Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Indraria Sri M.F.
"Penelitian atas drama The Zoo Story karya Edward Albee dalam skripsi ini menggunakan pendekatan ekstrinsik. Konflik dalam drama The Zoo Story dikupas dengan menggunakan pandangan filsuf Jean-Paul Sartre, khususnya mengenai komunikasi/hubungan antar manusia. Tujuannya ialah memperlihatkan bahwa konflik dalam drama The Zoo Story adalah ungkapan dari persengketaan yang tak terelakkan dalam komunikasi antar manusia. Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan. Data-data sebagian besar didapatkan dari buku-buku, seperti buku kritik yang mengulas karya Edward Albee, buku-buku mengenai drama secara umum dan drama absurd, Berta ulasan mengenai filsafat abad 20, khususnya filsafat Jean-Paul Sartre. Drama The Zoo Story pada intinya menampilkan kontras dan konflik antara dua tokoh utamanya, yaitu Jerry dan Peter. Masalah konflik ini menarik karena ternyata yang ditampilkan, lebih jauh, adalah konflik yang terjadi dalam komunikasi antar manusia. Jean-Paul Sartre secara radikal pernah menyatakan bahwa pada dasarnya komunikasi antar manusia itu mustahil terjadi tanpa adanya sengketa. Seorang manusia adalah suatu subyek yang menghayati subyektifitasnya di dunia. Kehadiran manusia lain akan merusak penghayatan akan dunia. Suatu subyek seseorang, akan mempertahankan subyektifitasnya, bahkan di tengah-_tengah subyek lain orang lain sekalipun. Karena_nya, dalam komunikasi akan terjadi konflik diantar subyek-subyek yang ingin mempertahankan subyektifitasnya dengan menjadikan subyek lain sebagai obyek bagi dirinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Jerry dalam drama The Zoo Story adalah gambaran suatu subyek yang ingin menguasai dunia Peter, subyek lain. Meskipun pada awalnya Peter tidak terlalu peduli, pada akhirnya ia menyadari bahwa kehadiran Jerry merupakan ancaman bagi keberadaannya..Kesadaran ini membuat Peter bangkit mempertahankan subyektifitasnya. Konflik yang terjadi di antara Jerry dan Peter ini menunjukkan adanya konflik dalam komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh Jean-Paul Sartre."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Lusianto
"This research is taken to know about visitor satisfaction level to visitor services at Ragunan Zoo Park. Technical sampling used is accidental sampling, samples taken from respondent at Ragunan Zoo Park, Which were met instantly with researcher on Ragunan Zoo Park. Total of respondent is 147 respondents. After that visitor satisfaction level to service quality at Ragunan Zoo Park, measured through empathy dimension, tangibles dimension, reliability dimension, responsiveness dimension and assurance dimension. The dimensions are formulated to become 29 indicator variable as items on questioner.
Result of research shown that 29 variable that have been researched are valid and reliable to be analyzed furthermore. Due to examination satisfaction level on visitor side, known that the highest visitor satisfaction level at Ragunan Zoo Park from 5 service quality dimension is on reliability dimension with mean score -1,1 and 78,80% percentage. While that the lowest visitor satisfaction level at IMP. from 5 service quality is on responsiveness dimension with mean score -1,7 and 66,93% percentage. Seen from 5 dimensions shown that mean score and percentage point satisfaction level, TMR needs more qualities services.
From analyze result of importance level, shown that tangible dimension is the highest importance level with mean score 5,390 as fist priority for improvement of qualities services at TMR. Then followed by assurance dimension as a second priority for improvement of qualities services at TMR with mean score 5,380. Responsiveness dimension take the third priority for increment of qualities services with mean score 5,350. The fourth level of importance and improvement of qualities services is on empathy dimension with mean score 5,330. And on the fifth one is reliability with mean score 5,270.
The result from analyzing level of satisfaction and analyzing of importance then, things need to be done to increase services quality at TMR are: Knowledge improvement of the officer, an improvement of leadership role, regulation improvement at Ragunan Zoo Park in the form of interdict and sanction gift that is perceivable by visitor, an effort through priority from 5 dimension in attainment of affectivity and efficiency qualities services at Ragunan Zoo Park, Which are containing of: First priority on tangibles dimension, second priority on assurance dimension, third priority on responsiveness dimension, fourth priority on empathy dimension and fifth priority on reliability dimension."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firliani Nabila Aulia Montie
"Konservasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) yang merupakan primata endemik Indonesia berstatus vulnerable dilakukan di Gembira Loka Zoo. Pengamatan interaksi sosial dan reproduksi dapat menjadi faktor pendukung dari keberhasilan rehabilitasi di penangkaran. Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi sosial dan reproduksi lutung jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffroy, 1812) jantan dan betina di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi sosial dan reproduksi 2 kelompok lutung jawa jantan dan betina pada 2 kandang yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada 4 pasangan, yang terdiri dari P1 (jantan A dan betina 1A), P2 (jantan A dan betina 2A), P3 (jantan 1B dan betina B), serta P4 (jantan 2B dan betina B). Metode yang digunakan yaitu metode scan sampling dan ad libitum dengan interval 10 menit. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial yang teramati adalah body contact, proximity, allogrooming, non-contact aggression, dan contact aggression. Interaksi sosial didominasi oleh interaksi sosial affiliative dibandingkan agonistik. Frekuensi interaksi sosial affiliative tertinggi teramati pada P3 (30,44%) dan interaksi sosial agonistik tertinggi teramati pada P1 (1,29%). Sementara itu, interaksi reproduksi yang teramati adalah atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas, dengan frekuensi atraktivitas dan proseptivitas tertinggi teramati pada P3 (70,11%), sedangkan frekuensi reseptivitas tertinggi pada P2 (3,45%). Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan (Asymp. Sig < 0,05) pada perilaku proximity, allogrooming, atraktivitas dan proseptivitas, serta menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan (Asymp. Sig > 0,05) pada perilaku body contact, non contact aggression, contact aggression dan reseptivitas. Selama pengamatan, teramati adanya interaksi sosial dan reproduksi lutung jawa antarkandang yang berbeda.

Conservation of  Javan lutung (Trachypithecus auratus), an endemic primate of Indonesia classified as vulnerable, is conducted at Gembira Loka Zoo. Observations of social interactions and reproductive can be supportive factors for the success of rehabilitation in captivity. Research has been conducted on the social interactions and reproduction of male and female Javan langur (Trachypithecus auratus E. Geoffroy, 1812) at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. This study aims to analyze the social interactions and reproductive of two groups of male and female Javan langurs in two different enclosures. Observations were made on four pairs, consisting of P1 (male A and female 1A), P2 (male A and female 2A), P3 (male 1B and female B), and P4 (male 2B and female B). The methods used were scan sampling and ad libitum with a 10-minute interval. Based on the results of the study, observed social interactions included body contact, proximity, allogrooming, non-contact aggression, and contact aggression. Social interactions were dominated by affiliative social interactions compared to agonistic ones. The highest frequency of affiliative social interactions was observed in P3 (30.44%), while the highest frequency of agonistic social interactions was observed in P1 (1.29%). Meanwhile, observed reproductive interactions included attractivity, proceptivity, and receptivity, with the highest frequency of receptivity was observed in P2 (3.45%). Kruskal-Wallis test results showed significant differences (Asymp. Sig < 0.05) in proximity behavior, allogrooming, attractiveness, and proceptivity, while showing no significant differences (Asymp. Sig > 0.05) in body contact, non-contact aggression, contact aggression, and receptivity behaviors. During the observation, social and reproductive interactions between different enclosures of Javan langurs were observed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas epifiton daun
Enhalus acoroides (L.f.) Royle di padang lamun perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu pada tanggal 7--8 Maret 2008. Pengambilan sampel daun
Enhalus acoroides dilakukan dengan metode purposive random sampling di
12 substasiun penelitian. Sampel epifiton pada permukaan daun Enhalus
acoroides diambil dengan metode kerok (scraping method), lalu dicacah
dengan metode subsampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi
fito-epifiton yang diperoleh sebanyak 3 kelas 44 marga, sedangkan komposisi
zoo-epifiton sebanyak 8 filum 10 kelas. Coscinodiscus dan Nematoda
merupakan epifiton yang paling dominan di lokasi penelitian. Rerata indeks
keanekaragaman fito-epifiton sebesar 1,82, sedangkan zoo-epifiton sebesar
1,72. Nilai indeks kemerataan fito-epifiton tergolong cukup merata (0,53),
sedangkan zoo-epifiton tergolong hampir merata (0,81). Nilai indeks
kesamaan fito-epifiton dan zoo-epifiton di lokasi penelitian tergolong tinggi,
yaitu 0,73 dan 0,67. Sebaran epifiton menunjukkan pola yang mengelompok."
Universitas Indonesia, 2008
S31504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizqy Amaliah
"Telah dilakukan penelitian mengenai endoparasit pada sampel feses Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina di Kebun Binatang Taman Sari Bandung, pada bulan Desember 2010--Mei 2011. Penelitian bersifat non-eksperimental dan bertujuan untuk mengamati endoparasit pada sampel feses Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina ditinjau dari kehadiran endoparasit. Sebanyak 61 sampel feses telah diperiksa dengan 31 sampel feses Macaca fascicularis dan 30 sampel feses Macaca nemestrina. Sampel feses dianalisis menggunakan metode Pengapungan Sentrifugasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 31 sampel feses Macaca fascicularis, Ascaris lumbricoides merupakan endoparasit yang ditemukan dengan frekuensi kehadiran tertinggi yaitu 77,41%. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 30 sampel feses Macaca nemestrina, Trichuris trichiura merupakan endoparasit yang ditemukan dengan frekuensi kehadiran tertinggi.

This research was conducted to identify endoparasites on fecal samples of Macaca fascicularis and Macaca nemestrina at Taman Sari Zoo, on Bandung, since December 2010 until May 2011. The aim of this non experimental research was to observe the presence of endoparasite from fecal sample of Macaca fascicularis and Macaca nemestrina. There were 61 fecal samples observed in this research consist of 31 fecal samples collected from Macaca fascicularis and 30 fecal samples collected from Macaca nemestrina. Fecal samples were analyzed by flotation centrifuge methods. The result showed that 31 fecal samples from Macaca fascicularis had the highest frequency of Ascaris lumbricoide (77,41%), meanwhile 30 fecal samples from Macaca nemestrina showed that Trichuris trichiura found to be the highest frequency (76,6%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
14-22-92171641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elma Nur Fatimah
"Populasi global berang-berang cakar kecil telah menurun lebih dari 30% selama 3 dekade terakhir dan diperkirakan akan terus menurun. Pada tahun 2021, IUCN menyatakan bahwa status konservasi spesies ini telah diklasifikasikan sebagai “vulnerable” sejak tahun 2028. Perlu dilakukan salah satu langkah konservasi, seperti konservasi ex-situ di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku harian Aonyx cinereus, mengetahui ada atau tidaknya perilaku stereotip, kemudian menilai serta mengetahui tingkat kesejahteraannya berdasarkan 5 prinsip kesejahteraan satwa (five freedoms). Metode yang digunakan yaitu scan animal sampling dan ad libitum. Pengamatan dilakukan pada satu koloni terdiri dari tujuh ekor berang-berang cakar kecil. Tujuh ekor tersebut yaitu satu pasang induk jantan dan betina berikut ke lima anaknya berkelamin jantan. Durasi pengamatan selama enam jam per hari dengan 36 interval selama dua bulan (Januari—Februari 2024) di kandang peraga indoor berangberang cakar kecil, Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Hasil yang didapatkan yaitu teramatinya seluruh perilaku harian termasuk perilaku seksual dan perilaku stereotip yang terkadang muncul, seperti mengemis, mondar-mandir, melempar kepala ke belakang, dan gerakan memutar. Kategori perilaku harian dengan frekuensi tertinggi adalah perilaku individu (75,70%) dengan perilaku yang mendominasi istirahat atau resting (38,37%). Diikuti perilaku sosial (14,59%), dan perilaku stereotip (9,71%). Perilaku harian yang teramati dan hasil penilaian kesejahteraan satwa berdasarkan lima prinsip kesejahteraan satwa (five freedoms), menunjukkan bahwa Gembira Loka Zoo, Yogyakarta sangat baik sebagai salah satu konservasi ex-situ dalam capaian implementasi five freedoms pada pelaksanaan kesejahteraan satwa dengan total skor 81,5.

The global population of small-clawed otters has declined by more than 30% over the past three decades and projected to continue decreasing. In 2021, the IUCN stated that the conservation status of this species has been classified as vulnerable since 2008. Conservation measures, such as ex-situ conservation at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta, are necessary. This study aims to analyze the daily behavior of Aonyx cinereus, determine the presence of stereotypic behaviors, and assess their welfare based on the five principles of animal welfare. The methods used include scan sampling and ad libitum sampling. Observations were conducted on a colony consisting of seven small-clawed otters: an adult pair (one male and one female) and their five male offspring. Observations were carried out for six hours per day, with 36 intervals over two months (January–February 2024) in the small-clawed otter indoor exhibit enclosure at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. The results indicated that all daily behaviors were observed, including occasional stereotypic behaviors such as begging, pacing, twisting head back and forth, and circling. The category of daily behavior with the highest frequency was individual behavior (75.70%), with resting being the predominant behavior (38.37%), followed by social behavior (14.59%), and stereotypic behavior (9.71%). The observed daily behaviors and animal welfare assessment based on the five principles of animal welfare indicate that Gembira Loka Zoo, Yogyakarta, as an ex-situ conservation site, has excellently implemented the five freedoms of animal welfare with total score of 81.5."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Fatta Mazida
"Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) adalah salah satu spesies endemik dengan pola tutul yang menjadi identitasnya. Hewan soliter ini memiliki tingkat keterancaman kepunahan yang tinggi dengan status Endangered (En) menurut IUCN. Oleh karena itu, konservasi macan tutul jawa terutama di Indonesia sangat penting dilakukan baik secara in-situ maupun ex-situ untuk menyelamatkan populasinya. Salah satu upaya konservasi macan tutul jawa dapat dilakukan di lokasi konservasi ex-situ Gembira Loka Zoo yang terletak di Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis perilaku harian dan tingkat kesejahteraan populasi macan tutul jawa yang berlangsung selama 32 kali pengulangan dengan menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum. Subjek pada penelitian ini adalah empat individu macan tutul jawa yang terdiri dari dua individu jantan dan dua individu betina. Penelitian dilakukan pada periode Januari—Februari 2024 selama 8 pekan dengan total waktu 11.520 menit. Hasil dari penelitian menunjukkan keempat individu memiliki frekuensi perilaku harian dari tertinggi ke rendah adalah inactive (60,79%) > locomotion (15,46%) > feeding (7,42%) > grooming (7,13%) > individu (6,83%) > playing (2,69%) > stereotip (0,23%). Perilaku lainnya, seperti perilaku reproduksi juga teridentifikasi dikarenakan periode pengamatan bertepatan dengan dilakukannya pemasangan satu individu jantan dan satu individu betina di dalam kandang. Kesejahteraan macan tutul jawa terpenuhi dengan sangat baik sesuai prinsip Five Freedoms of Animal Welfare dengan hasil skor akhir adalah 80,32.

The Javan leopard (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) is an endemic species distinguished by its unique spotted pattern. This solitary animal faces a high risk of extinction, classified as Endangered (En) by the IUCN. Consequently, conservation efforts for the Javan leopard, particularly in Indonesia, are crucial to safeguard its population. One such conservation endeavor can be undertaken at the ex-situ conservation site of Gembira Loka Zoo, situated in Yogyakarta City. This study aims to analyze the daily behavior and welfare level of the Javan leopard population over 32 repetitions, employing focal animal sampling and ad libitum methods. The subjects of this study were four Javan leopards, comprising two males and two females. The research was conducted during the January—February 2024 period for 8 weeks, with a total observation time of 11,520 minutes. The findings indicate that the four individuals exhibited daily behaviors in the following order of frequency, from highest to lowest: inactive (60.79%) > locomotion (15.46%) > feeding (7.42%) > grooming (7.13%) > individual (6.83%) > playing (2.69%) > stereotypy (0.23%). Other behaviors, such as reproductive behaviors, were also identified due to the observation period coinciding with the pairing of one male and one female in the enclosure. The welfare of the Javan leopards was met very well according to the Five Freedoms of Animal Welfare principles, with a final score of 80,32."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Tryana
"Kucing bakau (Prionailurus viverrinus Bennett, 1833) merupakan satwa endemik dari Famili Felidae yang dilindungi oleh negara. Adanya perubahan fungsi lahan, perburuan liar, dan konflik dengan masyarakat menyebabkan penurunan jumlah kucing bakau yang memiliki status konservasi dalam kategori vulnerable. Gembira Loka Zoo merupakan salah satu lembaga konservasi ex situ yang melakukan pemeliharaan terhadap kucing bakau. Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku harian dan tingkat kesejahteraan kucing bakau di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku harian kucing bakau, baik dari perilaku umum maupun perilaku stereotip di dalam kandang peraga. Tingkat kesejahteraan kucing bakau juga dianalisis dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi prinsip lima kebebasan (Five Freedoms). Pengamatan kedua ekor kucing bakau dilakukan selama 180 jam atau 10.800 menit secara bergantian, dengan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah persentase perilaku kucing bakau dari yang tertinggi, yaitu perilaku inactive (68,77%), locomotion (13,82%), maintenance (8,81%), exploratory (5,29%), calm (2,10%), feeding (0,88%), out of sight (0,21%), dan vocalization (0,12%). Penilaian terhadap kesejahteraan kucing bakau mendapatkan skor sebesar 79,04 dari 100. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku harian kucing bakau di Gembira Loka Zoo didominasi oleh kegiatan resting dan tidak teramati adanya perilaku stereotip. Tingkat kesejahteraan kucing bakau termasuk dalam klasifikasi baik karena adanya penerapan dan pelaksanaan prinsip Five Freedoms of Animal Welfare dengan baik.

Fishing cat (Prionailurus viverrinus Bennett, 1833) is an endemic species from the Family Felidae that is protected by the state. Land use changes, illegal hunting, and human-wildlife conflict have led to a decline in the population of fishing cat, which are classified as vulnerable in conservation status. Gembira Loka Zoo is one of the ex situ conservation institution that maintains fishing cats. Research has been conducted on the daily behavior and welfare level of fishing cats at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. The study aimed to analyze the daily behavior of fishing cats, including both general and stereotypic behaviors within the exhibit enclosure. The welfare level of fishing cats was also assessed by identifying factors influencing the Five Freedoms principle. Observations of the two fishing cats were carried out alternately for a total of 180 hours, or 10,800 minutes, using focal animal sampling and ad libitum sampling methods. The research findings indicate the percentage of fishing cat behaviors as follows: highest inactive behavior (68.77%), locomotion (13.82%), maintenance (8.81%), exploratory (5.29%), calm (2.10%), feeding (0.88%), out of sight (0.21%), and vocalization (0.12%). The assessment of the fishing cats welfare scored 79.04 out of 100. The conclusion from this research is that the daily behavior of fishing cats is dominated by resting activities, and no stereotypic behaviors were observed. The welfare level of fishing cats is classified as good due to the effective implementation and execution of the Five Freedoms of Animal Welfare principles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amida Syafa`ati
"Perusakan habitat hutan, pengalihan fungsi hutan yang berlebihan serta penangkapan dan penjualan ilegal satwa liar membuat semakin banyaknya satwa di Indonesia yang terancam punah atau bahkan benar-benar punah. Edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian satwa liar rnemainkan peranan panting dalam pelestarian satwa liar. Pusat Primata Schmutzer yang merupakan pusat konservasi primata dengan tujuan perlindungan dan pelestarian primata Indonesia, juga berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih menghargai dan peduli pada keindahan satwa liar Indonesia.
Penelitian ini mencoba mengevaluasi program pemasaran sosial yang telah dilakukan Pusat Primata Schmutzer dalam menyampaikan informasi tentang satwa primata, memperkenalkan konsep keberadaan Pusat Primata Schmutzer yang lebih dari sekedar zoo tetapi lebih mengutamakan kesejahteraan serta konservasi satwa primata, serta upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pelestarian satwa primata. Outcome evaluation dengan mengukur peningkatan knowledge serta perubahan attitude dilakukan untuk menilai efektivitas program komunikasi Pusat Primata Schmutzer kepada pengunjung umum.
Melalui perbandingan hasil kuesioner dari sampel pengunjung umum untuk mengukur knowledge dan attitude sebelum dan sesudah berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer, penelitian ini menunjukkan bahwa program komunikasi yang dilakukan oleh Pusat Primata Schmutzcr mempunyai kontribusi dalam meningkatkan knowledge pengunjung dewasa maupun anak-anak. Peningkatan knowledge diharapkan akan mendorong perubahan sikap pengunjung Pusat Primata Schmutzer agar lebih menghargai pelestarian satwa primata bahkan lebih jauh diharapkan mendorong mereka untuk turut berperan serta dalam upaya konservasi satwa primata serta satwa liar lainnya.
Dari hasil penelitian ternyata tidak terjadi perubahan attitude yang signifikan pada responden pengunjung dewasa. Attitude mereka sebetulnya sudah cukup positif, mereka bisa menerima konsep kesejahteraan dan konservasi satwa serta edukasi bagi pengunjung yang menjadi perhatian utama Pusat Primata Schmutzer, termasuk juga menerima dengan baik peraturan yang diterapkan bagi pengunjung serta sikap yang positif terhadap upaya pelestarian satwa primata. Tetapi masih ada beberapa hal yang perlu upaya untuk lebih ditingkatkan serta sate attitude yaitu pemanfaatan satwa primata untuk atraksi hiburan yang ternyata masih negatif tidak seperti apa yang diharapkan.
Sementara itu untuk responden anak-anak, terjadi perubahan attitude setelah mereka berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer, tetapi terbatas hanya pada beberapa hal saja seperti sikap terhadap peraturan dan edukasi tentang satwa primata di Pusat Primata Schmutzer, serta sikap untuk menjadi bagian dari upaya penyelamatan alarm Tetapi masih terdapat beberapa attitude yang masih lemah dan perlu upaya agar lebih positif serta attitude terhadap pemanfaatan satwa primata untuk atraksi hiburan yang masih negatif.
PPS perlu mengupayakan perbaikan penyampaian inforinasi kepada pengunjung dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah, dengan melakukan perbaikan pesan di papan informasi atau perubikan inforrnasi di area binatang yang lebih fokus, sederhana, menarik, informatif sehingga mudah dimengerti oleh pengunjung dengan berbagai tingkat pendidikan. Selain itu diperlukan guidance untuk penyampaian informasi kepada anakanak yang dilakukan melalui program kunjungan sekolah. PPS sebaiknya juga lebih mempromosikan kegiatan seperti Kuliah Primata atau Program Sahabat Primata agar peningkatan knowledge pengunjung tidak hanya bersifat sementara.
Untuk mendorong perubahan attitude, PPS dapat menyampaikan pesan yang mengarahkan pada attitude yang spesifik, pesan yang cukup kuat dan lebih fokus untuk membawa perubahan attitude. Selain itu juga memberikan informasi yang menyampaikan akibat atau hasil yang dirasakan bila manusia melestarikan satwa primata. Alternatif yang lain adalah dengan animal show tetapi tanpa mengeksploitir satwa primata.
Pusat Primata Schmutzer perlu melakukan upaya yang terns menerus untuk mempengaruhi attitude bahkan diharapkan mampu mengubah behavior pengunjung terhadap pelestarian satwa primata. Kenyataan bahwa sebagian besar pengunjung datang ke Pusat Primata Schmutzer dengan tujuan berekreasi, sedikit dari mereka yang sengaja datang untuk mendapatkan informasi dan pesan tentang konservasi, maka menjadi tantangan bagi Pusat Primata Schmutzer untuk menyampaikan pesan kepada pengunjung yang dikemas dalam suasana hiburan dan rekreasi. Pemanfaatan berbagai media konwnikasi hendaknya dilakukan dengan lebih baik, dengan pesan yang lebih fokus, lebih menarik perhatian, pesan yang informatif bagi target adopter, sehingga mudah dipahami dan mampu mendorong perubahan sikap bahkan perilaku pengunjung PPS agar mereka lebih berperan dalam pelestarian satwa primata, bahkan diharapkan juga pelestarian satwa liar lainnya, serta pelestarian habitat mereka.

Destruction of forest habitat, conversion of forest function, hunting and illegal wildlife trade make more and more Indonesia's wildlife threatened with extinction or even totally disappeared. Education and public awareness can play an important role in conservation of wildlife. Schmutzer Primate Centre is a primate conservation center that aim to protect and conserve Indonesia's primate. Schmutzer Primate Center also would help to teach people to appreciate and care for the beautiful of Indonesia's wildlife.
This study aims to evaluate the effectiveness of Schmutzer Primate Centre social marketing program to give information to the visitor about primate, introducing the concept of Schmutzer Primate Centre which more than a zoo but give priority to animal welfare and conservation, and also strive to increase public awareness of primate conservation. Outcome evaluation to measure increase in knowledge and change in attitude conducted to assess the communication program effectiveness of Schmutzer Primate Centre.
Through comparing responses to questionnaires from pre- and post-visit samples, this study found that communication program has contribution in improving knowledge of adult visitors and children visitors. This increase in knowledge is expected encourage visitors to change their attitude to be more respectful of primate conservation and also expected encourage them to be the part of primate conservation and other wildlife conservation effort.
In relation to attitude change, no significant changes were found in the attitudes of post-visit adult respondents as a result of communication program in the centre. Respondents had positive attitudes toward animal welfare and wildlife conservation in Schmutzer Primate Centre; they can accept the rule for the visitor in the centre, and positive attitudes toward primate conservation. But there are some matters which need effort to improve and respondents also hold a negative attitude towards exploiting primate for entertainment.
This study found that attitude change did occur in children respondents as a result of communication program in Schmutzer Primate Centre, but limited to some matters. The program was effective in changing attitudes in post-visit children respondents relating to the rule for visitor in the centre, education about primate in the centre, and attitude towards the effort to save the environment. But the children also hold some negative attitudes and still need some efforts to change those attitudes, and one negative attitude towards exploiting primate for entertainment.
Schmutzer Primate Centre needs to improve delivering effective message to visitors with low education level. Messages that presented in information board or in animal area should be focused, simple, attractive, clear, so that is easy to understood by visitors in any level of education. Schmutzer Primate Centre should also provide guidance program to deliver information to the children that can be done is zoo visit of school group. It is also recommended that Schmutzer Primate Centre need to promote the activities like Kuliah Primata or Sahabat Primata Program.
Schmutzer Primate Centre needs to direct their interpretive messages toward changing specific attitudes. The messages should be strong and focused to bring about the desired changes in attitudes. In addition, it needs to give information about the impact if we save the primate. Other alternative is the use of animal show without exploit them can provide educational experiences to the visitors.
It is recommended that Schmutzer Primate Centre need to do a continuous effort to influence people's attitude and behavior toward primate conservation. People come to Schmutzer Primate Centre for recreation and few of them come to be educated or to get information about conservation. It is Schmutzer Primate Center?s challenge, then, to provide them with educational experiences that are founded in entertainment. Schmutzer Primate Centre should utilize various communication media to deliver educational message to the visitors so it can improve people's conservation knowledge, enhanced environmental attitudes, and become part of the movement to save our natural heritage.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library