Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katherina
"Berat badan merupakan salah satu komponen antropometri yang paling banyak digunakan untuk menentukan preskripsi diet dan preskripsi obat pasien. Namun terkadang pengukuran berat badan tidak dapat dilakukan secara langsung, seperti pada individu penyandang disabilitas dan kesadaran lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus yang sederhana dalam memprediksi berat badan pada dewasa di Jakarta Selatan. Pengukuran berat badan BB , lingkar lengan atas LiLA dan tinggi lutut TL dilakukan pada 164 orang sampel dewasa 20 ndash; 59 tahun di Jakarta Selatan pada bulan Mei 2017. Model prediksi berat badan akhir yang diperoleh menggunakan analisis regresi linear ganda adalah: Berat Badan estimasi kg = 2,8 LiLA 1,2 TL ndash; 1,25 Z ndash; 75,1 R-square 0,841; p-value < 0,001 , dengan nilai Z = 1 untuk perempuan dan 2 untuk laki-laki. Persamaan dari penelitian ini mampu memprediksi berat badan dan dapat digunakan pada dewasa di Jakarta Selatan.

Body weight is one of the most common anthropometric component to determine prescription for diet and drugs. However, this way prove to be a challenge for individuals who are unconscious and or have disabilities. The present study aims to derive a simple equation to estimate the body weight of adults in South Jakarta. Measurements of Body Weight BW , the Middle Upper Arm Circumference MUAC , and the Knee Height KH were done in 164 adults in the respective city in May 2017. The resulting equation, which is derived by multiple linear regression, is BW 2.8 MUAC 1.2 KH ndash 1.25 Z ndash 75.1 R square 0,841 p value 0,001 , with Z value of 1 for female and 2 for male. The equation is able to approximate the body weight of adults in South Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Nurul Aini
"ABSTRAK
Validitas dan reliabilitas semiquantitative FFQ dalam mengukur asupan kalsium masih banyak menjadi perdebatan karena tidak melakukan pengukuran kuantitatif secara langsung. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran asupan kalsium menggunakan semiqauntitative FFQ dengan golden standard food weighing. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2018 pada 54 Mahasiswa Gizi Universitas Indonesia yang dipilih dengan simple ramdom sampling. Validitas semiquantitative FFQ dalam mengukur kalsium dibandingkan dengan food weighing yang dilakukan selama dua hari, dan reliabilitas ditentukan dengan membandingkan asupan kalsium dua kali pengukuran menggunakan semiquantitative FFQ. Median asupan kalsium mahasiswa gizi Universits Indonesia berdasarkan semiquantitative FFQ median SD adalah 537 407,5 mg/hari. Sedangkan median asupan kalsium dari dua hari food weighing adalah 569 375,6 mg/hari. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan kalsium dari kedua metode P>0,05. koefisien korelasi asupan kalsium kedua metode sebesar r=0,42 dengan korelasi yang signifikan P=0,001. Analisis surrogate category menunjukan bahwa semiquantitative FFQ dapat membedakan asupan kalsium pada berbagai tingkat kuartil asupan ANOVA, P80 mulai dari cutoff asupan 800mg/hari. Namun spesifisitas dan negative predictive value tetap

ABSTRACT
Validity and reliability of semiquantitative FFQ still in debate because it is not directly measure the quantitative amount of food consume. This study was aim to evaluated the validity and reliability semiquantitative FFQ in measuring calcium intake compare with food weighing as golden standard. This study was cross sectional study conducted in April until Mei 2018 to 54 female Nutrition student of Universitas Indonesia mean aged 21 years old selected by simple random sampling. Reproducibility was tested by the difference between calcium intakes from the semiquantitative FFQ completed twice. While respondent reported 2 days food weighing to got the true usual calcium intake to compared with semiquantitative FFQ. Median calcium intake responden based on semiquantitatvie FFQ was Mean SD 537 407,5 mg day. While median calcium intake from 2 days food weighing was 569 375,6 mg day. There was no statictical different of calcium intake between two method. Coeficient correlation between two method was r 0,42 with significant correlation among them p 0,001. FFQ could discriminate calcium intake into some different level of intake ANOVA, P80 using cutoff calcium start from 800 mg day. But the specificity and negative predictive value could not reach that value in all the cutoff used 700,800,1000,1100 mg day. There was a significant diference between calcium intake between first and second administration of semiquantiative FFQ."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Anita Khairani
"Otot merupakan fungsi dari aktivitas sehari-hari. Seiring bertambahnya usia, perubahan organ tubuh menyebabkan penurunan massa otot yang berakibat pada individu lanjut usia mengalami penurunan kekuatan tubuh sehingga mobilitasnya berkurang, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kesulitan menjaga keseimbangan tubuh, meningkatkan resiko seseorang mengidap penyakit. orang lanjut usia mudah jatuh dan mengalami patah tulang. Namun demikian tidak semua metode pengukuran massa otot apendikuler praktis dan murah sehingga diperlukan metode lain yang dapat mengukur massa otot apendikuler dengan biaya yang sederhana, praktis, dan murah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model prediksi massa otot apendikuler berdasarkan lingkar tengah paha, lingkar betis dan lingkar lengan atas sebagai alternatif pengukuran massa otot pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 101 individu berusia ≥60 tahun (37 laki-laki dan 64 perempuan) di Desa Kadumanggu. Model prediksi yang dihasilkan adalah Massa Otot Apendikuler (kg) = (64.171 x Tinggi Badan (m)) + (1.710 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0.109 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + 0.178 x Lingkar Betis (cm)) + (0,033 x Lingkar Paha Tengah (cm)) - (0,535 x Berat Badan (kg)) - (0,065 x Usia (tahun)) - 98,098 untuk pria lanjut usia (R2 = 0,710; LIHAT = 1, 43 kg ; p <0,05) dan Massa Otot Apendikular (kg) = (8,987 x Tinggi Badan (m)) - (0,170 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0,117 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + (0,121 x Lingkar Betis (cm)) - (0,025 x Lingkar Paha Tengah (cm)) + (0,160 x Berat Badan (kg)) - (0,059 x Usia (tahun)) - 6,491 untuk wanita (R2 = 0,700; LIHAT = 1,23 kg; p <0,05). Model prediksi ini menunjukkan bahwa berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, umur, lingkar tengah paha, lingkar betis, dan lingkar lengan atas memiliki hubungan yang signifikan dengan massa otot apendikuler.

Muscle is a function of daily activities. With age, changes in body organs cause a decrease in muscle mass which results in elderly individuals experiencing a decrease in body strength so that their mobility is reduced, difficulty in carrying out daily activities, difficulty maintaining body balance, increasing a person's risk of suffering from disease. elderly people fall easily and have broken bones. However, not all methods of measuring appendicular muscle mass are practical and inexpensive so that another method is needed that can measure appendicular muscle mass at a cost that is simple, practical, and inexpensive. The purpose of this study was to obtain a predictive model for appendicular muscle mass based on mid-thigh circumference, calf circumference and upper arm circumference as an alternative to measuring muscle mass in the elderly. This study used a cross-sectional study design with a total sample of 101 individuals aged ≥60 years (37 males and 64 females) in Kadumanggu Village. The resulting prediction model is Appendicular Muscle Mass (kg) = (64,171 x Body Height (m)) + (1,710 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.109 x Upper Arm Circumference (cm)) + 0.178 x Calf Circumference (cm)) + (0.033 x Mid Thigh Circumference (cm)) - (0.535 x Body Weight (kg)) - (0.065 x Age (years)) - 98.098 for elderly men (R2 = 0.710; VIEW = 1.43 kg; p <0.05) and Appendicular Muscle Mass (kg) = (8.987 x Body Height (m)) - (0.170 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.117 x Upper Arm Circumference (cm)) + (0.121 x Calf Circumference (cm)) - (0.025 x Mid Thigh Circumference (cm)) + (0.160 x Body Weight (kg)) - (0.059 x Age (years)) - 6.491 for women (R2 = 0.700; VIEW = 1.23 kg; p <0.05). This predictive model shows that body weight, height, body mass index, age, mid-thigh circumference, calf circumference, and upper arm circumference have a significant relationship with appendicular muscle mass."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taqwallah
"ABSTRAK
Dengan gizi yang memadai akan terwujud somber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997 diperhitungkan akan menimbulkan dampak buruk terhadap perubahan status gizi masyarakat terutama keluarga miskin dan salah satu kelompok rentannya adalah anak usia 12-23 bulan menjadi kurang energi protein. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) melalui Program Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang salah satu kelompok sasaran anak usia 12 - 23 bulan.
Penelitian ini untuk mempelajari perubahan status gizi anak usia 12-23 bulan yang mendapat PMT-P JPS-BK dalam rangka mengatasi dampak krisis ekonomi pada keluarga miskin yang sampai saat ini belum ada data evaluasi tentang pengaruh status gizi anak dari program tersebut. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samalanga Kabupaten Aceh Utara menggunakan data primer yaitu penimbangan berat badan dan umur anak.
Disain penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental, status gizi dilihat sebelum intervensi, selama intervensi dan satu bulan setelah intervensi. Selain faktor pemberian PMT-P juga diteliti faktor lain yaitu faktor umur dan pendidikan ibu serta jenis kelamin anak. Sebagai unit analisis adalah sebanyak 227 orang anak yang dipantau selama lima kali penimbangan rutin.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Puskesmas Kecamatan Samalanga setelah dilakukan intervensi PMT-P JPS-BK terjadi penurunan KEP dari 114 menjadi 84 (penurunan 26,3%) setelah tiga bulan intervensi, perubahan tersebut secara statistik bermakna. Faktor jenis kelamin anak mempengaruhi perubahan status gizi.
Penelitian ini menyarankan program PMT-P untuk anak usia 12-23 bulan pada keluarga miskin dalam keadaan krisis ekonomi dapat dilanjutkan dengan inempertimbangkan hasil penelitian tersebut dengan meningkatkan jumlah waktu intervensi (12 bulan).

ABSTRACT
The human resources will be healthy, brilliant, active and productive, if they get enough/good nutrition. The economic crisis started since the middle of July 1997 has been bringing bad impact on the community nutrition status, especially the poor families. One of the high risk groups is the children 12-23 months of age. They are suffering from the calory protein malnutrition. To solve the problem, the government carried out the supplementary food service though the Health Sector Social Safety Net Program with its target was the children 12-23 months of age.
The study is aimed at looking through the change of nutrition status of the children 12-23 months of age occurred after getting supplementary food service from the Social Protection Sector Development Programme on health. The objective of the program is to solve the problem as the impact of the economic crisis especially on the poor families. Unfortuuately, now the data on the nutrition status as the impact of the program are not available. The study was done by using the weight for age of children primary data in the impact area of Puskesmas of Samalanga sub-district, North Aceh.
The approach applied in this study is an experimental-quasi. The study was done by monitoring the nutrition status of the children 12-23 months of age. The monitoring was done before, during and after one month weighing activities. In addition to the supplementary food giving factor, the factor of age and education of the mothers and as well as the sex of the children were also studied in this resource. Included into this study analysis was 227 children which were monitored during the reguler weighing activities for five times.
The study concluded the calory-protein malnutrition children decreased from 114 to 84 (decreased 26,3%) after three months the supplementary food of the Social Protection Sector Development Programme on health implemented at the Puskesmas of Samalanga subdistried, the change is statistically significant. The sex of the children influenced the change of the nutrition status.
Based on the study, it is suggested that the supplementary food intervention program for the children 12-23 months of age of the poor families has to be continued during the economic crisis since the study indicated that the program cauded increase times of intervention (12 months).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia
"Tujuan dari studi potong lintang ini adalah untuk membandingkan konsumsi pangan wanita usia reproduktif (19-49 tahun) yang gemuk dan normal di daerah Kebon Melati, Mangga Dua Selatan dan Pegangsaan yang termasuk daerah kumuh di Jakarta Pusat. Asupan energi total, karbohidrat dan protein jumlahnya lebih tinggi secara signifikan pada wanita yang gemuk sedangkan pada asupan protein dan densitas energi tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Selain itu ditemukan juga dua pola pangan yang secara subyektif diberi nama: pola "lebih sehat" dan pola "kurang sehat". Namun demikian tidak dapat disimpulkan mana di antara kedua pola tersebut yang menjadi pola konsumsi pada wanita yang gemuk dan normal karena tidak ditemukan hubungan antara antara pola konsumsi pangan dengan status kegemukan. Dalam studi ini juga ditemukan bahwa hubungan antara asupan energi dan status kegemukan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu lainnya.

The objective of this cross sectional study was to compare food consumption among obese and normal women of reproductive age (19-49 years) in Kebon Melati, Mangga Dua Selatan and Pegangsaan as representative of urban slum areas in Central Jakarta. Energy, carbohydrate and fat intakes in obese women were significantly higher, while protein intake and energy density were not statistically significant. Two dietary patterns were also found, subjectively named: the "more healthy" pattern and the "less healthy" pattern, but it cannot be concluded which of the dietary patterns characterized the diets of obese and normal women since there was no significant association between the dietary patterns and obesity status. This study also found that association of energy intake and obesity was not influenced by other factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septriana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas dari FPA1 sebagai alat ukur
estimasi porsi di antara wanita usia subur (WUS)2 dan bayi usia 6-11 bulan.
Asupan makanan dari WUS dan bayi usia 6-11 bulan ditimbang menggunakan
metode WFR3, dan 24 hour food recall dengan bantuan FPA1 dan food model 3-
dimensi pada responden yang sama pada hari berikutnya. FPA1 mencakup 86.24%
dari semua makanan yang ditimbang. uji statistik Wilcoxon’s signed-rank
menunjukkan bahwa estimasi ukuran porsi menggunakan FPA1 pada sebagian
besar jenis makanan tidak berbeda secara statistik dengan berat porsi yang
sebenarnya metode WFR3 dibandingkan dengan estimasi porsi dengan bantuan
food model 3-dimensi.

ABSTRACT
This study aimed to assess the validity of FPA1 as tools of portion size estimation
among WRA2 and infants aged 6-11 months. Food intake of WRA2 and infants
age 6 – 11 months were weighed using WFR3, and then 24 hour food recall using
FPA1 and three dimension food models conducted in the same respondents on the
day after. FPA1 covered 86.24% of all weighed food items. Wilcoxon’s signedrank
test on the most of food items showed that estimated portion size using FPA1
were statistically similar with the actual portion size using WFR3 compared to
estimated using food model."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maisaroh
"Penelitian ini merupakan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Responden penelitian adalah seluruh ibu yang pernah melahirkan selama kurun waktu lima tahun sebelum survei dilakukan, pada kehamilan atau persalinan terakhir. Jumlah sampel 13.587 terdiri dari 1.100 ibu dengan kehamilan tidak diinginkan (terpapar) dan 12.487 ibu dengan kehamilan diinginkan (tidak terpapar).
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadap kejadian BBLR setelah mengendalikan berbagai faktor lain. Hasil penelitian menunjukkan, pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadap kejadian BBLR berbeda menurut status ekonomi responden.
Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan dan status ekonomi tinggi berisiko melahirkan BBLR 1,539 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan. Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan dan status ekonomi rendah berisiko 0,658 kali lebih kecil untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi tinggi.
Ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi rendah berisiko melahirkan BBLR 0,427 kali lebih kecil dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"ABSTRAK
Pengukuran tinggi badan merupakan salah satu pengukuran dimensi tubuh yang penting untuk memantau status kesehatan. Metode pengukuran antropometri pengganti dibutuhkan ketika tinggi badan aktual tidak dapat dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk mengembangkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki dengan menggunakan persamaan regresi linier. Sebanyak 47 anak laki-laki, dan 44 anak perempuan tanpa disabilitas yang berasal dari SDIT X di Depok dilibatkan dalam penelitian ini selama bulan April-Mei 2017. Karakteristik antropometri yang diukur adalah tinggi badan, usia, panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan dan korelasi yang yang kuat antara tinggi badan dengan panjang ulna kanan laki-laki r= 0.849, perempuan r= 0.880 , panjang ulna kiri laki-laki r= 0.857, perempuan r= 0.880 , panjang telapak tangan kanan laki-laki r= 0.831, perempuan r= 0.842 , panjang telapak tangan kiri laki-laki r= 0.843, perempuan r= 0.851 , panjang telapak kaki kanan laki-laki r= 0.838, perempuan r= 0.900 , panjang telapak kaki kiri laki-laki r= 0.8443, perempuan r= 0.902 . Penelitian ini menghasilkan persamaan regresi linier ganda untuk memprediksi tinggi badan. Panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki merupakan prediktor yang baik dalam memprediksi tinggi badan anak usia 6-9 tahun R2 ulna kanan= 0.796, R2 ulna kiri= 0.800, R2 telapak tangan kanan= 0.761, R2 telapak tangan kiri= 0.772, dan R2 telapak kaki kiri= 0.820 . Model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki kiri memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan prediktor lainnya.

ABSTRACT
Height measurement is fundamental to assessing growth and nutrition. The surrogate measurement method is needed when actual height can not be obtained directly. The design of this study was cross sectional which purposed to develop prediction models based on ulna length, hand length, and foot length. Males and females aged 6 to 9 years without disability were recruited from Private Elementary School in Depok on April until May 2017. The anthropometric characteristics of their height, age, ulna length, hand length, and foot length were measured. Height was measured with a stadiometer, ulna, hand, and foot length were measured with caliper. The result of this study showed significant differences and strong correlation between stature and right ulna length boys r 0.849, girls r 0.880 , left ulna length boys r 0.857, girls r 0.880 , right hand length boys r 0.831, girls r 0.842 , left hand length boys r 0.843, girls r 0.851 , right foot length boys r 0.838, girls r 0.900 , left foot length boys r 0.8443, girls r 0.902 . The study derived a multiple linear regression equation for predicting height. Ulna length, hand length, and foot length are good predictor for estimating height in children aged 6 9 years right ulna R2 0.796, left ulna R2 0.800, right hand R2 0.761, left hand R2 0.772, dan left foot R2 0.820 . Prediction model based on left foot more accurate in estimating height than other predictors."
2017
S67963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Subhania
"Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran antropometri yang penting, salah satunya untuk mengetahui status gizi individu. Ketika pengukuran tinggi badan secara berdiri tidak dapat dilakukan seperti pada pasien di rumah sakit dan individu dengan kondisi tertentu disabilitas , maka dibutuhkan pengukuran antropometri pengganti agar hasil yang diperoleh akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna, panjang telapak kaki dan tinggi lutut pada kelompok usia dewasa muda. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indoesia berusia 21 ndash; 30 tahun, sebanyak 58 orang laki-laki dan 78 orang perempuan. Desain studi pada penelitian ini menggunakan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara tinggi badan dengan panjang ulna kiri laki-laki r=0.853, perempuan r=0.76 , panjang ulna kanan laki-laki r=0.865, perempuan r=0.726 , panjang telapak kaki kiri laki-laki r=0.799, perempuan r=0.708 , panjang telapak kaki kanan laki-laki r=0.791, perempuan r=0.862 , tinggi lutut kiri laki-laki r=0.862, perempuan r=0.841 , tinggi lutut kanan laki-laki r=0.87, perempuan r=0.833 . Panjang ulna, panjang telapak kaki dan tinggi lutut merupakan prediktor tingi badan yang baik karena memiliki korelasi yang kuat pada laki-laki dan perempuan serta mudah dalam melakukan pengukuran.

Height is one of the important anthropometry measurements to determine nutritional status. When the measurement of height is difficult to conduct especially on patient in hospital or individual with disabilites, an alternative measurement is needed to define an accurate height. The purpose of this study was to develop a prediction model of height based on ulna length, foot length and knee height for young adults. A cross sectional design study was used in this study. Participants were 58 men and 78 women aged 21 30 years who were currently studying at Faculty of Public Health Universitas Indonesia.
Strong correlations were found between height and left ulna length men r 0.853, women r 0.76, height and right ulna length men r 0.865, women r 0.726, height and left foot lenght men r 0.799, women r 0.708, height and right foot length men r 0.791, women r 0.862, height and left knee height men r 0.862, women r 0.841 , height and right knee height men r 0.87, women r 0.833 . Ulna length, foot length and knee height are good predictors of height because they have strong correlations either for men or women and also they can be measured easily.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwaratu Syafira
"Indeks Massa Tubuh IMT memiliki banyak manfaat, termasuk untuk memberikan gambaran obesitas suatu populasi maupun untuk merancang diet pasien di rumah sakit. Namun orang yang memiliki kesulitan menopang berat badannya atau tidak dapat berdiri tegak belum tentu dapat diukur IMT-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan metode alternatif menghitung IMT berdasarkan ukuran ekskremitas tubuh pada mahasiswa usia dewasa muda di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 132 responden.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara rasio LiLA/ radic;Panjang Ulna dengan IMT r = 0,926 pada laki-laki dan r = 0,886 pada perempuan dan juga antara LiLA dengan IMT r = 0,913 pada laki-laki dan r = 0,877 pada perempuan . Model prediksi yang paling ideal digunakan adalah IMT laki-laki kg/m2 =1,109 LiLA cm ndash; 9,202 dan IMT perempuan kg/m2 = 0,236 0,825 LiLA cm dengan pertimbangan akurasi yang tinggi serta kemudahan pengaplikasian di lapangan.

Body Mass Index BMI serves various purposes, including to measure the prevalence of obesity in a population, and also in formulating a patient rsquo s diet at a hospital. However, the BMI of an individual with difficulties in carrying their own weight or standing up straight can not necessarily be measured. The aim of this study was to form a prediction model for the BMI of young adult students of Public Health Faculty of University of Indonesia. This study used a cross sectional design, with a total sample of 132 respondents.
Results of this study showed that there is a very strong correlation between MUAC radic Ulna Length and BMI r 0,926 for males and r 0,886 for females, and also between MUAC and BMI r 0,913 for males and r 0,877 for females. The prediction model considered most ideal to be used is Male BMI kg m2 1,109 MUAC cm ndash 9,202 and Female BMI kg m2 0,236 0,825 MUAC cm, based on the high accuracy levels and the convinience of application on the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>