Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufik Amnul Hayat
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peranan pembantu dan anggota rumahtangga (ART) lain terhadap partisipasi kerja ibu rumahtangga dengan memperhitungkan tingkat pendidikan, pengeluaran perkapita, kepemilikan anak usia 0-6 tahun & 7-12 tahun, serta status bekerja suaminya. Selain itu keberadaan pembantu dan ART lain juga digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap preferensi lapangan usaha ibu rumahtangga dengan memperhitungkan tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan kelompok umur. Dari hasil Regresi Logit Biner Multifaktorial dapat disimpulkan bahwa keberadaan pembantu dan ART lain secara signifikan mempengaruhi partisipasi kerja ibu rumahtangga. Kecenderungan untuk bekerja lebih tinggi pada tingkat pendidikan SMP/SMA, pengeluaran perkapita diatas Rp. 296.687,-; memiliki anak usia 0-6 tahun, dan suaminya bekerja. Selain itu keberadaan pernbantu dan ART lain juga menunjukkan preferensi ibu rumahtangga dalam memilih lapangan usahanya. Dimana kecenderungan ibu rumahtangga untuk bekerja pada lapangan usaha non pertanian dengan adanya pembantu dan ART lain lebih tinggi pada tingkat pendidikan SMP/SMA, di daerah perkotaan, dan pada kelompok umur 30-39 tahun dan 40-44 tahun.
This study is about the role of maid and other household members on wive?s labor force participation according to educational attainment, per capita expenditure, having children 0-6 and 7-12 years old, and husband?s working status. The effect of the presence of maid and other household members on wive's job sector preferences is also assessed according to educational attainment, residential area, and age groups. From the results of Multi-Factorial Binary Logit Regression, it is found that the presence of maid and other household members affects wive?s labor force participation. The odds are higher for those with SMP/SMA education, having per capita expenditure above Rp. 296.687,-; having children aged 0-6 years old, and with husbands who are working. It is also found that the tendency of wives to work in the non-agricultural sector with the presence of maid and other household members is highest on those with SMP/SMA education, living in urban areas, and age 30-39 and 40-44 years old.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33271
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alcoutt, Louisa May
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010
813 ALC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alcoutt, Louisa May
Hertfordshire: Wordsworth Classics, 1993
813.4 ALC l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Widiastuti
Abstrak :
Ideologi negara pada dasarnya bertujuan mengarahkan warganya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan menggunakan ideologi ibuisme negara menetapkan peran perempuan dalam kehidupan keluarga yang lebih banyak dikonotasikan sebagai "Ibu". Untuk menyebarkan ideologi itu, negara memanfaatkan aparatnya diantaranya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Oleh karena sifat kepemimpinan yang hierarkis, maka TNI menciptakan subordinat melalui organisasi istri yang selanjutnya perempuan/istri prajurit menjadi subordinat dari organisasi istri. Peran istri prajurit sebagai ibu dalam lingkungan keluarga militer semakin lebih nampak dengan peran tambahan sebagai pendamping suami sekaligus sebagai anggota organisasi istri Persit Kartika Chandra Kirana. Dengan menggunakan teori dan metode penelitian yang berperspektif perempuan, penelitian ini berusaha mengungkap kehidupan perempuan dalam budaya militer yang menganut sistem hierarki dimana lelaki sebagai penentu kebijakan baik dalam kehidupan keluarga dan dalam organisasi istri prajurit TNI-AD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Penelitian dilakukan di Asrama Kesatuan Divisi I Kostrad Kecamatan Cilodong Kabupaten Bogor. Dengan subjek penelitian sebanyak sepuluh orang istri anggota prajurit TNI-AD. Suami mereka berasal dari pangkat terendah hingga tertinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan, sebagai istri anggota TNI-AD, terkooptasi: (1) kegiatan istri dalam organisasi Persit Kartika Chandra Kirana lebih banyak mengarah pada kegiatan domestik dan merupakan kondisi bagi karier suami, (2) istri berkewajiban menjaga kondisi fisik suami sebagai prajurit, (3) konsekuensi penempatan perempuan dalam struktur institusi militer menyebabkan istri berkewajiban mengutamakan rumah tangga sehingga terbatas peluang untuk mengaktualisasi diri, (4) negara dan TNI-AD memperoleh keuntungan ganda dari para istri prajurit berupa dukungan moril dan materiil, (5) dalam perjalanan sejarahnya perkembangan politik negaralah yang mempengaruhi perkembangan organisasi istri yang semula organisasi ini mandiri berubah menjadi organisasi yang bergantung pada institusi TNI-AD. Oleh karena itu, disarankan agar Persit Kartika Chandra Kirana berusaha menjadi organisasi yang mandiri.
Woman and States: Armys Wife Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD) in The Wives' OrganisationAn ideology of state is basically a foundation and guideline for its citizens for their way of within the country. With `ibuism' (matriarchal) ideology, the states that the connotation of a woman's role is as a `mother' in the family. To spread this ideology, the country has used its institutions, one of which is the TNI. Because of the hierarchical nature of its leadership, the TNI creates sub-ordination through a wives' organization, and following that, the soldier's wife becomes the organization?s sub-ordinate. A soldier's wife role as a mother in a military family environment is clearer with the addition role of her husband as loyal companions and as a member of the wives' organization `Persit Kartika Chandra Kirana'. Using research theory and methodology from a woman's perspective, this research tries to shed light on a woman's life in a military tradition that uses a hierarchical system, where the man is the decision maker in both family life and in the wives' organization of TNI-AD. This research is conducted using a qualitative approach. Data were gathered from in depth interviews and documentation study. The research was held in barracks of Infantry Division I Army Strategy Commando Kecamatan Cilodong Kabupaten Bogor and it?s using ten research subjects from army wives, who their husbands being from the lowest to the highest position. The research result shows that women, as army wives are subject to cooptation: (1) a wife's activity in the Persit Kartika Chandra Kirana organization is more related to domestic activity and become the condition for husband carrier, (2) a wife is obligated to maintain her husband's physical condition, (3) as the consequence of woman's position in a military institution structure, she is obligated to give priority to family life, which imposes s on her self actualization, (4) the states and the TNI-AD obtains double benefits from a soldier's wife in term of moral and material support, (5) historically, it is the development of the states politics that has influenced the wives' organization evolution from an independent organization into an organization which is dependent on the army institution. Therefore, is it recommended that the `Persit Kartika Chandra Kirana' endeavors to become an independent organization.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T9728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunda Sri Sugiri
Abstrak :
Pada tanggal 22 Desember 1995, Presiden Republik Indonesia mencanangkan kemitrasejajaran wanita dan pria sebagai suatu Gerakan Nasional. Dikatakan bahwa: dengan kemitrasejajaran pria dan wanita yang harmonis, kita bangun bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera lahir dan batin. Wanita sebagai warga negara mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria di segala bidang. Namun pada kenyataannya masih banyak ditemukan ketidak sejajaran antara wanita dan pria. Kemitrasejajaran pria dan wanita masih perlu disosialisasikan, dimulai dari keluarga sebagai pranata sosial terkecil sampai pranata yang terluas, yaitu masyarakat. Penelitian ini menitikberatkan pada relasi jender suami istri di dalam keluarga. Selain itu juga ingin diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seorang individu (informan) terhadap pandangan dan sikap serta prilakunya tentang kemitrasejajaran wanita dan pria. Untuk melihat apakah posisi suami istri setara dalam relasi perkawinannya, pembagian kerja di dalam rumah tangga dan proses pengambilan keputusan serta posisi tawar (bargaining position) istri dalam proses tersebut, menjadi perhatian dalam penelitian ini. Empat (4) orang informan dipilih dengan kriteria sudah menikah, dalam kelompok usia dewasa muda, dan mahasiswa Universitas Indonesia.

Untuk memahami informan dan dalam menganalisis temuan lapangan, dipakai teori Sistem Ekologi, teori Sistem Keluarga dan teori Belajar Sosial. Dari keempat informan, tampaknya pembagian kerja tidak terlalu kaku dalam pelaksanaannya, dalam artian sebagai suami istri pembagian kerja di dalam keluarga tidak lagi berdasarkan jender, tetapi berdasarkan kesepakatan dan melihat situasi serta kondisi pasangannya masing-masing. Sedang posisi tawar istri oleh keempat informan dirasakan setara, karena mereka diikut sertakan pada proses pengambilan keputusan, di dengar pendapatnya dan memutuskan segala hal di dalam keluarga bersama-sama. Mereka merasa di hargai walaupun tidak mempunyai penghasilan sendiri.

Keluarga orientasi, orang tua, pendidikan, media komunikasi dan pasangan hidup beserta keluarganya merupakan faktor yang mempengaruhi pandangan dan sikap informan terhadap konsep kemitrasejajaran. Konsep kemitrasejajaran pria dan wanita sebagai suami istri yang saling menghargai, saling membantu dengan menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya masing-masing, sudah mulai diterima, dipahami dan diwujudkan, tetapi masih berada dalam proses transisi. Artinya masih dengan batasan-batasan tertentu, sesuai dengan tatanan keluarganya masing-masing.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muflichah
Abstrak :
Menurut hukum Islam tujuan perkawinan adalah menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur oleh syari'at Islam. Demikian juga dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, undang-undang perkawinan kita telah mengatur prinsipprinsip serta asas-asas perkawinan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia. Salah satu asas-asas perkawinan tersebut adalah "asas monogami" yaitu seorang suami hanya boleh mempunyai seorang istri dan sebaliknya. Namun apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama yang bersangkutan mengizinkan, seorang suami dapat melakukan poligami yaitu perkawinan dengan lebih dari seorang istri. Meskipun dikehendaki pihak-pihak yang bersangkutan, harus ada alasan-alasan serta memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, dan ditetapkan oleh Pengadilan. Mengenai alasan-alasan untuk dapat berpoligami diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 yaitu :
  1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.
  2. Istri mendapat cacat badan yang tidak dapat disembuhkan.
  3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suami yang hendak berpoligami ditentukan dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Perkawinan Tahun 1974 yaitu :
  1. Persetujuan dari istri/istri-istri.
  2. Kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak.
  3. Jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak.
Apabila diperhatikan alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar oleh seorang suami untuk melakukan poligami seperti yang ditentukan oleh Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 tersebut di atas, nampaknya alasan-alasan termaksud dirumuskan pembentuk undang-undang secara umum. Berdasarkan hasil analisis terhadap kasus tentang permohonan untuk melakukan poligami di Pengadilan Agama Purwokerto selama kurun waktu 7 tahun, yaitu dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1996, 20 kasus yang dijadikan sampel penelitan. Dari 20 kasus permohonan izin poligami tersebut, ada 17 permohonan dikabulkan dan 3 permohonan ditolak oleh Pengadilan Agama Purwokerto. Dari kasus tentang permohonan izin poligami, ternyata alasan yang paling banyak dijadikan dasar untuk melakukan poligami adalah karena istri tidak dapat melahirkan keturunan, yaitu 10 kasus (50%), sedangkan alasan istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri ada 5 kasus (25%), alasan isterinya sakit ada 5 kasus (25%). Di samping alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk melakukan poligami seperti tersebut di atas, ternyata perkawinan poligami juga dipengaruhi faktor-faktor lain seperti faktor pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dideskripsikan bahwa ada korelasi negatif (hubungan terbalik) antara perkawinan poligami dengan faktor pendidikan, sosial ekonomi, dan lingkungan. Artinya semakin rendah tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan, semakin banyak terjadi perkawinan poligami. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan, justru semakin jarang terjadi perkawinan poligami. Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, masalah poligami belum diatur secara tuntas, karena yang diatur baru menyangkut alasan-alasan, syarat-syarat serta tata cara untuk melakukan poligami. Ini berarti baru mengatur masalah-masalah sebelum terjadinya poligami. Sedangkan masalah-masalah setelah terjadinya poligami belum diatur. Seperti hak dan kewajiban para pihak, hak istri pertama (dengan anak-anaknya) terhadap penghasilan suami, hak untuk mendapat perlindungan hukum apabila suami tidak berlaku adil, dan sebagainya. Sikap masyarakat terhadap poligami ternyata oukup beragam, terbukti dari 20 orang responden yang dijadikan sampel, 10 orang responden (50%) menyatakan tidak setuju sama sekali dengan perkawinan poligami apapun alasannya karena dalam kenyataannya hanya akan membawa kesengsaraan bagi istri dan anak-anaknya, dan sulit diharapkan suami akan berlaku adil. Enam orang responden (30%) menyatakan setuju adanya poligami dengan syarat bahwa poligami tersebut benar-benar didasarkan kepada alasan-alasan yang rasional dan masuk akal sehat. Selebihnya yaitu empat orang responden (20%) menyatakan setuju adanya poligami dengan alasan poligami justru dapat mengatasi masalah keluarga. Sikap atau pandangan responden yang tidak setuju dengan poligami mendapat pembenaran secara empiris, karena apapun alasannya, sebagian besar kaum wanita tetap tidak dapat menerima poligami dengan perasaan ikhlas. Kenyataan juga menunjukkan betapa pahitnya keluarga yang berpoligami.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AULIYA PUTRI ARFIANTI
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi perselingkuhan dalam drama serial Fishbowl Wives (2022) serta implikasinya terhadap stereotipe alasan perselingkuhan berdasarkan gender dengan menggunakan teori representasi oleh Stuart Hall (1997) sebagai kerangka berpikir. Penelitian ini memanfaatkan pertanyaan kuesioner dari Infidelity Questionnaire (INFQ), metode analisis teks dan metode interpretasi komposisi visual sebagai metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fishbowl Wives memperkuat stereotip dikotomi gender bahwa perempuan melakukan perselingkuhan karena alasan emosional, sedangkan laki-laki karena alasan kepuasan seksual tetapi di saat yang bersamaan menampilkan pula kerumitan yang berlapis di balik alasan tersebut. ......This study aims to reveal the representation of infidelity in the Fishbowl Wives (2022) drama series and its implications for the gender stereotype behind the reasons for infidelity by using representation theory by Stuart Hall (1997) as the theoretical framework. This study utilizes questionnaires from the Infidelity Questionnaire (INFQ), text analysis methods, and visual composition interpretation methods as analytical tools. The results show that Fishbowl Wives reinforces the gender stereotype that women commit adultery for emotional reasons, while men for sexual satisfaction but at the same time show the complexity behind these reasons.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
In Seon Kim
Abstrak :
ABSTRACT
The main objectives of this study are to examine the patriarchal attitudes associated with marital adjustment of Korean husbands with foreign wives and to test the mediating effect of acculturation in the association between patriarchal attitudes and marital adjustment of Korean husbands. The study sample was collected by means of an anonymous questionnaire using a purposive sampling method, and the survey was conducted only with those who agreed to participate. The final sample comprised 203 Korean husbands with foreign wives in nine areas of the Gyeongnam Province, Chungnam Province, Daejeon City, and Sejong City. Hierarchical regression analyses and Sobel tests were employed to examine the associations among three variables and to corroborate the mediating effect of acculturation. The study results show that the level of marital adjustment of Korean husbands with foreign wives was slightly higher than the average. Birth countries of wives and education of both couples were significantly associated with the mean difference of marital adjustment of Korean husbands. The patriarchal attitudes of Korean husbands significantly decreased the level of marital adjustment of Korean husbands, whereas acculturation significantly increased its level. Meanwhile, the patriarchal attitudes of Korean husbands significantly decreased the level of marital adjustment. Acculturation had full or partial mediating effects in the association between patriarchal attitudes and sub dimensions of marital adjustment of Korean husbands. Policy and practice implications were discussed based on the study findings.
Seoul : OMNES, 2019
350 OMNES 9:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syaelendra
Abstrak :
Di Indonesia angka kematian ibu secara Nasional berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1995 adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara ASEAN (Dep. Kes. RI 1998). Berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi telah banyak dilakukan, salah satu diantaranya adalah peningkatan upaya pelayanan kesehatan dengan jalan mengikutsertakan oraganisasi/sektor terkait serta lembaga swadaya masyarakat dalam menunjang kesejahteraan ibu dan anak. Disamping itu, pemerintah telah menyebarkan bidan ke desa untuk membantu akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi serta memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada sekaligus meningkatkan cakupan program kesehatan ibu dan anak (KIA). Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal (ANC) dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa. Kinerja bidan di desa diukur dengan hasil cakupan K4. Kinerja baik bila cakupan K4 > 80% dan kinerja kurang bila cakupan K4 < 80%. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Agam dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling sebanyak 100 orang, Hasil penelitian menunjukkan 78% kinerja bidan di desa di Kabupaten Agam masih kurang dan 22% dengan kinerja baik. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja bidan di desa di Kabupaten Agam masih kurang. Faktor-faktor berikut ini, umur, status perkawinan, penghasilan, supervise Dinas Kesehatan Kabupaten dan kondisi kerja (gedung), mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja bidan di desa. Sedangkan faktor jumlah anak, pelatihan, masa kerja, rasa aman, dan perlengkapan kerja tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan di desa. Penelitian ini menyarankan agar : 1. Pemerintah daerah menyediakan biaya operasional untuk pelatihan daiam rangka meningkatkan profesionalisme bidan di desa sehingga cakupan K4 meningkat. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam : a. Melakukan upaya dalam bentuk penegasan kepada Kepala Puskesmas tentang tugas dan wewenang bidan di desa agar cakupan K4 meningkat. b. Meningkatkan profesionalisme bidan di desa melalui kegiatan : -Pertemuan sekali tiga bulan di tingkat Kabupaten. -Pertemuan bulanan di Puskesmas. -Pemberdayaan belajar melalui Kalakarya dan Gugus Kendali Mutu. -Memberikan pelayanan prima kepada ibu hamil.
Analysis on Factors Which are Related to the Performance Villages Mid Wives in Antenatal Care Services (ANC) In Agam District, West Sumatera, October - December 2000Based on Indonesian Demographic Survey (1995), the Maternal Mortality Rate (MMR), in Indonesia were 390 per 100,000 life birth, which is the highest number of the ASEAN countries (Indonesian Department of Health, 1998). There are some programs to decrease number of Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR). One of the programs is to increase of health services by following the relevant sector and non government organization. Also the government has been already spread the village mid wives to decrease Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) number and to widening the health services. The purpose of this research is to know how the performance of the village mid wives in the Antenatal Care services and some related factors. The performance of the village mid wives is measures by four times health services visits. Good performance can be measures if the four times health services visits is 80% or more. Bad performance can be measures if the four times health services visits is less 80%. The research had already done in Agam district, West Sumatera Province by using Cross Sectional Random Sample. The sample of this research is village mid wives which were working in Agam district and by using Systematic Random Sampling method for 100 villages mid wives. The result of the research showed that 78% performance of the villages mid wives in Agam district still bad and 22% are good. There are some factors related to this performance such as age, marital status, salary, upper level health offices, supervision and working facilities. The unrelated factors to this performance are number of children, working duration, training, the mid wives feels of secure and nurse working kit. This research suggested that: 1. For District Government, is to provide the operational costs for trainings in order to increase the professionalism of mid wives at villages to increase K4. 2. For Agam District Health Department: a. Stressing the Head of Health Center about job and responsibility of mid wives at villages to increase K4. b. Increasing mid wife professionalism, through activities such as: -Once in three months meeting at District Level. -Monthly meeting at the Health Center. -Empowerment through Kalakarya learning and Total Quality Management. -Give prime quality services to pregnant mother.
2001
T7878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leebarty Taskarina
Abstrak :
ABSTRAK
Kejahatan terorisme tidak lagi didominasi oleh laki-laki. Penelitian ini membahas mengenai pelibatan perempuan sebagai istri pelaku kejahatan terorisme dalam mendukung aktivitas teror suaminya atau kelompok suaminya. Penelitian ini fokus pada proses bagaimana istri dilibatkan oleh suaminya. Istri pelaku kejahatan terorisme adalah korban terselubung dari kejahatan terorisme, mereka dilibatkan bukan karena keinginan mereka sendiri. Tekanan dan intimidasi, kesenjangan kekuasaan dan kekerasan simbolik di dalam rumah tangga mengarah pada arus baru viktimisasi. Hasil dari penelitian ini adalah istri pelaku kejahatan terorisme mengalami multiple victimisation. Temuan lain yakni bahwa ketidaksadaran unconciousness istri pelaku kejahatan terorisme sebagai korban bersamaan dengan ketidakpedulian unawareness dari masyarakat bahkan menunjukan adanya pembiaran ommision oleh negara. Bukan hanya dampak berganda yang mereka terima namun menjadi korban terlupakan forgotten victims dari sistem penanggulangan terorisme.
ABSTRACT
Nowadays, prepertrators on terrorism aren rsquo t male dominated. Research in this thesis discuss women involvement as prepertrator rsquo s wife to support her husband and his terrorist group. This research focused on the process of how wifes entangled by their husband. Prepertrator rsquo s wifes are invisible victim of terrorism, they are involved not by their own will. Pressure and intimidations, domination and symbolic violence in their household moving towards new kind of victimization. Results of this research proved that prepertrator rsquo s wifes experiences multiple victimization. Another findings also made, wife rsquo s unconciousness as victim with society unawareness shows that there are ommision by the government. Prepertrator rsquo s wifes not only experiences multiple impact, but they are forgotten victims of counter terrorism systems.
2017
T48023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>