Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guwu, Hexiong
Taibei : Tian Xia Wen Hua, 1995
SIN 895.63 GUW j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Couperus, Louis, 1863-1923
Amsterdam: G.A. van Oorschot, 1975
BLD 839.36 COU v XI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Biography of Airlangga, king of Kahuripan Kingdom"
Jakarta: Komunitas Bambu, 2010
959.82 NIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Xi Jinping became general secretary of the Communist Party of China in 2013, taking his leadership role at a time of continuing economic expansion and military modernization that seem destined to make China a superpower. Xi has become China's most powerful and popular leader since Mao, and his vision of the "Chinese dream" of "great renewal" does not seem like an empty political slogan. But the image of China's meteoric rise masks some problems that are simmering both at home and abroad. This book will examine the prospects for China's continuing rise but also the emergent and unintended consequences posed by China's domestic transformation and international assertiveness. The three most urgent and interrelated domestic challenges facing China's leaders are sustaining economic growth, fighting corruption, and maintaining social stability. In foreign policy, its neighbors and the United States have questions about what China wants and whether it will be a revisionst state or be content with most aspects of the status quo. There is also concern that nationalist pressures within China may put domestic pressure on foreign policy."
Washington, DC : Georgetown University Press, 2016
320.695 1 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faqih Albiruni Yahya
"Kebijakan sensor internet mengacu pada tindakan pemerintah dalam menyaring dan mengontrol apa yang dapat diakses masyarakatnya di internet. Tiongkok menjadi salah satu negara yang turut menerapkan kebijakan ini. The Great Firewall of China yang disingkat sebagai GFW merupakan istilah yang mengacu pada kebijakan sensor internet yang diterapkan di Tiongkok. Sejak berkembangnya internet pada tahun 1990-an, Pemerintah Tiongkok terus melakukan pengendalian terhadap internet melalui penyensoran. Sejak kepemimpinan Xi Jinping, pemerintah Tiongkok semakin menggiatkan penguatan kebijakan tersebut. Hal itulah yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitiatif dengan pendekatan ilmu sejarah. Adapun tahap penelitian mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan sensor internet pada era Xi Jinping meskipun dijalankan dalam rangka menjaga kedaulatan Tiongkok dan membangun Tiongkok sebagai kekuatan siber dunia, namun secara substansial tidak sesuai dengan nilai-nilai kebebasan mengakses informasi dan berekspresi di internet sebagaimana termaktub Konvensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik tahun 1998, yang juga sudah ditandatangi oleh Tiongkok.
......Internet censorship policy refers to government actions in filtering and controlling what people can access on the internet. China is one of the countries that have implemented this policy. The Great Firewall of China, abbreviated as GFW, is a term that refers to the internet censorship policies implemented in China. Since the development of the internet in the 1990s, the Chinese government has continued to control the internet through censorship. Since the reign of Xi Jinping, the Chinese government has intensified the reinforcement of this policy which become the subject of this article. The research method used in this article is a qualitative method with a historical approach. The research stages include heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results show that the implementation of internet censorship policies in the Xi Jinping era, although carried out to maintain China's sovereignty and build China as a world cyber power, is substantially not in accordance with the values of freedom of access to information and expression on the internet as stated in the 1998 International Covenant on Civil Rights and Politics, which China has also signed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Deo Palit
"ABSTRAK
Artikel ini membahas Kebijakan One Belt One Road OBOR yang dicanangkan oleh Xi Jinping pada tahun 2013, dengan berfokus pada peran kebijakan tersebut dalam mewujudkan Zhongguomeng. Kebijakan OBOR adalah proyek pembangunan infrastruktur baru dengan menggunakan konsep lsquo;Jalur Sutra Baru rsquo; yang mencakup aspek geopolitik dan geoekonomi untuk menghubungkan wilayah-wilayah Eurasia dengan Cina sebagai pusatnya. Penulis memulai penelitian dengan menginterpretasi latar belakang yang mendorong pemerintah Cina untuk menerapkan Kebijakan OBOR menggunakan pendekatan historis dan studi kualitatif, kemudian menganalisis sejauh mana kebijakan OBOR dapat berguna bagi Xi Jinping untuk mencapai target Zhongguomeng. Hasil penelitian menunjukkan Kebijakan OBOR memiliki peran sebagai alat untuk mewujudkan Zhongguomeng melalui pembangunan infrastruktur yang menunjang arus perdagangan industri, menyediakan wadah pemersatu Cina, serta hubungan kerja sama yang damai secara global.

ABSTRACT
This article discusses the One Belt One Road OBOR Initiative launched by Xi Jinping in 2013, focusing on the role of the initiative in realizing Zhongguomeng. OBOR initiative is a new infrastructure development project that using the concept of 39;New Silk Road 39; which covering geo-political and geo-economic aspects to connect Eurasian regions with China as its center. The authors began the study by interpreting the background that prompted the Chinese government to implement the OBOR Initiative using historical approaches and qualitative studies, then analyzed the extent to which OBOR policy could be useful for Xi Jinping to achieve the Zhongguomeng rsquo;s targets. The results show that OBOR Initiative has a role as a tool for realizing Zhongguomeng through infrastructure development that supports industrial trade flows, provides an unifying container of China, and a global peaceful cooperation relationship."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Christine
"Ci Xi adalah seorang wanita yang ambisius. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan bang_sawan rendah yang bisa mencapai suatu kedudukan ter_tinggi di dalam masa dinasti Qing, dinasti terakhir di Cina. Dalam seluruh kehidupannya, ia berupaya untuk dapat meraih kedudukan yang diinginkannya. Setelah berhasil memperolehnya, ia berusaha mempertahankannya dengan segala cara. Di Cina, bagi suku bangsa Han ju_ga suku bangsa Man, yaitu suku bangsa darimana Ci Xi berasal, seorang wanita tidak mempunyai arti di dalam kehidupan masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, Ci Xi ber_hasil menguasai negara yang besar itu. Faktor--faktor inilah yang kemudian menarik minat penulis untuk meng_ambilnya sebagai topik skripsi.Lingkup penelitian Walaupun sebelumnya sudah ada skripsi mengenai Ci Xi5, tetapi skripsi to rse but hanyalah membahas ten-tang peranan Ci Xi di dalam pemerintahan dan politik..."
1986
S12966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Anggi Lestari
"Perolehan survei dan tes PISA pada tahun 2015 menjelaskan bahwa prestasi akademik siswa Indonesia cenderung rendah, tetapi menariknya indeks kebahagiaan siswa di Indonesia berada pada kategori cukup tinggi. Studi-studi terdahulu melihat bahwa prestasi akademik dan gender berpengaruh terhadap kebahagiaan siswa. Untuk memperkaya studi-studi sebelumnya, peneliti menggunakan faktor religiositas dan faktor efikasi diri sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kebahagiaan siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada siswa kelas 10 dan kelas 11 SMA Y Depok. Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan yaitu cluster random sampling-single stage dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa/siswi memiliki kebahagiaan, religiositas, dan efikasi diri yang tinggi. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif antara variabel tingkat religiositas dengan tingkat kebahagiaan siswa. Sementara itu, tingkat efikasi diri juga menunjukkan bahwa korelasi positif dengan tingkat kebahagiaan siswa. Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa variabel tingkat religiositas dan tingkat efikasi diri mampu menjelaskan tingkat kebahagiaan siswa.

The acquisition of PISA survey and test in 2015 explained that the academic achievement of Indonesian students tended to be low, but the index of students happiness in Indonesia was in the quite high category. Previous studies saw that academic achievement and gender affect student happiness. To enrich previous studies, reserachers used the factors of religiosity and self-efficacy factors as factors that influence student happiness. This research uses a quantitative approach with data collection conducted through the distribution of quistionnares to 10th and 11th grade students of SMA Y Depok. The sampling technique used is cluster random sampling-single stage with a total 120 respondents. The result of this study indicate that students have happiness, religiosity, and high self efficacy. In addition, in this study was found that there was a positive correlation between the variable level of religiosity with the level of student happiness. Meanwhile, the level of self-efficacy also shows a positive correlation with the level of student happiness. The regression test result also showed that the variable of religiosity and level of self-efficacy was able to explain the level of student happiness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matthew Alexander Setiadi
"Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan alasan dibalik peningkatan keasertifan Tiongkok terhadap kritik di bidang olahraga pada masa kepemimpinan Xi Jinping. Tiongkok sebagai negara telah memanfaatkan bidang olahraga sebagai salah satu instrumen kebijakan luar negerinya guna mencapai kepentingan negaranya. Bidang olahraga dimanfaatkan sebagai instrumen kebijakan luar negeri oleh Tiongkok melalui Ping Pong Diplomacy maupun penyelenggara Olimpiade. Akan tetapi, Tiongkok mendapatkan kritik internasional yang konstan, terutama pada isu-isu pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pemerintahan Xi Jinping meresponsnya dengan lebih asertif melalui tidak hanya menggunakan norma internasional bahwa bidang olahraga tidak boleh dipolitisasi, tetapi juga disertai dengan aksi seperti permintaan maaf secara langsung. Untuk memahami alasan dibalik peningkatan keasertifan Tiongkok, penelitian ini menggunakan analisis kebijakan luar negeri dengan teori realisme neoklasik secara kualitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa intensifikasi respons internasional Tiongkok ini karena adanya dorongan faktor sistemik dan faktor domestik serta pentingnya bidang olahraga bagi Tiongkok. Faktor sistemik mempengaruhi intensifikasi respons internasional Tiongkok karena adanya peningkatan rivalitas strategis Tiongkok dengan aktor internasional. Kemudian, faktor domestik ditenagai oleh kekuatan rezim pemerintahan Tiongkok dibawah kepemimpinan Xi Jinping ditenagai oleh kekhawatiran akan legitimasi Partai Komunis Cina. Terakhir, bidang olahraga menjadi sarana untuk melakukan intensifikasi respons internasional karena mampu menarik perhatian internasional dan kebanggaan bagi warga negara Tiongkok.
......This thesis aims to explain China’s increasing assertiveness toward international critics of Xi Jinping’s leadership. China has utilized sports as part of its foreign policy instrument to achieve its national interest. China uses sport as a foreign policy instrument through Ping Pong Diplomacy and Olympic host. However, China gains constant criticism from international society, especially on Human Rights violations. China, under Xi Jinping’s leadership, responds more assertive by not only using the international norm that sports should not be politicized but also followed by follow-up action such as actively seeking apologies. To understand the reasoning behind the increasing assertiveness, this research uses foreign policy analysis with neo-classical realism theory and is conducted qualitatively. This research shows China’s increasing assertiveness because of systemic and domestic factors. Systemic factor influences China's assertiveness through China's increasing strategic rivalry. Furthermore, domestic factors fueled by regime insecurities on China Communist Party legitimacy. Lastly, sport becomes a platform to intensify China’s international response because of its ability to attract international attention and social pride."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>