Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Firlie Pratiwi
"ABSTRACT
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan. Indonesia termasuk dalam daerah dengan potensi bencana yang tinggi, sehingga perlu dilakukan proses penanggulangan bencana. Proses penanggulangan bencana terdiri dari tiga fase yakni fase pra bencana, fase tanggap darurat, dan fase pasca bencana. Pada penerapannya, terdapat fase tambahan atau fase transisi yang berada diantara fase tanggap darurat dan fase pasca bencana. Pada fase transisi inilah pemerintah dan Non-Government Organization NGO memberikan hunian sementara berupa transitional shelter. Transitional shelter adalah tempat penampungan yang layak huni, tertutup dan aman serta menggunakan material yang dapat digunakan kembali. Transitional shelter memiliki beberapa aspek yakni faktor yang mempengaruhi bentuk, prinsip, karakteristik pasca penggunaan, dan konstruksi. Pada penerapannya, transitional shelter pada bencana Gunung Merapi hanya menggunakan beberapa faktor pembentuk rumah dan hanya menggunakan tiga karakteristik pasca penggunaan. Meskipun demikian, konstruksi yang digunakan adalah tipe disassemble design dengan dua teknik lashings. Bila dipelajari lebih lanjut, transitional shelter dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat terdampak jika potensinya digunakan secara maksimal. Oleh karena itu diharapkan potensi yang dimiliki transitional shelter dapat dimaksimalkan dan penggunaannya tidak hanya terbatas pada bencana erupsi Gunung Merapi melainkan untuk bencana yang lain mengingat Indonesia memiliki potensi bencana yang tinggi.

ABSTRACT
Disaster is an event that occurs suddenly and produces harm to society and the environment. Indonesia is included in areas with high potential for disaster, so that disaster management needs to be done. The disaster management process consists of three phases pre disaster phase, emergency response phase, and post disaster phase. In its application, there is an additional phase or transition phase that lies between the emergency response phase and the post disaster phase. In this transition phase, the government and Non Government Organization NGO provide transitional shelters. Transitional shelters are shelter that is liveable, closed and safe and uses reusable materials. Transitional shelter has several aspects that is factors that affect form, principle, post use characteristics and construction. In its application, the transitional shelter at Mount Merapi disaster only uses several factors of house 39 s building formers and uses only three characteristics post use. However, the construction used is a disassemble design type with two lashings techniques. When studied further, transitional shelters can provide benefits to affected communities if its potential can maximally utilized. Therefore, it is expected that the potential of transitional shelters can be maximized and the transitional shelters uses is not limited to the eruption of Mount Merapi disaster but to other disasters since Indonesia has high potential for disaster."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Halida Ibrahim
"Peninjauan ini bertujuan untuk mempelajari faktor optik pada kaca pada laminasi yakni nilai-U, nilai SHGC, serta penambahan lapisan kaca pada kaca laminasi terhadap perubahan suhu dalam bangunan. Metode yang dilakukan adalah pengkajian literatur yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan observasi pada Bangunan FISIP yang terletak di Depok, sebagai salah satu contoh kasus bangunan yang terletak pada daerah beriklim tropis. Kemudian dilakukan simulasi untuk melihat perubahaan suhu ruangan dengan menggunakan jenis kaca laminasi dengan nilai optik yang berbeda. Dari hasil simulasi, ditemukan bahwa penggunaan teknologi tunggal pada kaca laminasi bening mampu menghasilkan suhu ruangan dengan rentang 30.2oC - 31.4 oC, sedangkan pada jenis kaca laminasi berwarna menghasilkan suhu dengan rentang 29 oC -30.2 oC. Pada penggunaan teknologi ganda terjadi penurunan suhu yang tinggi, dimana suhu tersebut berada pada rentang 27,1 oC - 28,5 oC. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknologi ganda mampu menciptakan performa termal yang baik pada bangunan. Tetapi, dari hasil pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, penggunaan teknologi ganda tidak boleh digunakan pada seluruh bidang pada bangunan tinggi di iklim tropis
The aim of this article was to observe and analyze factors that may affected optic glass including U-value, SHGC value, and additional layer application of laminated glass (double glazing technology) in building temperature changes. This article represents a synthesis of an extensive literature review then became a baseline to observe FISIP buildings, located in Depok, as one of the buildings sample for tropical climates. In addition, we also did the stimulation test to observe alteration in room temperature by using 2 types of laminated glasses with different optical values. We found that single glazing technology application on clear laminated glass adjusted room temperature from 30.2oC to 31.4 oC. Whereas single color laminated glass application, set the room temperature ranges between 29 oC to 30.2 oC. Interestingly, the application of double glazing reduced the indoor temperature between 27.1 oC to 28.5 oC. These results showed that the significance of thermal performance of buildings can be accomplished by application of double glazing technology. Nevertheless, double glazing technology were not suggested to apply in all of edge of tropical building design due to the high cost issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kurniasih
"ABSTRAK
Salah satu usaha untuk mendapatkan pencahayaan alami pada ruang pengembangan rumah sederhana, tidak bertingkat, berderet, saling bertolak belakang, dan tanpa bukaan samping serta luas lahan yang terbatas adalah dengan memanfaatkan pencahayaan alami melalui bukaan pada atap bangunan atau disebut juga dengan toplighting. Hal ini didasari atas pertimbangan atap merupakan komponen bangunan yang paling banyak menerima cahaya matahari. Namun usaha pemasukan cahaya matahari ke dalam bangunan melalui bukaan pada atap juga disertai dengan masuknya radiasi panas yang dapat mengganggu kenyamanan termal penghuni sehingga secara tidak langsung pencahayaan alami juga terkait dengan penghawaan/pengudaraan pada bangunan tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya suatu usaha pemasukkan cahaya alami berserta pengudaraan alami yang dapat mengurangi radiasi panas matahasi namun tetap memperoleh pencahayaan yang optimal, yaitu dengan penggunaan kombinasi toplighting (skylight) dan ventilasi atap berupa jendela atap.
Desain kombinasi toplighting (skylight) dan ventilasi pada bidang atap ruang pengembangan disimulasikan dengan orientasi bangunan Utara-Selatan dan Selatan-Utara baik yang menggunakan plafon datar maupun plafon miring. Ada dua tahap simulasi, tahap simulasi pencahayaan alami dan tahap simulasi pengkondisian udara pada ruang pengembangan.
Hasil analisis simulasi akan dibandingkan dengan hasil pengukuran kondisi eksisting. Kedua simulasi tersebut menggunakan software Ecotect v. 5.60 untuk mengetahui iluminansi rata-rata, distribusi cahaya, temperatur harian dan temperatur tahunan serta distribusi temperatur zona nyaman. Sedangkan untuk penggambaran denah bangunan dan lain-lain menggunakan perangkat lunak AutoCad 2007.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan iluminansi rata-rata ruang pengembangan dan penurunan temperatur ruang dari kondisi eksisting. Dengan penurunan temperatur dalam ruang diharapkan adanya suatu usaha perbaikan dalam memperoleh pencahayaan dan pengudaraan alami yang lebih efisien dalam penggunaan energi listrik.

ABSTRACT
One of many ways to get natural lighting in space development of simple houses that have no story, in-row, no side opening and lie in limited space is by using natural lighting through opening on building?s roof; commonly known as toplighting. This strategy is based on consideration that roof is a building component that receives the most sun radiation. But the effort to get sun light into the building through roof opening causes heat radiation getting into the building as well. Heat radiation could disturb thermal comfort of building user. This means that natural lighting is indirectly related to ventilation system in the building. Therefore it is necessary to make natural lighting that causes minimum heat radiation but still be able to gain optimum lighting. This can be achieved by combining skylight with roof ventilation that is roof window.
Combination design of skylight and roof ventilation is simulated by using building orientation of north-south and south-north, for buildings using either flat or tapered ceiling. There are two stages of simulations: simulation of natural lighting and simulation of air conditioning.
The result of simulation analysis would be compared with the result of existing measurement. Both simulations are using software Ecotect v. 5. 60 to find out even illumination, light distribution, daily temperature, annual temperature and comfort zone temperature distribution. For illustrating building plan etc software AutoCad 2007 is used.
The result of this research shows increase in space even illumination also increase and decrease of existing space condition. With the decrease of temperature inside space it is expected that this research would be able to become one effort to gain more efficient natural lighting and ventilation in using electricity."
2009
T26704
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Handy Wijaya
"Indonesia terletak di daerah di mana dibutuhkan banyak sambaran petir dibandingkan dengan negara lain. Stroke petir dapat menimbulkan berbagai kerugian seperti kebakaran, kerusakan bangunan, dan bahkan kematian. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak dari sambaran petir terutama untuk bangunan, diperlukan perangkat tambahan yang dapat menghindari sambaran petir pada bangunan. Dalam proses desain bangunan, penentuan posisi perangkat proteksi petir terutama untuk penangkal petir kurang diperhatikan. Ini bisa mengurangi tingkat perlindungan di bawah maksimum.
Dengan demikian, tesis ini akan membahas tentang mekanisme sambaran petir, metode yang tepat untuk memposisikan perangkat proteksi petir, dan persepsi arsitek dan pemilik tentang perangkat proteksi petir dalam aspek keselamatan dan estetika. Tesis ini mengambil Splow House, yang dirancang oleh Delution Architect sebagai studi kasus melalui pengambilan data primer.
Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat proteksi petir dari Splow House berada di kelas 3 dan dianggap kurang. Kurangnya perlindungan ini adalah hasil dari permintaan arsitek dan pemilik untuk tidak menempatkan perangkat proteksi petir di area bangunan bagian depan, yang akan merusak keindahan fasadnya. Berdasarkan analisis pengujian, dapat disimpulkan bahwa tingginya nilai estetika bangunan mampu mengurangi tingkat proteksi petir bangunan.

Indonesia is located in an area where lightning strikes are needed compared to other countries. Lightning strokes can cause various losses such as fire, damage to buildings, and even death. Therefore, to reduce the impact of lightning strikes especially for buildings, additional devices are needed that can avoid lightning strikes on buildings. In the process of building design, the determination of the position of the lightning protection device, especially for lightning protection is less attention. This can reduce the level of protection below the maximum.
Thus, this thesis will discuss the mechanism of lightning strikes, the right method to position the lightning protection device, and the perceptions of architects and owners about lightning protection devices in the safety and aesthetic aspects. This thesis takes Splow House, which was designed by Delution Architect as a case study through primary data collection.
The results show that the level of lightning protection from Splow House is in grade 3 and is considered to be lacking. This lack of protection is the result of requests by architects and owners not to place lightning protection devices in the front of the building area, which will damage the beauty of the facade. Based on testing analysis, it can be concluded that the high aesthetic value of the building is able to reduce the level of lightning protection of the building.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Budiantono Irfan
"Dalam dunia arsitektur, teknologi bangunan saat ini berkembang pesat. Demikian juga banyak ditemukan metode perancangan arsitektur yang membantu, bahkan mempermudah pekerjaan seorang arsitek. Di sisi lain, keragaman budaya dan sumber daya alam Indonesia menambah wawasan arsitek dalam kemampuan merancang. Sementara itu, seorang arsitek juga dituntut untuk dapat memiliki kemampuan dalam menghasilkan karya arsitektur yang berkelanjutan. Self-healing material hadir sebagai salah satu konsep teknologi material yang dapat dimanfaatkan dalam perancangan arsitektur sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia material pada konstruksi sebuah bangunan. Studi ini akan mempelajari konsep tersebut dan pengaruhnya dalam dunia arsitektur.

In the world of architecture, building technology is currently developing rapidly. Likewise, many architectural design methods are found that help and even facilitate the work of an architect. On the other hand, the diversity of Indonesia's culture and natural resources adds to the architect's insight in the ability to design. Meanwhile, an architect is also required to have the ability to produce sustainable architectural works. Self-healing material is present as one of the material technology concepts that can be utilized in architectural design so that it is expected to extend the life of the material in the construction of a building. This study will study the concept and its impact in the world of architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Evanindya
"Indera penciuman manusia dapat turut serta memperkaya pengalaman ruang seseorang khususnya secara emosional. Skripsi ini memaparkan perwujudan ruang arsitektur oleh aroma serta sejauh mana aroma mempengaruhi pengalaman ruang manusia. Hubungan aroma dengan manusia tergantung pada persepsi setiap individu, durasi kontak dengan aroma dan konsentrasi aroma dalam udara. Hubungan tersebut menentukan posisi aroma sebagai pull-in factor atau push-out factor bagi pengguna ruang.
Hasil analisis dari studi pustaka dan studi kasus menunjukkan bahwa aroma memiliki peran dan pengaruh yang berbeda-beda pada jenis-jenis ruang yang berbeda pula. Aroma yang hadir secara alami maupun yang dihadirkan secara sengaja akan memunculkan spatial awareness yang memberikan karakter dan rasa pada ruang masing-masing. Maka dari itu, aroma merupakan salah satu bentuk bahasa ruang yang dapat mengatur pengguna ruang serta mampu membangun sebuah identitas ruang yang mudah diingat. Aroma juga memiliki kemampuan untuk menciptakan dimensi-dimensi yang mendefinisikan batas-batas pembentuk ruang yang tidak kasat mata dapat mempengaruhi gerak dan perilaku manusia sebagai pengguna ruang.

The sense of smell enriches one?s experience of space emotionally eventhough the presence of scent in our everyday space has not been much noted and taken into consideration of architectural design. This paper tries to reveal scent?s ability of creating architectural space and to see scents capacity on influencing one?s experience of space. Human?s relationship with scent arise from the dependence on individual perception, duration of contact with scent and the scent?s concentration within the air, which determine the role of scent whether as a pull-in or a push-out factor.
The result of literature and case studies shows that scent has different roles and influences due to the diverse types of space. Scents naturally and artificially raise spatial awareness on different levels which brings character and mood into each space. Therefore, scent can be considered as a language of space that is capable of telling the user to act in certain ways and building easy-to-remember identities to certain places. As scent defines invisible space boundaries, it forms architectural space which would influence the movement and behavior of users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S729
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Mutiara
"Skripsi ini membahas pemanfaatan lahan pemukiman baru untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pemukiman sebagai dampak dari tingginya arus urbanisasi. Pembahasan mencakup perkembangan pemukiman pada lahan air di Indonesia dan dunia dalam lima studi kasus yang dibagi dengan tiga studi kasus berdasarkan kriteria perbandingan konsep struktur yang dikembangkan dan dua studi kasus untuk menggambarkan konsep pemukiman di masa depan. Penulisan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil pembahasan menyimpulkan tentang konsep pemukiman yang sesuai untuk dikembangkan di laut Indonesia dan manfaatnya.

The focus of this study is the use of the new settlement area to answer the population density problem in urbanization. The study includes the development of water-based settlement in the world and Indonesia in five case studies with three different criteria of building's structure concepts and two general concepts of water-based settlement in the future. This study use descriptive qualitative method. The result of this study is the description of the compatible concept to develop water-based settlement in Indonesia's marine."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1118
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Widyasrini
"Skripsi ini membahas bagaimana terbentuknya aktivitas ruang terbuka publik atau 'ruang peristiwa' pada koridor distro dan gerai makan di Jalan Tebet Utara Dalam, serta dampaknya terhadap aktivitas pengunjung di jalan tersebut. Skripsi ini merupakan studi kasus dengan pengamatan langsung pada Jalan Tebet Utara Dalam yang terbagi atas lima area pengamatan, dengan rentang waktu pengamatan antara jam 16.00 hingga jam 22.00.
Hasil pembahasan menyarankan perlu adanya ruang terencana dalam pembentukan ruang peristiwa yang baik, sehingga mampu mewadahi aktivitas di dalamnya serta tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya; pemilihan lokasi untuk ruang peristiwa sebaiknya terjadi pada ruang yang belum digunakan dan berpotensi; serta perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai berupa peraturan yang jelas bagi para pihak yang terlibat dengan terbentuknya ruang peristiwa.

The focus of this study is to analyze the formation of activities in public open space mentioned as 'happening space' within distribution outlet and food station corridor of Tebet Utara Dalam street, and the effect of the formation towards visitor activities in that place. This is a study of case that is done by doing an observation at Tebet Utara Dalam street which is divided into five areas with the stretches of time between 4 to 10 p.m..
The researcher suggests that a planned space is needed to form a good happening space so that it could provide a place for the activities and doesn't give bad effect to the environment; the selection of location for happening space should be in unused space and potential; and also it needs sufficient infrastructure, such as clear regulation for all persons who get in charge for the hapenning space formation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1149
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaimmudin Khairi
"Komunikasi memainkan peran penting dalam arsitektur untuk menyajikan ide arsitek kepada orang lain. Oleh karena itu arsitek menggunakan berbagai media seperti gambar dan model dalam mengkomunikasikan ide-idenya. Seiring dengan perkembangan teknologi, model virtual mulai mengambil peran maket dalam mengkomunikasikan ide tiga dimensi. Meskipun model virtual memiliki keuntungan dalam mewakili bangunan secara akurat, maket masih memiliki peran penting dalam komunikasi arsitektur karena hadir dalam realitas fisik.

Communication plays an important role in architecture in order to present an architect idea to others. Therefore architect uses many medias such as drawings and models in communicating his ideas. Along with technological developments, virtual models began to take maquette role in communicating three dimensional idea . Although virtual model has advantage in represent building accurately, maquette still has an important role in architectural communication because it present in physical reality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Meiyogo
"Video mapping merupakan sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan proyeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optis pada obyek-obyek. Obyek-obyek tersebut secara visual akan berubah dari bentuk aslinya menjadi bentuk baru yang berbeda dan sangat fantastis Keberadaannya sebagai salah satu fenomena Hiper-Realitas ternyata memberi pengaruh pada dunia Arsitektur dan Interior. Konsep Dekonstruksi yang terdapat di dalam Video Mapping membuatnya mampu merubah makna ruang walaupun secara visual. Karena kemampuannya dalam merubah makna ruang, membuat Video Mapping harus berhadapan dengan beberapa pertanyaan diantaranya sejauh manakah perubahan makna ruang itu dan konsekuensi logis apakah yang terjadi berkaitan dengan ruang dan waktu yang dihadapinya?

Video mapping is a technique that using light and projection which can make an optical illusion to the objects. Those objects visually changes from the original shapes to the difference and fantastic shapes. It's existence as Hiper-Reality phenomenon actually has given influence to the world of Architecture and Interior. The Concept of Deconstruction in Video Mapping give it's ability to change the defintion of space eventhough it is only as visual. Because of it's ability to change the space definition, Video Mapping has to be faced with a view question. How far the change of that space definition and what kind of logic consequence that will be related to space and time that has to be faced?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43285
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>