Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Richard Susilo
Jakarta: Kompas, 2013
364.106 RIC y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tendo, Shoko
Abstrak :
Pernah nonton film 'Showdown in a Little Tokyo'? Bagi yang pernah, tentu ingat betul seputar film ini, yakni tentang Yakuza. Menurut wikipedia, Yakuza (ヤクザ or やくざ ?), also known as gokudō (極道?), are members of traditional organized crime groups in Japan, and also known as the "violence group". Saya sendiri banyak "mengenal" nya melalui film-film asing. Yang jelas, kalau mendengar kata Yakuza, yang terbayang adalah mafia-mafia Italy. Kalau di negara kita mungkin kelompok-kelompok preman gitu ya? tapi kalau Yakuza dan Mafia kan terorganisir dengan baik. Konon struktur organisasi mereka cukup rapih dan jelas, seperti pemerintahan saja. Buku Yakuza Moon ini ditulis oleh Shoko Tendo, putri seorang Yakuza. Shoko, anak ke tiga dari empat bersaudara lahir dalam lingkungan keluarga Yakuza, di mana pada awalnya hidup dalam kelimpahan materi, tapi terkucil dalam pergaulan sosial. Kelompok Yakuza memang selalu mendapat ?cap? miring di masyarakat Jepang. Sebagaimana banyak dialami kelompok Yakuza lainnya, hidup mereka penuh dengan ketegangan, tidak ada ketidakpastian. Mayoritas para Yakuza akhirnya jatuh dalam kemiskinan dan belitan hutang yang luar biasa. Konyolnya, di saat-saat seperti itu, selalu para Ibu dan anak-anak lah yang menanggung aib. Para Ibu harus bekerja keras membanting tulang untuk menyelamatkan hidup keluarga, sementara sang Yakuza, si Ayah, ?menghilang? karena tidak tahan menanggung malu. Riwayat Shoko lebih miris dari itu. Keluarganya tidak hanya hancur berantakan, tapi kehidupan pribadinya sendiri amat memilukan, lebih tepat ?menjijikkan?. Berawal dari ulah kakaknya, Maki, yang mengajaknya bergabung dengan kelompoknya, para Yanki. (Yanki adalah sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut-kebutan mobil atau motor dengan knalpot tanpa peredam suara). Hidup Shoko akhirnya betul-betul berantakan, mulai dari seks bebas, narkoba, masuk penjara, dan seterusnya. Shoko pun harus menjadi gundik para Yakuza untuk membayar hutang Ayahnya. Membaca kisah Shoko ini, dalam hati saya bertanya :?apakah semua ini benar-benar terjadi pada seorang manusia?? Betul-betul mengerikan dan menjijikkan. Saya nggak percaya ada riwayat hidup orang kayak gini. Tapi melihat bagaimana dia menuliskannya dengan detil, nyata sekali bahwa ini memang hidupnya. Terlepas dari itu, di mata saya Shoko ini sosok yang sangat kuat dan matang, tidak hanya secara fisik, tapi juga pribadi. Dia memiliki intuisi yang kuat dan prinsip hidup yang tidak mudah goyah, khususnya dalam membela kehormatan keluarganya. Setelah semua musibah yang menimpa keluarganya dan perlakukan Ayahnya, cinta Shoko pada kedua orangtua dan saudara-saudaranya tak pernah lekang. Dia rela mengorbankan kehidupan pribadinya demi kepentingan keluarganya? sisi lain dari Yakuza ya? O ya, jauhkan buku ini dari jangkauan anak-anak. Terlalu vulgar ..? -------------------------------- Risensi oleh: Kalarensi Naibaho
Jakarta: Gagas Media, 2008
364.109 2 TEN y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kaplan, David E.
Berkeley : University of California Press , 2003
364.060 952 KAP y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Farhan
Abstrak :
Organisasi kriminal sering diceritakan melakukan kejahatan terselubung dalam kerahasiaan dan melanggar sesuatu yang sudah diatur oleh aturan hukum yang telah lama ditetapkan. Salah satu dari organisasi kriminal tersebut adalah Yakuza. Yakuza adalah nama yang digunakan untuk menyebut sindikat kejahatan terorganisir di Jepang. Bisnis utama Yakuza pada dasarnya sama dengan organisasi kejahatan pada umumnya: perdagangan narkoba, penyelundupan, pelacuran, perjudian, dan pemerasan. Pada tahun 1992, kebijakan Anti-Boryokudan atau Botaiho membuat arus bisnis Yakuza menjadi lebih sulit dan mengurangi pendapatan mereka, sehingga mengurangi kegiatan ilegal yang biasa mereka lakukan. Hal ini akhirnya membuat kedudukan mereka semakin tersingkir dalam tatanan masyarakat Jepang. ......Criminal organizations are often committing crimes hidden in secrecy and violate something that has been regulated by long-established legal rules. One of these criminal organizations is the Yakuza. Yakuza is a name used to refer to the organized crime syndicates in Japan. The Yakuza's main business is basically the same as the general crime organizations: drug trafficking, smuggling, prostitution, gambling, and extortion. In 1992, the Anti-Boryokudan or Botaiho policy made the Yakuza business flow more difficult and reduced their income, thereby reducing the illegal activities they used to do. This eventually made their position more and more marginalized in the fabric of Japanese society.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Puspita Nur
Abstrak :
Yakuza sebagai organisasi kriminal di Jepang, yang berawal hanya bekerja sebagai pedagang dan penjudi, meluas dan berkembang ke dalam bisnis lainnya, seperti perjudian, penyelundupan narkotika, dan prostitusi. Usaha Yakuza dalam perkembangan bisnis mereka tidak lepas dari adanya perluasan jaringan yang mereka buat dengan pihak-pihak luar yang terkait dan cara kerja Yakuza agar semua bisnis mereka dapat terus berjalan. Skripsi ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Melalui analisis ini, terlihat cara dan sistem yang di gunakan Organisasi Yakuza sebagai organisasi kriminal agar bisnis mereka dan keberadaan Yakuza di dalam masyarakat Jepang terus berkembang. Yamaguchi-gumi, organisasi Yakuza terbesar di Jepang menjadi pembahasan di dalam skripsi ini. ......Yakuza, as a criminal organization in Japan, started off with trading and gambling, which then expand to other businesses such as smuggling drugs and prostitution. In developing their business, The Yakuza expand their business networks with other interconnected parties within their business scope. And to make sure that their business continues to run, the attitude of The Yakuza is also important. This is a qualitative research that uses the descriptive-analytic method. This analysis shows the ways and system that are being used by The Yakuza as a criminal organization, in order to attain their business and to flourish their existence in the Japanese Society. As the biggest Yakuza organization, Yamaguchi-gumi became the main of this thesis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42105
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Adrian Krishnadi
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai wacana kepahlawanan yang terdapat di dalam video gim Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Kemudian, penelitian ini juga menganalisis bagaimana nilai- nilai tradisional dalam tindak kepahlawanan tipikal yakuza, seperti giri (tanggung jawab), ninjō (kemanusiaan), dan oyabun-kobun (loyalitas), yang ditampilkan dalam video gim tersebut berkorelasi dengan karya-karya bergenre yakuza lainnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan taksonomi kepahlawanan (taxonomy of heroism) yang dicetuskan oleh Franco et al. (2011). Penulis memfokuskan analisis terhadap tindakan serta dialog dari tokoh utama, tokoh antagonis, dan tokoh sampingan, yaitu Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, dan Kawara Jirō. Selain Ryūji, kedua tokoh yang disebutkan, digambarkan bukan anggota organisasi yakuza. Hasil analisis menunjukkan terdapat tindak kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Kiryū, Ryūji, dan Kawara. Lebih jauh lagi, penelitian ini berargumen bahwa Ryū ga Gotoku Kiwami 2 menampilkan variasi tindak kepahlawanan yang berbeda dibandingkan karya bergenre yakuza lainnya yang pada umumnya menggambarkan tindak kepahlawanan tersebut sebagai sesuatu yang hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Sementara itu, dalam Ryū ga Gotoku Kiwami 2, tindak kepahlawanan tipikal yakuza digambarkan tidak hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Dengan demikian, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 dapat dikatakan menampilkan narasi kepahlawanan tipikal genre yakuza tanpa memposisikan keanggotaan pada organisasi yakuza sebagai syarat yang esensial. ......This study discusses the discourse of heroism in the video game Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Additionally, this study analyzes how traditional values of typical yakuza heroism, such as giri (responsibility), ninjō (humanity), and oyabun-kobun (loyalty), as portrayed in the video game, correlate with other yakuza genre works. The analysis is conducted using the taxonomy of heroism proposed by Franco et al. (2011). This study focuses the analysis on the actions and dialogues of the main character, the antagonist, and the supporting character, namely Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, and Kawara Jirō. Besides Ryūji, both of the mentioned characters are potrayed as non-members of the yakuza organization. This study finds the presence of heroic acts displayed by Kiryū, Ryūji, and Kawara. Furthermore, this study finds that Ryū ga Gotoku Kiwami 2 presents a different variation of heroism compared to other yakuza genre works that generally depict heroism as something exclusively done by yakuza members. In Ryū ga Gotoku Kiwami 2, typical yakuza heroism is depicted as not limited to yakuza members only. Therefore, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 can be said to portray a typical yakuza genre narrative of heroism without having yakuza membership as a requirement.
2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library