Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Zoraya Paskarini
"Sejak terbangunnya hubungan pendatang Cina di Nusantara dengan masyarakat setempat (sekitar tahun 206 SM-220M, saat zaman dinasti Han di Cina) hingga saat ini, sempat terjadi beberapa proses sejarah perubahan istilah penamaan etnik Cina. Dalam masyarakat dewasa ini juga masih terlihat adanya perbedaan pandangan mengenai istilah penyebut etnik Cina, baik yang bermakna peyoratif maupun yang tidak. Hal tersebut mempengaruhi masyarakat, baik yang berketurunan Cina maupun bukan, kaum tua maupun kaum mudanya, dalam memilih kata yang tepat untuk menyebut golongan Cina ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Skripsi ini secara etimologis mencari asal-usul dan memaparkan ragam beserta makna dari istilah penamaan etnik Cina di Indonesia untuk kemudian dianalisis pengenalan dan penggunaannya dalam lingkungan kaum muda Indonesia yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Dari hasil analisis lapangan dapat terlihat pandangan dan kecenderungan kaum muda dalam menggunakan istilah-istilah tersebut di masa kini. Metode yang dipakai dalam menyusun penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan di bidang linguistik dan sosial dan penelitian lapangan dengan melakukan survei dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Di akhir penelitian terlihat bahwa kaum muda Jakarta cenderung menggunakan istilah berbahasa Inggris (china dan chinese) yang dianggap lebih netral dibandingkan dengan istilah dari sumber bahasa lainnya. Hasil survei juga menunjukkan adanya variasi bahasa yang dibuktikan oleh penyesuaian penggunaan istilah dengan lingkungan tempat berinteraksi kaum muda Jakarta. Contohnya, jika berada di lingkungan formal (pendidikan dan pekerjaan) kaum muda cenderung menggunakan istilah yang dianggap netral (biasanya berbentuk bahasa Inggris, seperti china dan chinese), dan ketika berada di lingkungan non-formal (keluarga dan pergaulan sosial yang akrab) cenderung memakai istilah yang lazim dikenal dan dipakai lingkungan tersebut, seperti cina dan cokin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13090
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Puti Bulan
"Skripsi ini membahas judul berita pada halaman pertama harian Renmin Ribao khususnya 大标题dàbiāotí 'judul besar' dan主题zhǔtí ?judul utama?dari aspek linguistis dan nonlinguistis. Analisis aspek linguistis dilakukan secara sintaktis yang dilandasi oleh fakta bahwa judul berita adalah kalimat. Analisis nonlinguistis dilakukan dengan metode mengamati dan mencatat penampilan fisik judul berita yang harus mampu menarik perhatian pembaca. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa kaidah dalam penulisan judul berita yang muncul secara teratur, seperti pola kalimat seringkali SPO, seringkali kalimat aktif, kalimat verbal, kalimat tunggal, kalimat deklaratif, kalimat lengkap, ditulis secara horizontal, rata tengah atau kiri, berita yang sangat berwarna merah dan kaidah tersebut tidak melanggar tata bahasa baku bahasa Mandarin.

The focus of this study is an analysis of headlines on first page of People?s Daily especially大标题dàbiāotí 'big title' dan主题zhǔtí ?main title? from two aspects, linguistic and nonlinguistic. In linguistic aspect, headlines are analyzed by using syntactical function method based on fact that headlines are sentences. In nonlinguistic aspect, headlines are analyzed by inspecting and taking note method based on statement which state that headlines have to be attractive. Result has showed that there are some forms in writing headlines, and those that forms do not neglect the grammar of Mandarin language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12975
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Atikah Immaduddin
"Penelitian ini membahas pembentukan karakter kata tiruan bunyi (Onomatope) binatang dalam Bahasa Mandarin. Karakter Han dalam Bahasa Mandarin memiliki prinsip pembentukan yang unik. Salah satunya adalah prinsip pembentukan karakter ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng yang digunakan untuk menganalisis data. Selain itu terdapat data-data onomatope binatang yang berbeda untuk binatang yang sama.
Hasil penelitian dari 36 data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar karakter kata tiruan bunyi (Onomatope) binatang dalam Bahasa Mandarin terbentuk dengan prinsip pembentukan karakter ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng. Hasil penelitian juga menunjukkan onomatope yang berbeda untuk binatang yang sama ternyata mewakili bunyi yang berbeda pula, yang diwakili oleh perbedaan kombinasi fonem pembentuknya.

This study discusses the formation of the characters sound imitative words (Onomatope) animals in Mandarin. Han Characters in Mandarin have a unique principle formation. One is the characters formation principle ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng which is used to analyze the data. In addition there are some data of different onomatope for the same animal.
Results from 36 data have shown that most of the characters sound imitative words (Onomatope) animals in Mandarin is being formed by the characters forming principle of ÐÎÉùx¨ªngsh¨¥ng. Research also point out that different onomatope that represent the same animals has different sound too, the difference represented by the combination of phoneme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12998
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sulistyowati
"Skripsi ini membahas proses, pola, dan makna reduplikasi morfemis Bahasa Mandarin. Dari hasil penelitian ditemukan tiga proses reduplikasi morfemis Bahasa Mandarin, yaitu proses reduplikasi leksem tunggal, reduplikasi berinfiks, dan reduplikasi gabungan leksem. Lima pola reduplikasi morfemis Bahasa Mandarin, yaitu AA, A yî A, ABB, AABB, dan ABAB. Lima makna reduplikasi morfemis Bahasa Mandarin, yaitu menyatakan sangat atau menekankan, tidak serius, jamak, proses, dan setiap.
This thesis analyzes the process, pattern, and meaning of morphemic reduplication in Mandarin. Research shows that the process of morphemic reduplication in Mandarin are divided into three process, which are the reduplication of simple lexeme, reduplication with infix, and reduplication of composite lexeme. Five patterns of morphemic reduplication in Mandarin are AA, A yî A, ABB, AABB, and ABAB. Five meanings of morphemic reduplication in Mandarin are to show intensity or to emphasize, to show non-seriousness, to show plurality, to show process, and to show or point out each/every."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12862
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febe Belandina
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentzia Sandra
"Bahasa menggunakan alat ucap manusia untuk dapat menghasilkan bunyi ujaran. Selain bunyi
ujaran ada juga tiruan bunyi yang digunakan dalam bahasa. Tiruan bunyi ini dinamakan simbol
bunyi (sound symbolism). Simbol bunyi merupakan lambang bunyi yang diyakini memiliki
makna. Pemaknaan simbol bunyi dapat dilihat dari bunyi vokalnya yang menentukan nyaring
lemahnya bunyi, panjang pendeknya bunyi dan cepat lambatnya bunyi. Dari sini baru diketahui
persepsi bunyi yang dicerap oleh orang Indonesia dan orang Cina sama atau berbeda. Sumber
data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah komik webtoon Kosan 95! dari
episode 1-7. Komik ini telah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Mandarin termasuk simbol
bunyinya. Ternyata pengalihan bunyi dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Mandarin menunjukkan
bunyi yang dicerap oleh orang Indonesia berbeda dengan orang Cina. Untuk mengetahui hal
tersebut dilakukan pemaknaan bunyi berdasarkan teori segitiga semantik dari Ogden dan
Richards (1922), teori simbol bunyi dari Abelin (1999) dan bagan vokal Bahasa Indonesia
maupun Bahasa Mandarin. Metode yang dipakai untuk mengetahui hal di atas adalah melihat
kesejajaran antara penanda dan petanda dengan mengacu pada aspek jenis-jenis bunyi vokal.
Hasil penelitian ini dideskripsikan secara kualitatif. Sehingga diperoleh perbedaan pemaknaan
bunyi bagi orang Indonesia dan orang Cina."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agustini
"Bahasa Mandarin merupakan nama yang dikenal luas di dunia internasional yang ditujukan kepada bahasa nasional Republik Rakyat Cina (RRC). Mandarin adalah istilah yang lazim di dunia Barat, berasal dari kata mandarim dalam Bahasa Portugis. Istilah ini berasal dari kata mantri dalam Bahasa Melayu yang berarti 'menteri'. Kata mantri berasal dari Bahasa Sanskerta mantrin yang berarti 'penasihat'. Kata Mandarin merupakan terjemahan dari Guanhua yang berarti 'bahasa pejabat'.
Pada mulanya istilah itu digunakan untuk menunjuk bahasa para pejabat pemerintah di ibu kota Beijing. Dalam perkembangan selanjutnya, Bahasa Mandarin memakai dialek dari Baifang Fangyan 'Bahasa Daerah Utara' atau 'Bahasa Utara' sebagai lafal bakunya, sehingga Bahasa Utara inilah yang disebut Bahasa Mandarin (Kamus Mandarin Indonesia 1997: xlv). Di RRC Bahasa Mandarin dikenal dengan istilah Putonghua'Bahasa Umum'.
Peresmian nama ini dilakukan pada Konferensi Teknis Tentang Pembakuan Bahasa Nasional bulan November 1955. Bahasa yang sudah dibakukan ini menggunakan lafal dialek Beijing Beijing hua ) sebagai lafal baku, tata bahasa dari bahasa daerah Cina Utara (Beijing fangyan) sebagai tata bahasa baku, dan kosa kata modern dari kesusaateraan Cina sebagai kosa kata baku.
Pada awal tahun 1950-an Taiwan juga mengadopsi kebijakan untuk menyeragamkan bahasa berdasarkan dialek Beijing. Bahasa yang telah diseragamkan ini dikenal dengan istilah Guoyu 'Bahasa Nasional'. Baik RRC maupun Taiwan menggunakan istilah yang berbeda untuk menyebut bahasa nasionalnya, tetapi pada dasarnya kedua istilah merujuk pada bahasa yang sama, yaitu Bahasa Mandarin (Li & Thompson 1981:1)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uti Aryanti
"Kehadiran konstituen negatif sebagai alat untuk menyangkal sesuatu dalam suatu kalimat mengubah makna kalimat semula, yaitu kalimat yang tidak mengandung makna penyangkalan atau pengingkaran. Perubahan makna itu dapat berarti pembatalan, penolakan atau peniadaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irzanova, Alicia
"Kalimat merupakan salah satu satuan sintaksis. Kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkai sesuka hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. lni berarti untuk memahami suatu ujaran atau menghasilkan ujaran yang dapat dipahami lawan bicara, orang tidak saja memperhatikan kata-kata beserta maknanya, melainkan juga makna gramatikal rangkaian kata-kata. Salah satu yang menentukan makna gramatikal adalah bentuk kalimat. Bahasa pada umumnya memiliki dua bentuk kalimat, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Setiap bahasa memiliki perubahan yang khas yang terjadi pada transformasi kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dalam skripsi ini yang akan dibicarakan adalah kalimat pasif dalam Bahasa Mandarin. Skripsi ini juga membicarakan dan memberi informasi baru mengenai kalimat yang dalam beberapa buku tata bahasa Mandarin disebut sebagai kalimat pasif makna. Skripsi ini terdiri dari lima puluh empat halaman isi dan sepuluh halaman lampiran data"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>