakter. Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang melibatkan 50 subjek dengan angina refrakter. Subjek dirandomisasi (1:1) ke dalam kelompok terapi ECP atau sham, yang masing-masing dilakukan selama 1 jam, hingga 35 kali. Kadar VEGF-A, VEGFR-2, dan miR-92a plasma diukur sebelum dan sesudah terapi menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk VEGF-A dan VEGFR-2, serta quantitative reverse transcription-polymerase chain reaction (qRT-PCR) untuk miR-92a. Keluaran klinis sekunder seperti derajat angina, kualitas hidup, 6-minutes walk test (6MWT), dan ejection fraction (EF) juga dinilai. Hasil: Kadar VEGF-A dan VEGFR-2 dipertahankan pada kelompok ECP, sedangkan kadar VEGF-A dan VEGFR-2 mengalami penurunan yang signifikan pada kelompok sham [ΔVEGF-A ECP vs sham: 1 (-139 to160) vs -136 (-237 to 67) pg/ml, p = 0.026; ΔVEGFR-2 ECP vs sham: -171(-844 to +1166) vs -517(-1549 to +1407) pg/ml, p = 0.021, respectively]. Kadar miR-92a meningkat secara signifikan pada kelompok ECP [5.1 (4.2 – 6.4) to 5.9 (4.8 – 6.4), p<0.001] and sham [5.2 (4.1 – 9.4) to 5.6 (4.8 – 6.3), p=0.008]. Tidak terdapat korelasi antara perubahan kadar VEGF-A, VEGFR-2, dan miR-92a [VEGF-A vs VEGFR-2 (r = 0.243, p = 0.09; uji Spearman), VEGF-A vs miR92-a (r = 0.229, p = 0.11; uji Spearman), dan VEGR-2 vs miR92-a (r = 0.08, p = 0.581; uji Spearman)]. Kesimpulan: ECP mampu mempertahankan angiogenesis dengan cara mempertahankan kadar VEGF-A dan VEGFR-2. Pada kondisi iskemia, baik high shear stress (ECP) maupun low shear stress (sham) dapat menginduksi pelepasan miR-92a. ECP mempengaruhi VEGF-A, VEGFR-2, dan miR-92a secara independen. ......Background: ECP is able to reduce angina frequency, improve quality of life, and improve exercise time-induced ischemia time. These benefits can last several years after the ECP. The mechanism for the long-term benefit of ECP has been proven by the presence of angiogenesis, which is thought to be mediated by VEGF-A, VEGFR-2, and miR-92a. Objective: To determine the effect of ECP on VEGF-A and VEGFR-2, and its relationship with miR-92a in patients with refractory angina. Methods: This study was a double-blind randomized clinical trial involving 50 subjects with refractory angina. Subjects were randomized (1:1) into either ECP or sham therapy groups, each administered for 1 hour, up to 35 times. Plasma VEGF-A, VEGFR-2, and miR-92a levels were measured before and after therapy using the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method for VEGF-A and VEGFR-2, as well as quantitative reverse transcription-polymerase chain reaction (qRT-PCR). ) for miR-92a. Secondary clinical outcomes such as degree of angina, quality of life, 6-minute walk test (6MWT), and ejection fraction (EF) were also assessed. Results: VEGF-A and VEGFR-2 levels are maintained in the ECP group, while VEGF-A and VEGFR-2 levels decrease in the sham group [ΔVEGF-A ECP vs sham: 1 (-139 to160) vs -136 (-237 to 67) pg/ml, p = 0.026; VEGFR-2 ECP vs sham: -171(-844 to +1166) vs -517(-1549 to +1407) pg/ml, p = 0.021, respectively]. MiR-92a levels increase significantly in the ECP group [5.1 (4.2 – 6.4) to 5.9 (4.8 – 6.4), p<0.001] and sham [5.2 (4.1 – 9.4) to 5.6 (4.8 – 6.3), p=0.008]. There is no correlation between changes in VEGF-A, VEGFR-2, and miR-92a levels [VEGF-A vs VEGFR-2 (r = 0.243, p = 0.09; Spearman's test), VEGF-A vs miR92-a (r = 0.229 , p = 0.11; Spearman's test), and VEGR-2 vs. miR92-a (r = 0.08, p = 0.581; Spearman's test)]. Conclusion: ECP therapy is able to maintain angiogenesis by maintaining VEGF-A and VEGFR-2 levels. In ischemic conditions, both high shear stress (ECP) and low shear stress (sham) can induce the release of miR-92a. ECP affects VEGF-A, VEGFR-2, and miR-92a independently.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>