Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Reinhold Book Corp., 1968
628.54 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oweis, Issa S.
London: Butterworth, 1990
628.445 64 OWE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Pergamon Press, 1982
621.483 PRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Murtiningsih
"Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan mengolah sumber alam sehingga menghasilkan barang (produk positif) dan limbah (produk negatif), limbah tersebut dibuang ke alam kembali. Pertambahan penduduk serta semakin maju dan meningkatnya pendapatan per kapita maka kebutuhan hidup manusia akan meningkat, ini berarti kebutuhan sumber alam akan meningkat pula. Dalam memenuhi kebutuhan sumber alam yang meningkat tersebut diusahakan penggunaan sumber alam secara efisien dan mengusahakan persediaan sumber alam lebih banyak, antara lain dengan pemanfaatan kembali limbah. Dengan pemanfaatan kembali limbah, maka limbah tidak seluruhnya di buang kembali ke alam yang berakibat tidak baik tetapi sebagian dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku produksi maupun langsung dipakai kembali. Peran serta pemulung sebagai dasar mata rantai pengumpulan limbah yang akan dimanfaatkan kembali untuk di daur ulang maupun langsung dipakai kembali.
Pemulung di Jakarta sebagian besar diorganisir lapak dan sebagian kecil bekerja sendiri, bekerja mengelompok bersama teman satu daerah asal. Cara kerja ini merupakan organisasi usaha dari sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh hasil pungutan sampah lebih banyak.
Masalah pokok yang diteliti adalah mana yang lebih menguntungkan dilihat dari produktivitas kerjanya, pemulung yang diorganisir atau kah yang tidak diorganisir oleh lapak.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran cara kerja pemulung yang diorganisir lapak dan produktivitas. kerjanya, gambaran cara kerja pemulung yang tidak diorganisir lapak dan produktivitas kerjanya, apakah ada perbedaan ke dua cara kerja tersebut serta mana yang lebih menguntungkan dilihat dari produktivitas kerjanya.
Hipotesis penelitiannya adalah organisasi usaha pemulung tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.
Untuk mengetahui produktivitas kerja pemulung, dilakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penimbangan hasil kerja pemulung selama 14 hari, serta diambil pula data kuestioner, wawancara dan observasi langsung sebagai data penunjang.
Pengujian hipotesis dengan cara analisis statistik menggunakan uji t terhadap produktivitas kerja pemulung dan perbedaan hasil kerjanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi usaha pemulung berpengaruh terhadap produktivitas kerja pemulung, dimana pemulung yang bekerjanya diorganisir lapak mempunyai produktivitas kerja yang lebih besar dibanding pemulung yang tidak diorganisir lapak.
Diperlukan ketegasan kebijaksanaan pemerintah tentang keberadaan pemulung di Jakarta, instansi mana yang bertanggung jawab dalam penanganan pembinaan pemulung ini serta perlu pengelompokan pemulung dengan jumlah yang lebih kecil sehingga mempermudah pembinaan dan merupakan kekuatan dalam pemasaran barang.

In his efforts to fulfill his needs, man exploits the resources of nature through which he produces the products which he requires to sustain his living (positive products), as well as waste (negative products). The produced waste is eventually deposited back to nature. Population increase, progress and rise of Gross National Product (GNP) have further increased the life needs of man and in turn, he requires a still bigger amount of natural resources.
In order to fulfill the increasing need for natural resources, it is necessary to adopt effective exploitation methods and to take measures so as to secure adequate replenishment of natural resources, among others through their recycling and reusage. As such, the produced waste is not entirely returned to nature, which may produce unfavorable impacts, but instead some of it is recycled into the necessary raw materials or is immediately reused. In this instance, waste-pickers are an indispensable link within the chain of waste recycling and reusage.
In Jakarta, most waste-pickers work as organized groups and only a small number of them work independently, or form small groups that are based on their respective districts of origin. Essentially, these organizations or groups have the objective of securing a bigger waste-collection for their members.
The present thesis investigates which of the two types of waste-pickers, the organized or the unorganized, has the highest productivity.
The study is conducted with a view to obstain a picture of the method of working and productivity of organized and unorganized waste-pickers, their differences and to evaluate which of the two is the most advantageous.
The research's hypothesis is that the organization of waste-pickers does not affect their work productivity.
In order to assess the productivity of waste-pickers, studies have been conducted through field observations and weighing the collected waste for 14 days, as well as by data collection through questionnaires and interviews, and through direct observations of relevant supporting data.
The hypothesis has been tested through statistical analysis of the waste-pickers work productivity and the different amount of their collections.
The research's result indicates that the organization of waste-pickers have a considerable influence on their productivity with the organized waste-pickers having a greater productivity compared to those who are not organized.
It has been observed that the Government needs to formulate a more decisive and clearly defined policy as to the presence of waste-pickers in Jakarta and as to which offices are responsible for the development of waste-pickers. It is also necessary to limit the number of waste-pickers within each organization or group so as to facilitate their coaching and development as well as to further secure a better marketing of their products."
Jakarta: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A structural methods of dimensioning tricking filters is proposed.Reactors applied in sanitary engineering are usually designed on the basis of formally simple technical instructions,but laboratory experiments have shown that the flow through a tricking filter can be described with the plug-flow model....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Limbah konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi baik yang merupakan proyek pembangunan maupun yang merupakan proyek pembongkaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam beberapa penelitian, kontribusi industri konstruksi terhadap timbulan sampah semakin meningkat. Di Jakarta, upaya pengelolaan yang umum dilakukan terhadap limbah ini adalah dengan cara membuang dan menggunakannya kembali.
Penggunaan kembali utamanya bertujuan untuk mengurangi biaya konstruksi. Namun banyak faktor yang berpengaruh untuk mencapai hal yang dimaksud, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini untuk mengidentifikasikan faktor-faktor berpengaruh yang menyebabkan terjadinya material limbah konstruksi di Jakarta. Pendekatan yang dilakukan adalah secara kualitatif melalui wawancara dan survey questioner.
Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman akan upaya pengelolaan limbah konstruksi, karakteristik segmen industri konstruksi yang menggunakannya, dan bahan bangunan terdaur ulang (recycled material) dalam konsep sustainable construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.J. Hananto
"Rumah sakit merupakan penghasil limbah medik atau klinis terbesar yang mengandung segala macam penyakit yang ada di masyarakat, sehingga dapat dikatakan mengandung potensi bahaya bagi Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan karena tercemar bahaya infeksius, toksin dan radioaktif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran apakah manajemen pengolahan limbah cair di RSUP Persahabatan dapat memperbaiki mutu air lirnbah rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara merndalam, pengamatan lapangan dan dirancang dengan analisa kualitatif. Sebagai bahan penyusunan instrumen digunakan instrumen dari kepustakaan serta instrumen SOP. Lokasi penelitian dilakukan di RSUP Persahabatan di instalasi Sanitasi dan unit-unit yang terkait.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengolahan air limbah di RSUP Persahabatan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (JPAL) dengan PENYAO tipe WSZ - 1OF yang hanya untuk mengolah air limbah dari laundry dan dapur gizi, sedangkan air limbah dari rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, Farmasi dan Laboratarium dialirkan ke Septik Tank Efluent yang dihasilkan IPAL sudah memenuhi standard baku mutu dari BAPEDALDA, tetapi belum dimanfaatkan atau didaur ulang. Tenaga yang dimiliki masih belum memadai berdasarkan Keputusan Dir. Jon. PPM dan PPL No. HK 00.06.6.44. th 1993.
Kesimpulan dari penelitian ini IPAL yang ada di RSUP Persahabatan sudah cukup baik, tapi belum mencakup keseluruhan air limbah rumah sakit Ketenagaan belum mencukupi, angaran pengoperasian dan pemeliharaan terbatas.
Saran-saran utama yang disampaikan adalah air limbah rumah sakit yang belum diolah dengan IPAL agar diolah dengan IPAL dengan cara pembuatan instalasi perpipaan untuk disalurkan ke IPAL, atau membuat IPAL baru untuk mengolah air limbah yang belum diolah tersebut. Mengenai ketenagaan dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar yang melibatkan tenaga Instalasi Sanitasi.

Management of Clinical Liquid Waste Treatment at RSUP Persahabatan A hospital in the biggest producer of medical or clinical waste which contains various kinds of diseases existing amidst the people, so that it brings potential danger for the people's Health and Environment since the wastes is likely to be polluted by infectious, toxic and radio active materials.
Purposes of this study are to find description whether the management of liquid waste treatment at RSUP Persahabatan can improve quality of the hospital's water waste.
This study used method of detailed interview, the filed observation and was planned with qualitative analysis. The material for preparing instrument stemmed from the instrument from library and SOP instrument. The location of this study was RSUP Persahabatan at Sanitation Installation and order related units.
The finding of this study indicates that liquid waste treatment at RSUP Persahabatan used Water Waste Treatment Installation OPAL) with PENYAO type of WSZ - IOF only for treating the waste water from laundry and kitchen, meanwhile the waste water from the hospital's rooms for hospitalized patients (rawat inap), clinic rooms (rawat jalan), operating installation, Pharmacy, and Laboratory were flowed to Septic Tank The Effluent by the IPAL has already met the quality standard I bench mark of BAPEDALDA, but it has not been yet utilized or recycled. The personnel of the hospital have not been yet sufficient by virtue of the Decree of Director General of PPM and PPL No. K 00.06.6.44 YEAR OF 1993.
This study can be concluded that the IPAL at RSUP Persahabatan has been good enough, but it does not cover the entire of the hospital's waste, and the existing personnel are not sufficient, the operational budged and maintenance budget are limited.
The advice to be given are the hospital should treat the untreated water waste to be treated with IPAL, or establishing new IPAL for treating the untreated water waste. The personnel's skill and capability should be upgraded by organizing training or seminars involving the personnel of the Sanitation Installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Amalia
"Pencemaran lingkungan dapat terjadi apabila suatu kegiatan usaha tidak memperhitungkan biaya pencemaran lingkungan dalam proses produksinya. Gejala seperti ini disebut eksternalitas yang menciptakan ketergantungan antara dua atau lebih kelompok orang yang tidak dapat dinilai dengan uang, Pencemaran lingkungan, terutama sungai oleh limbah cair pabrik banyak terjadi dan biasanya dinilai merugikan masyarakat sekitar yang menggunakan sungai sebagai sumber air. Kerugian yang ditanggung masyarakat dapat digolongkan ke dalam biaya sosial yang harus ditanggung oleh segolongan orang yang diakibatkan oleh kegiatan orang lain.
Agar hal tersebut tidak terjadi, dibutuhkan suatu kerangka berpikir baru, yang menempatkan lingkungan sebagai sumberdaya terbatas sehingga dapat diberlakukan sistem harga bagi siapapun yang menggunakannya. Metode yang dapat digunakan untuk menghitung kerugian yang disebabkan oleh suatu kegiatan industri adalah metode valuasi lingkungan. Dengan kata lain, lingkungan tidak boleh dimasukkan ke dalam komponen eksternalitas ekonomi.
Tujuan penelitian adalah: (1) menentukan efisiensi pengolahan limbah yang tidak merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan alam yang diwakili oleh badan air; dan (2) mengoptimalkan biaya pengendalian pencemaran dan biaya sosial yang ditanggung oleh petani.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekspos fakto. Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan kecukupan data dari penelitian sebelumnya dan untuk memenuhi persyaratan waktu penelitian yang terbatas. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengkuantifikasi efisiensi penyisihan bahan pencemar, kerugian masyarakat, dan daya beli masyarakat ke dalam harga dengan menggunakan data sekunder dari hasil penelitian sebelumnya.
Penyisihan bahan pencemar yang optimum adalah antara 52,605% sampai dengan 60,290%. Dalam rentang tersebut, pendapatan petani berkisar antara Rp. 26.321.653 sampai dengan Rp. 34.527.171 per hektar per tahun, sedangkan biaya pengelolaan berkisar antara Rp. 26.321.409 sarnpai dengan Rp. 30.380.888 per hektar per tahun.
Dengan keadaan tersebut maka:
1. Pendapatan petani yang selama ini menggunakan sumber air yang tercemar, akan meningkat, dengan jumlah peningkatan yang berlainan tergantung dari karakteristik sumber air yang digunakannya. Peningkatan pendapatan petani sangat besar, bahkan untuk petani yang menggunakan limbah pabrik gula sebagai sumber airnya, pertambahan keuntungan petani per hektar mencapai 379% pada efisiensi pengolahan 52,605%, dan 5,232% pada efisiensi pengolahan 60,290%. Hal ini kemungkinan besar akan sangat berpengaruh pada perubahan taraf kehidupan petani.
2. Dengan menggunakan harga gula di pasaran saat ini (Rp. 4.000 per kg), maka harga gula akan bertambah antara 0,914% sampai dengan 1,356% per kg. Dengan demikian maka harga gula tidak akan bertambah banyak. Hal ini menunjukan bahwa pengolahan limbah cair akan menambah biaya produksi gula paling tinggi sampai dengan Rp. 55/kg.
Setiap pertambahan jumlah bahan pencemar yang disisihkan, akan menambah biaya pengolahan limbah dan pendapatan petani padi, tetapi dengan membandingkan gradien kedua grafik tersebut terlihat bahwa pertambahan pendapatan petani padi akan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pengolahan limbah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Efisiensi pengolahan limbah yang tidak terlalu merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan bad an air berkisar antara 52,605% sampai dengan 60,290%
2. Biaya pengendalian pencemaran yang optimum adalah sebesar Rp. 1.645.088.040 sampai dengan Rp. 1.898.805.504 per tahun
3. Biaya sosial yang diderita oleh petani akan menurun sejalan dengan pertambahan keuntungan petani yang kenaikannya berkisar antara 379% sampai dengan 5.232%.
4. Badan air akan lebih mudah menguraikan bahan pencemar karena toksisitas bahan pencemar sudah berkurang.
Dengan demikian maka hipotesis telah teruji: internalisasi biaya lingkungan dengan persentase penyisihan bahan pencemar yang optimum antara 52,605% sampai dengan 60,290%, akan menghasilkan penambahan biaya produk sisebesar 0,914% sampai dengan 1,356% per kg yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya sosial yang harus ditanggung petani apabila limbah tersebut tidak diolah yang pendapatannya akan menurun sebesar 379% sampai dengan 5.232%.

Wastewater Treatment Effect On Paddy Farmer's Income (A Case Study at Madukismo Sugar and Rubbing Alcohol Factory, and Paddy Farmers Around the Factory)Environmental pollution could happen if a production activity does not consider its pollution cost. This symptom is called externality that create interdependency between two or more persons group, which cannot be valued by money. Environmental pollution happening on rivers that caused by industrial wastewater usually creates additional social cost. This cost is categorized, as a cost created by a group of person that is has to be overcome by other.
In order to avoid this to happen again, it needs a new paradigm that put environment as a limited resource so we could make a price system on its utilization. The method used to calculate this loss (by industrial activity) is called valuation. In another words, environment could not be considered as an economic externality component.
The objectives of this research are: (1) to determine the level of wastewater treatment efficiency which make no significant harm to stake-holders: industry, society, and environment (receiving water); (2) to optimize the pollution management cost suffered by industry and social cost suffered by farmers.
Research methodology used is expose facto method, This method was chosen with considerations on data availability from previous research and to fulfill the limited research time Basically, this research is conducted to quantify pollutants treatment efficiency, society loss, and public buying capacity into the price using the secondary data of the previous research.
The optimum level of pollutants removal is 52,605% - 60.290%. In this range, the profit that could be obtained by fanner is between Rp, 26,321,653 - Rp. 34,527,171 per hectare per year, and the pollution management cost is between Rp. 26,321,409 - Rp. 30,380,888 per hectare per year.
Base on the above condition:
1. The profit of the farmers who use polluted water will increase, and the amount depends on the characteristics water used. The increase of farmer's profit per hectare could reach 379% on treatment efficiency level of 52.605%, and 5.232% on treatment efficiency level of 60.290%. The profit will greatly affect the farmer's living standard.
2. Using the recent sugar price (Rp. 4,000 per kg), it will raise up to 0.914% to 1.356% per kg. Consequently, the price of sugar will not increase significantly. The wastewater management will add the sugar price only by Rp. 55/kg.
On item added of pollutant removed, it will increase the wastewater management cost and the farmer's profit. But by comparing the gradients of both graphs, the profit is still much bigger than the wastewater management cost.
The conclusions of this research are:
1. The optimum wastewater treatment efficiency for all stakeholders is around 52.605% - 60.290%.
2. The optimum wastewater management cost is between Rp. 1,645,088,040 to Rp. 1,898,805,504 per year.
3. The social cost suffered by farmers will decrease along with the increase of their profit that could reach 379% to 5,232%.
4. The receiving water will degrade the pollutants easily because the toxicity of the pollutants has significantly reduced.
Therefore, the hypothesis stated on section 1.5 has been proved that the internalization of the environmental cost into the optimum pollutants removal (between 52.605% to 60.290%), will increase the product's price to 0.914%to 1.356% per kg which is lower than the social cost suffered by farmers if the wastewater is not treated (between 379% to 5,232%).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T14634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The ability of chromolaena odorata to accumulate and server as biomarker to lead and cadmium metals pollution load had been revealeted by this study"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>