Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezqi Adhika Prasetya
Abstrak :
ABSTRAK
Shelter sebagai hunian bagi manusia terus mengalami perkembangan hingga sekarang. Kemajuan teknologi dan inovasi yang terus bermunculan turut membantu dalam proses perkembangan tersebut. Seiring berjalannya waktu, pengadaan hunian terkendala dengan permasalahan populasi yang terus bertambah dengan lahan yang terbatas. Solusi hadir dengan cara yang berbeda dan disesuaikan dengan lingkungan sekitar atau lebih dikenal dengan lokalitas. Penerapan konsep compact house merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam arsitektur hunian Jepang. Studi kasus dilakukan dengan melihat prinsip compact house di Jepang untuk kemudian dikaitkan dengan compact house di Indonesia. Di Indonesia konsep tersebut coba diterapkan dengan mempertimbangkan aspek lokalitas yang dimiliki. Di Jepang, dominasi aspek budaya pada lokalitas mempengaruhi konsep compact house. Sedangkan di Indonesia, lokalitas hadir sebagai respon terhadap iklim dalam mendukung konsep compact house.
ABSTRACT
Shelter as a shelter for humans had been developed until now. Advances in technology and innovation that keeps popping helped in the development process. Over time, the provision of shelter is plagued with problems of growing population with limited land. The solution comes in different ways and adapted to the surrounding environment or better known as the locality. The application of the concept of compact house is one way in which the Japanese residential architecture. The case study done by looking at the principles of the compact house in Japan for later attributed to the compact house in Indonesia. In Indonesia the concept of trying to apply by considering the locality owned. In Japan, the dominance of the cultural aspects of the locality affect the concept of the compact house. While in Indonesia, locality comes as a response to the climate in favor of the concept of compact house.
2016
S62807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
Abstrak :
ABSTRACT
Arsitektur vernakular merupakan arsitektur lokal yang terbentuk dari proses budaya dan tradisi dari suatu daerah. Keberadaan arsitektur vernakular di daerah urban menjadi perhatian penulis untuk menjadi bahan penelitian skripsi ini karena kemajemukan budaya yang berada di daerah urban tentu memengaruhi nilai-nilai dari arsitektur vernakular. Kemajemukan budaya di daerah urban membuat adanya implikasi budaya sehingga terjadinya penggabungan budaya urban dengan nilai-nilai vernakular yang dimiliki oleh suatu komunitas. Dalam penelitian skripsi ini, tinjauan arsitektur vernakular yang berada di daerah urban dilakukan terhadap rumah tempat tinggal yang berasal dari sebuah keluarga yang melakukan pemindahan rumah dari Gemolong ke Ciracas, Jakarta Timur. Pemilik rumah merupakan orang Jawa yang menganut budaya dari Gemolong sehingga memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi yang dibawa kepada rumahnya. Dalam studi kasus ini arstitektur vernakular ditinjau dengan pendekatan secara arsitektural serta menggali nilai vernakular melalui nilai abstrak dan fisik yang dimiliki oleh rumah tempat tinggal keluarga dari Gemolong.
ABSTRACT
Vernacular architecture is a local architecture formed from cultural processes and traditions of an area. The existence of vernacular architecture in urban areas become an attention to the authors to be the subject of this thesis research because of the cultural diversity that is in the urban area would affect the values of vernacular architecture. The cultural pluralism in urban areas makes cultural implications so that the incorporation of urban culture with the vernacular values possessed by a community. In this thesis research, a review of vernacular architecture located in the urban area is done to the residential house that comes from a family who do the displacement of the house from Gemolong to Ciracas, East Jakarta. Homeowners are Javanese who embrace the culture of Gemolong so have cultural values and traditions brought to his home. In this case study the vernacular architecture is reviewed in an architectural approach and explores vernacular value through the abstract and physical value of the family home of Gemolong.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Zafira Rahmatul Ummah
Abstrak :
Dalam upaya untuk mengidentifikasi bangunan arsitektur vernakular, dalam hal: Ini adalah rumah adat, pendekatan yang sering dilakukan adalah melalui deskripsi dan klasifikasi. Arsitektur vernakular diklasifikasikan berdasarkan bentuk atap, bentuk seluruh bangunan, dan sebagainya. Meskipun tidak sepenuhnya salah, pendekatan seperti ini seolah-olah lupa bahwa rumah adalah bentuk fisik manifestasi dari pikiran manusia dan pengetahuan tentang lingkungan. Faktor social dan budaya sangat erat kaitannya dalam pembentukan rumah. Rumah bisa dikatakan sebagai refleksi tentang bagaimana manusia hidup dan merespon lingkungannya. Salah satu contohnya adalah Rumah Lontiok yang merupakan rumah adat Suku Melayu-Kampar terletak di Kabupaten Kampar, Riau. Perdebatan tentang Bentuk atap yang memiliki kemiripan dengan arsitektur tradisional Minangkabau adalah diskusi menarik tentang arsitektur rumah Lontiok dan identitas Melayu-Melayu Kampar. Makalah ini melihat ekspresi apa yang tercermin di rumah Lontiok melalui orientasi, bentuk, tata letak, dan tata letak rumah Lontiok. Refleksi dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat Melayu- Kampar seperti; sistem kepercayaan, sistem keluarga, dan tata krama yang mengatur hubungan antara manusia dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Pendekatan Hal ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang lain untuk memahami bagaimana perilaku manusia dan keterlibatan mereka dengan lingkungan mereka melalui pembelajaran bentuk arsitektur. ......In an effort to identify vernacular architectural buildings, in terms of: This is a traditional house, the approach that is often taken is through description and classification. Vernacular architecture is classified based on the shape of the roof, the shape of the entire building, and so on. Although not completely wrong, this approach seems to forget that the house is a physical manifestation of the human mind and knowledge of the environment. Social factors and culture are closely related in the formation of the house. The house can be said as a reflection of how humans live and respond to their environment. One example is the Lontiok House which is a traditional house of the Malay-Kampar tribe located in Kampar Regency, Riau. The debate about the shape of the roof which has similarities with traditional Minangkabau architecture is: interesting discussion about the architecture of the Lontiok house and the Malay-Malay identity of Kampar. This paper looks at what expressions are reflected in Lontiok's house through the orientation, shape, layout, and layout of Lontiok's house. Reflection is influenced by socio-cultural values adopted by the Malay-Kampar community such as; belief systems, family systems, and manners that regulate the relationship between humans and the relationship between humans and their environment. This approach is expected to provide another point of view to understand how human behavior and their engagement with their environment through learning architectural forms.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Fadli
Abstrak :
ABSTRAK
Selama mengikuti kuliah di arsitektur, saya sering mendengar bahwa masyarakat tradisional lebih baik dalam menyelesaikan masalah ruang hidupnya daripada masyarakat modern. Untuk mengetahui kebenarannya, saya menganalisa dan membandingkan hasil pengamatan langsung dan studi pustaka mengenai efisiensi penyelesaian masalah pengudaraan pada bangunan vernakular dan modern. Hasil penelitian sederhana ini menunjukkan arsitektur modern lebih baik dalam mengatur pengudaraan di dalam namun lebih buruk dalam mempertahankan kebersihan udara luar bangunan dari arsitektur vernakular. Arsitektur modern tengah membenahi masalahnya dengan alam dan manusia, sebagai pemegang keputusan, perlu melakukan hal yang sama demi menciptakan lingkungan yang sehat bagi makhluk hidup di dunia.
Abstract
During my study of arhitecture, I often heard traditional people solve their environment problem better than modern people. To prove that, I analyze and compare the results of my observation and research about vernacular and modern building effectiveness in airing. This research show that modern architechture can control indoor air health better but much worse in keeping the outdoor air health than vernacular architecture. Modern architecture still in process to correct its relationship with nature and human, as a decision maker, need to do the same thing to create a better world for all living being.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43629
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library